Pendidikan Sejarah (Universitas Jember)

indonesia raya


Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Imprealisme dan Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia



Imprealisme dan Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.

Tugas Individu


Oleh:
RENY PUTRI ADITIYA
120210302004



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014




BAB I PENDAHULUAN

1.2  Latar Belakang

Kemenangan Amerika Serikat dalam perang melawan Spanyol (1898) merupakan puncak dari imperialisme Amerika Serikat, di mana Amerika Serikat menguasai Philipina, Guam dan Puerto Rico dan dimana Amerika Serikat membebaskan Cuba tetapi memaksa Amandement Platt atas konstitusi Cuba, yang dipergunakan sebagai pangkalan angkatan laut AmerikaSerikat.
Namun hal tersebut dianggap telah melanggar kebijakan politik luar negeri bangsa tersebut. Politik luar negeri Amerika yang terkenal pada masa itu adalah “Doktrin Monroe”. Doktrin Monroe adalah kebijakan pemerintah Amerika yang dikeluarkan oleh Presiden James Monroe. Doktrin Monroe berbunyi Amerika Serikat menganggap segala campur tangan pihak luar dalam urusan negara - negara di benua Amerika sebagai (ancaman) bahaya terhadap keamanan dan keselamatannya.
Adanya doktrin monroe ini hubungan Amerika Serikat dengan Negara Amerika Latin makin dekat karena ada persepsi bahwasanya Amerika Serikat telah membantu untuk melindungi kawasan Amerika Latin. Namun persepsi negatif dalam melihat sikap amerika Serikat terhadap kawasan Amerika latin pun juga muncul. Pemerintah Negara Negara Amerika Latin berfikir bahwa Amerika Serikat menggunakan doktrin monroe sebagai media untuk mendominasi benua amerika. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan investasi dari Amerika maupun sekutunya yakni Inggris yang meningkat setelah keluarnya doktrin Monroe.
Kedudukan Amerika didaerah Filipina membuat bangsa ini juga terlibat dalam peperangan yang sangat dasyat pada abad ke 20 yaitu Perang Dunia.  Pada awalnya Amerika masih mempertahankan “Doktrin Monroe” nya untuk tetap netral dan tidak memihak dari salah satu blok yang terlibat dalam Perang Dunia. Namun perkembangannya Amerika harus mengangkat senjata dan terjun secara langsung kedalam perang dunia.

1.2 Rumusan Masalah

  1. Bagaiamana hubungan  Doktrin Monroe sebagai  awal imprealisme Amerika ?
  2. Bagaimana imprealisme Amerika terhadap Negara lain ?
  3. Bagaimana keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia ?

1.3 Tujuan

  1. Mengetahui hubungan antara Doktrin Monroe sebagai awal Imprealisme Amerika
  2. Mengetahui imprealisme Amerika terhadap Negara lain
  3. Mengetahui keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Doktrin Monroe Sebagai Awal Imprealisme Amerika

Doktrin Monroe adalah salah satu kebijakan Amerika Serikat yang pertama kali dicetuskan oleh James Monroe presiden ke 5 Amerika serikat pada 2 desember 1823, yang berbunyi: "Amerika Serikat menganggap segala campur tangan pihak luar dalam urusan negara - negara di benua Amerika sebagai (ancaman) bahaya terhadap keamanan dan keselamatannya". Doktrin ini dicetuskan karena pada tahun-tahun sebelum 1823 di wilayah ini banyak terjadi intervensi terhadap AS oleh Negara-negara Eropa.
Doktrin Monroe (Monroe Doctrine) adalah asas politik luar negeri Amerika Serikat yang terkandung dalam pesan Presiden Monroe kepada Kongres tahun 1823. Doktrin berawal dari dua masalah diplomatik, yaitu pertempuran secara kecil-kecilan dengan Rusia mengenai pantai barat laut Amerika Serikat dan kekhwatiran bahwa Aliansi Suci (Rusia, Austria, Prusia) akan mencoba menguasai kembali negara-negara Amerika Latin yang baru saja melepaskan diri dari Spanyol. Menteri Luar Negeri Inggris menghendaki pengiriman pernyataan bersama Inggris – Amerika kepada negara-negara anggora Aliansi Suci, tetapi Amerika bersikeras bertindak sendiri dan menyusun doktrin tersebut yang mengandung hal penting, yaitu ada empat prinsip dasar, yang cukup terkenal. Antara lain :
1.      Amerika Serikta tidak akan mencampuri masalah-masalah internal ataupun peperangan di antara Negara Eropa
2.      Amerika Serikat mengakui dan tidak mencampuri koloni yang masih ada di bawah keuasaan negara Negara Eropa
3.      Negara Eropa harus menghentikan kolonisasi lebih lanjut
4.      Upaya apapun oleh Negara Eropa untuk menekan atau mengendalikan Negara manapun di dunia akan diapndang sebagai tindakan kekerasan melawan Amerika Serikat.
Dikeluarkannya Doktrin Monroe ini, maka upaya negara-negara Eropa untuk menjajah atau melakukan campur tangan terhadap negara-negara di benua Amerika akan dipandang sebagai agresi, sehingga Amerika Serikat akan turun tangan. Akan tetapi, Amerika Serikat tidak akan mengganggu jajahan Eropa yang sudah ada. Doktrin ini diterapkan setelah sebagian besar jajahan Spanyol dan Portugal di Amerika Latin telah merebut kemerdekaannya.
Doktrin Monroe intinya adalah “America for the Americans” yang berarti politik isolasi, artinya negara-negara di luar Amerika jangan mencampuri soal-soal dalam negeri Amerika dan sebaliknya Amerika tidak akan ikut dalam soal-soal di luar Amerika. Doktrin Monroe dapat juga diartikan sebagai Pan-Amerikanisme, yaitu seluruh negara-negara di Amerika harus merupakan satu keluarga Bangsa Amerika di bawah pimpinan Amerika.
Adanya doktrin Monroe ini hubungan Amerika Serikat dengan Negara Amerika Latin makin dekat karena ada persepsi bahwasanya Amerika Serikat telah membantu untuk melindungi kawasan amerika latin. Namun persepsi negatif dalam melihat sikap amerika Serikat terhadap kawasan Amerika latin pun juga muncul. Pemerintah Negara Negara Amerika Latin berfikir bahwa Amerika Serikat menggunakan doktrin monroe sebagai media untuk mendominasi benua Amerika. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan investasi dari Amerika maupun sekutunya yakni Inggris yang meningkat setelah keluarnya doktrin Monroe.
Doktrin Monroe yang dianggap sebagai Pan Amerikanisme telah menganggap bahwa seluruh benua Amerika akan disatukan. Ketika Kuba sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Namun Spanyol tidak mau memberikan dan tetap bercokol di Kuba hal ini lah yang membuat Amerika dengan Doktrin Monroenya yang menganggap bahwa Negara luar tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri Amerika. Spanyol dianggap telah mencampuri kepentingan dalam negeri Amerika
Sikap dari Amerika Serikat yang begitu mencampuri urusan Amerika latin telah membuahkan pergolakan fisik antara Amerika dengan Spanyol. Dimana dengan adanya insiden meledaknya kapal amerika maka sikap untuk bermusuhan dengan Spanyol muncul di benak rakyat Amerika dan akhirnya telah berhasil mengusir kekuatan Spanyol dari Kuba. Selain akses yang diakibatkan oleh adanya peranan yang begitu besar dari Amerika maka dalam pembuatan rancangan konsitusi Kuba tahun 1900, pihak amerika serikat memaksakan adanya satu dokumen yang terkenal yakni, Amandemen senator orville hitchcock platt (platt amendement). Dalam amndemen ini pihak amerika memberikan hak untuk dapat mencampuri urusan dalam Negeri dari negara Kuba. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi harta dan benda serta warga Amerika serikat yang ada di Kuba. Tentu saja hal ini telah membuat pembatasan hak dari Kuba dalam meminta bantuan asing lainnya. Sekaligus tidak dapat untuk mencegah keinginan dari Amerika untuk membangun pangkalan angakatan lautnya di Kuba.
Interpestasi yang meluas dari doktrin monroe terjadi seiring dengan tampilnya Amerika Serikat menjadi salah satu kekuatan dunia. Amerika mengkalim bahwasanya negara ini adalah polisi dunia. Sehingga negara Negara Amerika Latin ikut menjadi wilayah pengaruhnya serta menjadi penyumbang kekuatan dari Amerika secara finansial. Selain itu dengan adanya penginteprestasian yang meluas atas doktrin mempermudah upaya amerika serikat untuk mendapatkan akses sumber daya dari Negara Amerika Latin. Namun upaya Amerika bukanlah tanpa ada tantangan dari negara-negara kolonial lainnya ataupun dari pemerintah Negara baru di Amerika Latin.
Doktrin Monroe merupakan sarana bagi Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih lanjut dari negara-negara Eropa atas benua Amerika. Namun demikian, doktrin tersebut dianggap bermanfaat bagi kepentingan negara-negara di Amerika Latin. Presiden Monroe sendiri menyatakan bahwa AS mengharapkan semua penduduk benua Amerika, di utara dan selatan, untuk mengeksploitasi semua potensi yang dimiliki oleh the New World (benua Amerika). Bagi AS sendiri doktrin tersebut akan memperkuat Perjanjian Transkontinental, serta beberapa persetujuan lain seperti terbukanya Oregon bagi pemukim Amerika, serta kesempatan ekonomi yang lebih luas bagi AS menyusul keberhasilan revolusi di negara-negara Amerika Latin

2.2  Imprealisme Amerika

             Sumber perkembangan Amerika di akhir abad ke-19 sangat bervariasi. Secara internasional, masa-masa itu adalah masa-masa kegilaan para imperialis, dimana kekuatankekuatan di Eropa berlomba-lomba untuk menguasai Afrika, dan berlomba, bersama Jepang, mendapatkan pengaruh dan bisnis di benua Asia. Banyak tokoh Amerika, termasuk tokoh-tokoh berpengaruh seperti Theodoore Roosevelt, Henry Cabot Lodge dan Elihu Root, merasa bahwa untuk menjaga kepentingan mereka, Amerika Serikat juga perlu untuk mengintai wilayah pengaruh ekonominya sendiri. Pandangan ini diikuti dengan lobi menggunakan kekuatan laut yang besar, yang memerlukan pasukan laut yang terus berkembang dan jaringan pelabuhan- pelabuhan luar negeri sebagai pengamanan ekonomi dan politik yang penting bagi negeri itu.
Pada umumnya, doktrin “takdir yang nyata”, yang pertama-tama digunakan untuk membenarkan perluasan Amerika di dalam benuanya sendiri, sekarang dihidupkan kembali untuk menegaskan bahwa Amerika Serikat memiliki hak dan tanggungjawab untuk memperluas pengaruh dan peradabannya ke Belahan Barat dan ke Karibia, juga menyeberangi Pasifik. Pada waktu yang sama, seruan anti-imperialis dari berbagai koalisi dari para Demokrat bagian Utara dan Republikan Reformis terus terdengar dan konstan. Sebagai hasilnya, akuisisi dari ‘kerajaan’ Amerika Serikat hanya sedikit demi sedikit dan penuh keraguan. Administrasi berotak kolonial biasanya hanya berpikir tentang perdagangan dan ekonomi daripada pengaruh politik.
Doktrin Monroe merupakan sarana bagi Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih lanjut dari negara-negara Eropa atas benua Amerika. Namun demikian, doktrin tersebut dianggap bermanfaat bagi kepentingan negara-negara di Amerika Latin. Adanya doktrin Monroe ini hubungan Amerika Serikat dengan Negara Amerika Latin makin dekat karena ada persepsi bahwasanya Amerika Serikat telah membantu untuk melindungi kawasan Amerika Latin.
Sikap dari Amerika Serikat yang begitu mencampuri urusan Amerika latin telah membuahkan pergolakan fisik antara Amerika dengan Spanyol. Dimana dengan adanya insiden meledaknya kapal amerika maka sikap untuk bermusuhan dengan Spanyol makin memuncak. Peperangan antara Spanyol dan Amerika tak terhindarkan. Amerika berhasil memenangkan peperangan dengan Spanyol hal ini membuat Amerika medapatkan wilayah jajahan Sponyol yaitu Kuba dinyatakan merdeka sedangkan Puerto Rico, Filipina dan Guam di jadikan Koloni Amerika Serikat

2.2.1 Kuba

Spanyol tetap menguasai Pulau Kuba yang terletak di selatan semenanjung Florida dimana perdagangan dengan Amerika Serikat terjalin ramai. Pada tahun 1895 amrarah Kuba yang semakin besar terhadap tirani negara induk akhirnya meledak dalam perang kemerdekaan.
Usaha untuk menggulingkan pemerintaha panjajah (Spanyol) timbul antara tahun 1824-1868, tetapi selalu gagal. Mula-mula melalui gerakan bawah tanah, kemudian menjadi perlawanan terbuka. Pada umumnya Amerika Serikat memberi bantuan kepada gerakan kemerdekaan Kuba dalam bentuk biaya, perlengkapan, persenjatahan, dan fasilitas penggunaan wilayahnya sebagai basis penyerangan terhadap pangkalan-pangkalan militer Spanyol.
Kemudian timbul perang sepuluh tahun (1868-1878)di kuba  atau tepatnya di sebut pemberontakan sepuluh tahun, karena apa yang terjadi waktu itu adalah pemberontakan rakyat melawan melawan penguasa Spanyol. Walaupun pemberontakan ini merupakan suatu langkah maju daripada sistem perlawanan sebelumnya, belum juga berhasil.
Ketika pemberontakan sampai pada puncaknya dalam tahun 1898, Amerika Serikat ikut campur tangan dalam memerangi Spanyol dengan maksud, yakni :
1.      Menyatakan simpati terhadap perjuangan rakyat Kuba
2.      Melindungi kepentingan ekonominya di Kuba, antara lain perkebunan tembakau, perkebunan tebu, dan perkebunan buah-buahan.
3.      Menghukum Spanyol, akibat hancurnya kapal perang Amerika Serikat Maine pada tanggal 15 Februari 1898 di pelabuhan Hanava, sehingga Spanyol lah yang harus bertanggung jawab.
Amereika Serikat memperhatikan berlangsungnya pemberontakan ini dengan kekhawatiran yang main besar. Kebanyakan orang Amerika bersimpati terhadap bangsa Kuba, tetapi Presiden Cleveland berekad untuk mempertahankan kenetralan. Namun tiga tahun kemudian ketika dalam masa Pemerintahan McKinley kapal perang Amerika Serikat Maine dihancurkan waktu sedang berlabuh di pelabuhan Havana dengan memakan korban 260 orang meninggal, meledaklah kemarahan. Meskipun untuk beberapa waktu McKinley masih mencoba mempertahankan kedaimaian namun beberapa bulan kemudian, yakni behwa penangguhan namun beberapa bulan akan sis-sia saja, ia menyeruhkan campurtangan bersenjata.
Perang melawan Spanyol berlangsung cepat dan menentukan. Selama berlangsung empat bulan itu tidak satupun terjadi kekalahan Amerika yang berarti. Seminggu sesudah maklumat perang, Komondor George Dewey yang ada pada saat itu berada di Hongkong, dengan eksadornya yang terdiri dari enam kapal menuju ke Philipina. Perintahnya adalah untuk mencegah agar armada Spanyol yang berpangkalan disana tidak beroperasi di perairan Amerika. Ia terus menghancurkan seluruh armada Spanyol tanpa kehilangan satu pun nyawa Amerika. Dalam pada itu, di Kuba pasukan tentara daratan dekat Santiago, diamana setelah menenangkan serangkaian pertempuran singkat, mereka menbaki pelabuhann dengan meriam. Empat kapal bersenjata Spanyol berlayar ke luar dari Teluk Santiago dan beberapa jam kemudian mereka telah menjadi puing-puing besi.
Dari Boston sampai San Francisco peluit berbunyi dan bendera berkibar ketika terdengar berita bahwa Santiago telah jatuh. Surat-surat kabar mengirimkan wartawannya ke Kuba dan Philipina, yang lalu menyebarkan kemashiran pahlawan-pahlawan bangsa yang baru. Yang terutama di antara mereka ialah George Dewey yang tersohor di Manila dan Theodore Rooselvelt, yaitu pemimpin “Rough Riders” sebuah resimen kavaleri sukarela yang dikerahkannya untuk bertugas di Kuba. Spanyol segara minta damai, dan dalam perjanjian yang ditandatangani tanggal 10 desember 1898, Kuba diserahkan kepada Amerika Serikat guna diduduki untuk sementara waktu menjelang kemerdekaan pulau tersebut.
Kuba dinyatakan merdeka sedangkan Puerto Rico, Filipina dan Guam di jadikan Koloni Amerika Serikat, kemudian terbentuknya Republik Kuba dengan Thomas Estrada Palma sebagai presiden pertama di Cuba (1902-1906)
Walaupun telah merdeka, rakyat Kuba seolah-olah tidak merdeka karena:
1.      Amerika Serika ini mendektekan Amandemen Plat atas Konstitusi Kuba.
Dalam amndemen ini pihak amerika memberikan hak untuk dapat mencampuri urusan dalam Negeri dari negara kuba. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi harta dan benda serta warga Amerika serikat yang ada di Kuba. Tentu saja hal ini telah membuat pembatasan hak dari Kuba dalam meminta bantuan asing lainnya. Sekaligus tidak dapat untuk mencegah keinginan dari Amerika untuk membangun pangkalan angakatan lautnya di Kuba.
2.      Amerika Serikat masih tetap mempunyai basis Angkatan laut di teluk Guantanamo (Kuba).
3.      Dalam bidang ekonimi juga masih di kuasahi oleh Amerika Serikat
Kuba memperoleh kemerdekaan simbolik pada saat tentara Amerika Serikat angkat kaki pada tahun 1902. Tetapi amerika Serikat masih tetap mempunyai hak melakukan intervensi untuk menjaga tertip sipil. Amerika melakukannya selama tiga kali sebelum melepas hak tersebut pada tahu 1934. Walaupun Kuba sudah merdeka penuh, pengaruh ekonomi dan politik Amerika serikat sangat kuat sampai pada tahun 1859, yaitu ketika Fidel castro menggulngkan pemerintah yang berkuasa dan membentuk rezim marxis yang sangat erat hubungannya dengan Uni Soviet.

2.2.2 Filipina

Penguasaan Filipina oleh Anerika mendapat kecaman dari bangsa Eropa karena ditangkap telah melanggar Doktrin Monroe, yang isinya mengatakan bahwa Amerika anti Kolonialisme dan Imperalisme. Amerika dianggap sebagai ancaman baru bagi bangsa Eropa atas kekuasaannya di Asia. Untuk meredakan kecaman tersebut, Amerika menyatakan Filipina semata-mata untuk menjalankan eksperimen imperialisme. Artinya Filipina akan dijadikan model negara dengan sistem kekuasaan liberal seperti Amerika di wilayah Asia.
Perang melawan Spanyol berlangsung cepat dan menentukan. Selama berlangsung empat bulan itu tidak satupun terjadi kekalahan Amerika yang berarti. Seminggu sesudah maklumat perang, Komondor George Dewey yang ada pada saat itu berada di Hongkong, dengan eksadornya yang terdiri dari enam kapal menuju ke Philipina. Perintahnya adalah untuk mencegah agar armada Spanyol yang berpangkalan disana tidak beroperasi di perairan Amerika. Ia terus menghancurkan seluruh armada Spanyol tanpa kehilangan satu pun nyawa Amerika.
Amerika Serikat yang baru saja hadir di Philipina itu sekarang menaruh harapan besar untuk menjalin perdagangan giat dengan cina. Namun sejak dikalahka  Cina oleh Jepang dalam PD tahun 1894-1895, berbagai negara Eropa telah mendirikan pangkalan laut, menyewa wilayah, dan membangun kawasan pengaruh disana. Mereka bukan saja berhasil memperoleh hak monopoli perdagangan melainkan juga izin ekslusif untuk menanamkan modal dalam kontruksi jalan keretaapi dan pengelolahan tambang didaerah-daerah didekat nya.
Pada tahun 1919 delegasi Filipina di bawah Manuel Quezon pergi ke Amerika untuk menuntut kemerdekaan penuh atas Filipina. Amerika menjawab dengan mengirimkan The Wood Forbes Mission tahun 1922, yang isinya menyatakan bahwa Filipina belum mampu untuk merdeka. Bangsa Filipina menolak ucapan Wood Forbes. Senat Filipina meletakan jabatannya, dan menuntut kemerdekaan penuh.
Masa kekuasaan Amerika di Filipina berlangsung dari tahun 1898 sampai tahun 1946.
1.      Periode Tahun 1898-1942.
Amerika melakukan pembinaan terhadap system kekuasaan yang akan diterapkan di Filipina melalui perjanjian damai dengan para tokoh nasionalis pada tahun 1907. Isinya, antara lain menjamin kemerdekaan Philipina untuk 50 tahun yang akan datang.
2.      Periode Tahun 1942-1945.
Amerika mengalami kekalahan di Pasifik yang mengakibatkan Filipina dikuasai oleh Jepang. Pada tanggal 2 Januari 1942 Manila, ibu kota Filipina, jatuh ke tangan Jepang. Jendral Deuglas Mac Arthur meninggalkan Filipina untuk menyusun pasukan sekutu di Australia. Pada tanggal 6 Mei 1942 seluruh Filipina jatuh ke tangan Jepang.
Kekalahan Jepang untuk pertama kalinya adalah dalam pertempuran di laut Karang, yang merupakan titik balik bagi kemenangan Jepang. Sejak itu Jepang menggunakan bangsa Filipina sebagai teman di bawah Presiden Laurel untuk menghadapi sekutu. Tetapi dengan mendaratnya Sekutu di Filipina, dan kemudian kalahnya Jepang terhadap Sekutu maka Republik Filipina membuat Jepang lenyap kembali (22 Oktober 1945).
Setelah Perang Dunia II selesai, Amerika Serikat menepati janjinya untuk memberi kemerdekaan kepadaan Filipina. Pesawat terbang jepang berhasil menenggelamkan kapal perang Price of wales dan Repulse di Laut Natuna tahun 1942, menyebabkan tentara Sekutu merosot. Tak lama kemudian Amerika Serikat membuat pesawat terbang B29 untuk menggempur Jepang dengan menjatuhkan bon atom di Hiroshima dan Nagasaki. Maka berakhirlah Perang Dunia II, lebih cepat dari yang diperkirakan.
3.      Periode tahun 1945-1946.
Jepang mengalami kekalahan dari sekutu, berarti kekuasaan Amerika masuk kembali di Filipina

2.2.3 Puerto Rico

Sebelum abad XIX berakhir negara Amerika Serikat ingin menguatkan kendali mereka terhadap daerah maritim atau lautan karibia. Salah satu cara yang dijalankan demi terwujudnya keinginan tersebut adalah menguasai Kuban dan Puerto Rico. Atas dasar ini kemudian pemerintah Amerika memberi tawaran dan pada Spanyol senilai 160 juta dolar agar bersedia melepas kekuasaannya atas dua wilayah jajahan mereka itu.
Tapi pemerintahan Spanyol tidak tertarik dan menolaknya. Karena mendapat penolakan, akhirnya Amerika menempuh cara berbeda yaitu sistem kekerasaan. Pada tahun 1898 Amerika menyatakan perang pada Spanyol. Namun mereka berdalih peperangan ini dipicu oleh sebuah pertikaian yang terjadi didaerah Kuba dan tenggelamnya kapal perang Amerika di daerah pantai Havana
Peurto Rico ini menjadi daerah kolonisasi Amerika Serikat karena Amerika Serikat menang dalam peperangan dengan Spanyol, awalnya wilayah Peurto Rico ini adalah daerah kekuasaan Spanyol, tetapi sebagai ganti rugi dalam perang, maka Peurto Rico menjadi milik AS. Pada tahun 1917 konggres Amerika memberi warga Peurto Rico hak untuk memilih wakil Rahyat mereka. Tetapi undang-undang yang sama itu menghasilkan nasib yang berbeda bagi pulau itu, karena menyertakan Peurto Rico secara resmi adalah wilayah Amerika. Dan penting lagi rakyatnya menjadi warga Amerika Serikat. Pada tahun 1950, konggres memberi Puerto Rico kebebasan penuh untuk menentukan masa depannya. Dalam referendum pada tahun 1952, warga menolak Puerto rico menjadi negara bagian ataupun mendapatkan kemerdekaan penuh sebagai gantinya mereka memilih status warga persemakmuran. Banyak orang Puerto rico asli yang sudah menetap di daratan Amerika Serikat dimana mereka medapatkan akses bebas serta mendapat hak plitik an sipil seperti warga negara Amerika lainnya.
Peperangan berlangsung pada 25 Juli 1898 dan berhasil memenangkan Amerika. Pasukan negara tersebut sukeses menguasai Puerto Rico.  Penyerahan daerah kekuasaan ini diatur dalam suatu perjanjian yang dinamakan Perjanjian Paris. Sejak saat itu Puerto Rico dikuasai militer negara Amerika. Sistem pemerintahan di daerah ini kemudian dilaksanakan seorang gubernur. Jabatan gubernur tersebut dipegang warga setempat namun ditunjuk oleh pemerintahan Amerika Serikat.
Gubernur harus memberi tanggung jawab hasil kerjanya secara langsung pada Presiden. Selain itu, gubernur punya kewenangan untuk melakukan pengontrolan secara penuh di Puerto Rico. Namun dalam kondisi tertentu pemerintah pusat Amerika tetap punya hak veto atas negara itu

2.3 Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia

 Sebuah konflik dunia terjadi pada tahun 1914- 1918 yang melibatkan beberapa Negara di Eroapa. Konflik ini disebut perang dunia. Amerika sendiri pada awalnya tidak ikut serta dalam perang dunia itu. Mereka mempertahankan sikap netralnya dan tidak berpihak pada pihak manapun (Blok Sekutu dan Sentral) yang terlibat dalam perang dunia ini. Meskipun demikian, kedua blok dalam perang tersebut, yakni sekutu dan sentral berusaha untuk mempengaruhi Amerika supaya masuk kedalam blok mereka. Dalam perkembangannya Amerika memutuskan untuk ikut serta dalam perang ini.
Perang Dunia II adalah sebuah global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Ketidakmampuan AS dalam mempertahankan sikap netralnya dalam perang dunia I dan urusan Eropa berusaha diperbaiki dalam tahun 1930-an. Antara tahun 1935-1939 dikeluarkan sejumlah kebijaksanaan yang pada prinsipnya berusaha mempertahankan kenetralan untuk tidak memihak negara-negara yang bertikai. Sikap netral itu antara lain ditunjukkan dengan embargo senjata terhadap negara-negara yang bertikai. Namun demikian, sikap netral tersebut juga tidak bisa dipertahankan. Dalam praktek, seringkali sikap netral AS dalam politik luar negerinya bertentangan dengan kepentingannnya sendiri. Keterlibatan AS dalam Perang Dunia II, dapat dijelaskan dari ketidakkonsistenan negara tersebut menjaga politik netralnya.

2.3.1 Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia I

Bagi rakyat Amerika yang hidup pada 1914, pecahnya perang di Eropa—Jerman dan Austria- Hongaria melawan Inggris, Perancis, dan Rusia—membuat mereka tersentak. Awalnya pertempuran itu seakan terasa sangat jauh, tapi dampak ekonomi dan politiknya terasa dalam waktu singkat dan dengan parah. Selama 1915, industri Amerika, yang sedang mengalami masa depresi ringan, mulai membaik karena adanya permintaan peralatan perang dari Sekutu di Barat.
Kedua pihak yang berseteru menggunakan propaganda untuk menyulut semangat rakyat Amerika—yang sepertiganya adalah warga negara asing atau lahir dari orangtua berkewarganegaraan asing. Selain itu, Inggris dan Jerman menghadang kapal Amerika di laut lepas, menimbulkan protes keras dari Presiden Woodrow Wilson.
Segera setelah perang meletus, Amerika Serikat menghadapi dilema lain yaitu ketika Pemerintah Perancis meminta para banker Amerika untuk memberi pinjaman kepada Perancis sebesar 100 juta dolar. Apabila berpegang pada sikap netralnya maka pemerintah AS seharusnya membiarkan pada banker AS untuk memenuhi tuntutan Perancis. Namun demikian, menteri luar negeri AS, Bryan, menyatakan bahwa dengan diberikannya pinjaman kepada negara lain yang terlibat perang maka AS melanggar sikap netral yang sesungguhnya. Melalui perdebatan alot di dalam negeri, akhirnya AS memenuhi tuntutan para bankir untuk memberikan pinjaman kepada negara-negara Eropa dengan alasan yang rasional. Pertama, AS akan kehilangan perdapatannya dari perdagangan yang berkaitan dengan peralatan perang jika pemerintah AS menolak memberi pinjaman kepada Sekutu. Kedua, seperti yang juga diakui oleh negara-negara Sentral, perdagangan amunisi dan peralatan perang adalah legal (sah), dan dengan demikian apabila AS menolak pemberian pinjaman maka AS telah melanggar sikap netralnya dengan memihak negara-negara Sentral dengan cara menolak tuntutan pinjaman dari negara-negara Sekutu. Ketika perang meletus, akhirnya AS memberikan pinjaman kepada negara-negara Eropa sebesar $ 23 milyar , termasuk kepada Jerman sejumlah $ 27 juta. Pinjaman tersebut merupakan salah satu bentuk kemenangan Sekutu di bidang ekonomi dan bukan di bidang tujuan perang mereka, karena AS tetap tidak memiliki pandangan yang sama dengan mereka dalam keterlibatannya dalam Perang Dunia I.
Sebagai penguasa lautan, Inggris menghentikan dan memeriksa kapal induk Amerika, mengambil alih “barang selundupan” untuk pihak Jerman. Jerman mengerahkan senjata lautnya yang terbesar, yaitu kapal selam, untuk menenggelamkan kapal yang berlayar ke Inggris atau ke Perancis. Presiden Wilson memperingatkan bahwa Amerika takkan menyerahkan hak tradisionalnya untuk bersikap netral dan berdagang dengan negara yang gemar berperang. Ia juga mengumumkan bahwa negerinya akan menuntut “pertanggungjawaban penuh” pihak Jerman atas kerugian armada laut dan rakyat Amerika yang menjadi korban. Pada 7 Mei 1915, kapal selam Jerman menenggelamkan kapal pesiar Inggris, Lusitania, menewaskan 1.198 orang, 128 orang di antaranya orang Amerika. mencerminkan kemarahan rakyat Amerika, Presiden Wilson mendesak agar penyerangan terhadap angkutan laut dan kapal dagang Amerika segera dihentikan.
Meskipun presiden telah memberikan pernyataannya, namun rakyat amerika sebenarnya banyak yang menginginkan Amerika berada di salah satu blok. Orang-orang keturunan Inggris banyak yang condong pada Triple Etente (sekutu), sementara keturunan Jerman ingin berada dalam pihak Triple Alliance (As).  Namun demikian, tidak ada yang benar- benar mengharapkan Amerika langsung ikut terjun dalam peperangan. Sebagai negara netral, Amerika mempunyai hak untuk itu yang secara historis dan meyakinkan berada dibawah hukum internasional, antara lain:
1. Negara netral bisa menjual barang-barangnya dan berdagang persenjataan maupun barang-barang lainnya dengan negara yang sedang berperang.
2. Negara yang sedang berperang dapat menekan perdagangan ini dengan saling blokade untuk menghentikan iriingan kapal yang membawa barang-barang tersebut, namun blokade harus efektif yakni dengan sejumlah kapal perang untuk patroli.
3.Jika kapal dagang dari negara netral atau musuh berlayar dan tertangkap, maka boleh dimiliki dan diambilalih dalam keadaan tertentu namun tidak boleh ditenggelamkan atau dirusak sehingga membahayakan keamanan awak dan penumpangnya.
Karena tidak ingin memulai perang dengan Amerika, Jerman setuju untuk memberi peringatan terlebih dulu kepada kapal dagang—bahkan jika kapal itu mengibarkan bendera musuh—sebelum menyerang. Namun, setelah melakukan dua serangan lagi—tenggelamnya kapal pesiar Inggris Arabic pada Agustus 1915, dan kapal pesiar Perancis Sussex yang hancur terkena torpedo pada Maret 1916—Presiden Wilson mengeluarkan ultimatum yang mengancam akan memutuskan hubungan diplomatic mereka kecuali Jerman mengakhiri serangan bawah lautnya. Presiden Wilson kembali terpilih pada 1916, sebagian karena slogan: “Dia menjauhkan kita dari peperangan.” Merasa mengemba tugas untuk bertindak sebagai pendamai, dia berpidato di hadapan Senat Amerika, pada 22 Januari 1917, mendesak negara yang sedang berperang untuk menerima “perdamaian tanpa kemenangan.”
Pemerintah Jerman memberitakan bahwa perang kapal selam yang tak terbats akan di lanjutkan lagi. Tanggal 2 April 1917, setelah lima buah kapal Amerika ditenggelamkan, Wilson meminta kepada Kongres izin untuk mempermaklumkan perang. Seketika itupun, pemerintah Amerika mulai mengerahkan sumber- sumber miliernya, industry, buruh, dan pertaniannya. Pada bulan Oktober 1918, pasukan Amerika yang terdiri dari 1.750.000 orang sudah berada di Prancis.
Peranan angkatan laut Amerika menentukan sekali dalam membantu Inggris untuk mematahkan blockade kapal selam, dan ketika terjadi serangan Jerman yang sudah lama dinantikan, dalam musim panas 1918 pasukan-pasukan Amerika yang masih segar memainkan peran yang menentukan di daratan.
Pada musim panas 1918, tentara Amerika yang baru tiba di bawah pimpinan Jendral J. Pershing memainkan peranan penting dalam menghentikan serangan terakhir dari Jerman. Pada musim gugur tahun itu, tentara Amerika merupakan tokoh kunci dalam serangan di Meuse-Argonne, yang berhasil menembus Garis Hindenburg Jerman yang dibanggakan itu.
Presiden Wilson berkontribusi besar dalam mengakhiri perang secara lebih cepat dengan mendefinisikan tujuan perang Amerika yang menyatakan perjuangan ini bukan untuk memerangi rakyat Jerman melainkan terhadap pemerintahan otoriter mereka. Empat Belas Poinnya yang diajukan ke Senat menuntut; diakhirinya perjanjian internasional rahasia; kebebasan laut; perdagangan bebas antarnegara; pengurangan persenjataan negara; penyesuaian klaim kolonial agar lebih memihak kepentingan penduduk asli; pemerintahan otonomi bagi bangsa Eropa yang tertindas; dan yang penting, mendirikan Liga Bangsa-Bangsa yang dapat “menjamin kebebasan berpolitik dan menjaga integritas teritorial baik Negara besar maupun kecil secara adil.”
Pada Oktober 1918, karena menghadapi sejumlah kekalahan, pemerintah Jerman mengajukan permohonan bernegosiasi dengn Wilson dengan dasar Empat Belas Poin tersebut. Setelah sebulan bernegosiasi secara tertutup yang akhirnya tidak memberikan jaminan pasti bagi Jerman, gencatan senjata (resminya gencatan senjata, tapi sebenarnya menyerah) pun diputuskan pada 11 November.

2.3.1 Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia II

Sebelum periode kepemimpinan Roosevelt yang kedua berlangsung program dalam negeri dibayangbayangi oleh rancangan eskpansi rezim totaliter di Jepang, Italia, dan Jerman. Pada 1931 Jepang sudah menyerang Manchuria, menghancurkan perlawanan Cina, dan mendirikan negeri boneka Manchukuo. Italia, di bawah pimpinan Benito Mussolini, memperluas batas Negara hingga Libya dan pada 1935 mengalahkan Etiopia. Jerman, di bawah pimpinan Adolf Hitler, mempersiapkan perekonomian yang mendukung perang dan kembali menduduki Rhineland (yang didemilitarisasi melalui perjanjian Versailles setelah Perang Dunia I) pada 1936. Pada 1938, Hitler menggabungkan Austria ke dalam Kekaisaran Jerman dan menuntut penyerahan daerah Sudetenland di Cekoslowakia yang penduduknya berbahasa Jerman. Sejak saat itu perang sepertinya terancam akan pecah.
Amerika, kecewa akibat kegagalan memperjuangkan demokrasi pada Perang Dunia I, mengumumkan bahwa dalam kondisi bagaimana pun juga negara yang terlibat dalam konflik tidak bisa meminta dukungan Amerika. UU Kenetralan yang diberlakukan secara bertahap dari 1935 hingga 1937, melarang keras penjualan senjata kepada semua negara yang berperang, mewajibkan pembayaran tunai untuk komoditas lain, dan melarang kapal dagang berbendera Amerika mengangkut barang tersebut. Tujuannya adalah menghindari keterlibatan Amerika dalam perang orang lain, apa pun konsekuensinya.
Kemenangan Nazi atas Polandia pada 1939 dan pecahnya Perang Dunia II, memperluas sentiment isolasionis, walau Amerika jelas memihak korban agresi Hitler dan mendukung Sekutu yang menganut paham demokrasi, Inggris dan Perancis. Roosevelt hanya bias menunggu perubahan opini rakyat mengenai keterlibatan Amerika akibat suatu kejadian.
Setelah kejatuhan Perancis dan permulaan serangan udara Jerman ke Inggris pada pertengahan tahun 1940, perdebatan semakin seru antara rakyat yang mendukung demokrasi dan fraksi antiperang dikenal sebagai kaum isolasionis. Roosevelt berusaha memengaruhi opini rakyat ke arah intervensi. Amerika bergabung dengan Kanada dalam Dewan Pertahanan Bersama, dan bersekutu dengan negara-negara republik di kawasan Amerika Latin untuk memperkuat perlindungan kolektif di belahan bumi bagian barat.
Dihadapkan dengan krisis yang semakin genting, Kongres memilih bersiap untuk perang dan pada September 1940 mengeluarkan rancangan UU wajib militer pertama di Amerika pada saat negara tidak sedang berperang. Pada bulan itu juga, Roosevelt memutuskan perjanjian presidensial dengan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill. Amerika menyerahkan “kelebihan” senjata militer Navy 50 kepada Inggris untuk ditukar dengan pangkalan udara dan militer Inggris di Newfoundland dan Atlantik Utara.
Kampanye pemilihan presiden pada 1940 membuktikan bahwa kaum isolasionis, walaupun vokal, merupakan suara minoritas. Lawan Roosevelt dari partai Republik, Wendell Wilkie, cenderung memihak tindakan intervensi. Oleh karena itu pemilu kembali menghasilkan suara terbanyak bagi Roosevelt, menjadikannya sebagai presiden Amerika pertama, dan yang terakhir,yang dipilih untuk ketiga kalinya.
Pada awal 1941, Roosevelt membuat Kongres menyetujui program Hutang-Pinjam (Lend-Lease), yang memberinya keleluasaan melakukan barter senjata dan perlengkapan dengan negara mana pun (khususnya Inggris, Rusia dan Cina) yang dianggap vital bagi pertahanan Amerika. Total bantuan Amerika pada akhir perang berjumlah lebih 50.000 juta dolar.
Yang paling mengesankan, pada Agustus, Roosevelt bertemu Perdana Menteri Churchill di pesisir Newfoundland. Kedua pemimpin itu mengeluarkan “pernyataan bersama mengenai makna perang.” Yang mereka sebut dengan Perjanjian Atlantik (Atlantic Charter). Dengan muatan yang sangat mirip dengan pernyataan Empat Belas Poin (Fourteen Points) yang pernah dilontarkan mantan presiden Woodrow Wilson, maksud Perjanjian Atlantik antara lain: bukan (untuk) memperluas kekuasaan teritorial; bukan (untuk) melakukan perubahan territorial tanpa seizin rakyat yang bersangkutan; (untuk) membela hak setiap warga dalam memilih sendiri bentuk pemerintahannya; (untuk) mengembalikan otonomi mereka.
Sementara hampir segenap rakyat Amerika mengikuti perkembangan perang Eropa dengan cemas, ketegangan yang semakin kuat terjadi di Asia. Mengambil keuntungan dari kesempatan untuk memperkuat posisi strateginya, Jepang dengan berani mengumumkan “tatanan baru” di mana melalui pengumuman ini Jepang menyatakan dirinya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di seluruh kawasan Samudera Pasifik. Manakala berperang melawan Nazi, Inggris tak mampu bertahan hingga meninggalkan daerah kekuasaannya di Shanghai dan untuk sementara menutup rute pasokan Cina dari Birma. Pada musim panas 1940, Jepang memenangkan kesepakatan dari pemerintah Vichy Perancis yang lemah untuk menggunakan landasan terbang di Indocina utara. September itu Jepang secara formal bergabung dengan Poros Roma- Berlin. Amerika menentang dengan mengembargo ekspor besi tua ke Jepang.

Pada Juli 1941 Jepang menduduki Indocina Selatan, pertanda kemungkinan pergerakan ke selatan untuk merebut minyak bumi, timah, dan karet dari Malaysia jajahan Inggris dan Hindia Timur jajahan Belanda. Menanggapi hal ini, Amerika membekukan aset Jepang di Amerika dan memulai embargo satu-satunya komoditas yang paling dibutuhkan Jepang di antara semua komoditas yang ada—minyak bumi.
Jendral Hideki Tojo menjadi Perdana Menteri Jepang pada Oktober tahun itu. Pada pertengahan November, dia mengirim utusan diplomatik ke Amerika untuk bertemu dengan menteri luar negeri Cordell Hull. Dari sekian hal yang dibahas, Jepang menuntut Amerika menyerahkan aset Jepang di Amerika dan menghentikan ekspansi angkatan laut Amerika di Samudera Pasifik. Cordell Hull membalasnya dengan usulan agar Jepang menarik diri dari semua daerah kekuasaan yang direbutnya. Penolakan yang sangat cepat dari pihak Jepang pada 1 Desember membuat pembahasanini menemui jalan buntu.
Pada pagi hari 7 Desember, pesawat induk Jepang melancarkan serangan mendadak dan menghancurkan pangkalan militer Amerika di Pearl Harbor, Hawai.
Dua puluh satu kapal laut hancur atau rusak; 323 pesawat hancur atau rusak; 2.388 tentara, pelaut, dan warga sipil terbunuh. Akan tetapi, pesawat tempur Amerika yang akan memainkan peran sangat menentukan kan dalam perang di Samudera Pasifik di kemudian hari sedang berada di laut dan tidak berlabuh di Pearl Harbor.
Dalam semalam, opini rakyat Amerika yang masih terbagi menyangkut perang di Eropa berubah menjadi suara bulat akibat kejadian yang disebut Presiden Roosevelt dengan “hari yang selamanya akan dikenang akibat kekejian.” Pada 8 Desember, Kongres mengumumkan perang terhadap Jepang; tiga hari kemudian Jerman dan Italia mengumumkan perang terhadap Amerika.
Kemenangan militer AS dan sekutu-sekutunya dalam Perang Dunia II diperoleh dengan waktu yang cukup lama dan sulit. Pada tahun 1942, kekuatan AS dan sekutu-sekutunya berada dibawah tekanan berat negara-negara Axis. Pasukan AS di Corregidor, Philipina, terisolasi dari pasukan lainnya sampai bulan Mei. Pasukan Jepang bukan hanya mampu menghancurkan Pearl Harbour tetapi juga mengalahkan pasukan Inggens di Burma, Belanda di Indonesia dan pangkalan militer Inggens di Singapura. Semua kawasan Asia Tenggara telah jatuh ke tangan pasukan militer Jepang. Sedangkan India, Australia dan Selandia Baru berada di bawah ancaman Jepang. Pada pertempuraii di Midway dan Laut Coral bulan Mei dan Juni, pasukan AS mencatat kemenangan yang berarti. Tanggal 7 Agustus Angkatan Laut AS mendarat di Guadalcanal clan mulai mengadakan penyerangan. Pada pertempuiran di kepulauan Solomon, pasukan AS juga mulai mampu memukul pasukan Jepang yang kehilangan 5 kapal penjelajah dan 12 kapal serangnya Sejak peristiwa itu gelombang kemenangan mulai berada di tangan pasukan AS dan sekutu-sekutunya.
Di Afrika Utara, pasukin Jerman yang berhasil mencapai El Alamein, berjarak 70 mil dari Iskandana, tidak mampu bertahan lama untuk menguasai kawasan Afrika Utara. Setelah kedudukan Terusan Suez yang dikuasai Inggeris terancam, pasukan Inggeris yang dipimpin oleh Jernderal Montgomery mampu mengusir Rommel dari Mesir. Serangan gabungan pasukan Inggeris dan AS yang terjadi tanggal 8 November 1942 berhasil mengusir kekuatan Axis dari Afrika Utara.
Pasukan Sekutu juga memperoleh kemenangan di pertempuran Rusia. Setelah beberapa lama menguasai Rusia, pasukan Nazi Jerman bisa dikalahkan oleh pasukan AS dan sekutu-sekutunya. Demikian juga dalam pertempuran di Italia, sekutu mulai memperoleh kemenangan sejak tahun 1943. Setelah mengalami kekalahan dalam pertempuran di Sisilia, Musolini turun dari jabatannya sebagai pemimpin Fasis Italia tanggal 25 Juli 1945. Penggantinya, Marshal Badoglio, sepakat untuk mengadakan gencatan senjata dengan Sekutu dan ditandatangani tanggal 3 September 1943. Namun demikian, pasukan Jerman tidak mengakui gencatan senjata itu dan mulai menyerang pasukan Sekutu. Tanggal 4 Juni 1944 pasukan AS berhasil memasuki Roma dan dua hari kemudiari pasukan lainnya menginvasi Normandia. Demikian juga di kawasan Pasifik, pasukan AS berhasil memperoleh kemenangan. Guam berhasil direbut, Jepang dapat diusir ke Burma dari India, Paris dibebaskan; dan Rumania menyerah ke pasukan Rusia Tanggal 2 September 1944 pasukan angkatan darat AS memasuki Jerman. Terjadi pertempuran hebat di Jerman antara pasukan Sekutu dengan pasukan Nazi. Pasukan AS dan Rusia bertemua di Singai Elbe tanggal 26 April 1945 dan V.E. Day (victory in Europe atau hari kemenangan di Eropa) diproklamasikan tanggal 8 Mei 1945.
Pertempuran berdarah di Iwo Jima berhasil dimenangkan sekutu tanggal 17 Maret 1945 dan diikuti dengan invasi ke Yokohama dan Okinawa. Tanggal 6 Agustus, pasukan AS yang telah merebut beberapa pangkalan militer Jepang, menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan membumihanguskan tiga perlima kawasan kota. Dua hari kemudian, Rusia, yang telah menandatangani perjanjian non agresi dengan Jepang, menyatakan perang terhaclap Jepang. Akhirnya tanggal 14 Agustus, Pemerintah Jepang menyatakan menyerah dan menerima semua persayaratan Sekutu, dan perang dunia di Pasifikpun berakhir
Upaya diplomatik AS dalam mengakhiri PD II dilakukan melalui berbagai pertemuan internasional dan konfermsi dengan negara-negara sekutunya. Selama perang bertangsung, terdapat empat konferensi besar yang dilakukan oleh the Big Three atau "Tiga Besar"yaitu AS,
Inggeris dan Rusia. Konferensi-konferensi tersebut diselengarakan dalam rangka meng.ikhiri perang sekaligus juga mengkoordinasi strategi militer untuk menentukan serangan serta menciptakan kerangka pikir mengenai masa akhir perang. Pada Konferensi Moskow yang beilangsung bulan Oktober 1943 dan dihadiri oleh para menteri ketiga negara tersebut disepakati prinsip perdamaian menyeluruh. Artinya, mereka sepakat untuk tidak menciptakan perdamaian secara terpisah, serta menghukum Jerman sebagai negara yang paling bertanggungjawab atas korban sipil. Negara-negara the Big Three juga sepakat untuk meneruskan kerjasama erat setelah perang berakhir, membebaskan Austria, serta sepakat untuk menciptakan organisasi internasional baru yang menghimpun banyak negara termasuk ketiga negara tersebut. Pada Konferensi di Kairo, Mesir, bulan Desember 1943 Presiden Roosevelt, pemimpin Inggeris, Churchill dan pemimpin Nasionalis China Chiang Kai-shek sepakat untuk mengambil alih daerah taklukkan Jepang termasuk pulau Formosa (Taiwan) terhadap China; serta merrbebaskan Korea. Sedangkan pada Konferensi Teheran, menyusul pertemuan di Kairo, disepakati oleh Roosevelt, Churchill dan Stalin, untuk mengadakan serangan gabungan ke Normandia serta untuk mendukung serangan Rusia ke Jerman, mendukung pasukan Tito di Yugoslavia, serta menciptakan perbatasan baru antara Jerman dan Polandia.
Dalam Konferensi Yalta yang berlangsung bulan Februari 1945, Roosevelt, Churchill dan Stalin sepakat untuk mcmbentuk negara Polandia yang demokratis dan bebas dan ancaman Jerman. Disepjikati juga mengenai pembentukan organisasi internasional baru tanggal 25 April 1945 di San Francisco. Jerman , sebagai negara yang kalah perang, dibagi menjadi beberapa daerah pendudukan dan sejumlah 20 milyar dana harus disediakan untuk reparasi Jerman. Dalam Konferensi Yalta juga disepakati untuk dimasukkannya hak veto dalam organisasi dunia yang akan didirikan, serta diizinkannya Ukraina Soviet dan Byelorussia sebagai negara berdaulat untuk menjadi anggota PBB. Uni Soviet sepakat untuk berperang dengan Jepang selama tiga bulan setelah kekalahan Jerman. Di Asia, Rusia akan memperoleh daerah pendudukannya seperti sebelum perang Rusia Jepang tahun 1905. Keadaan status quo akan tetap dipelihara Mongolia; Rusia akan memperoleh kembali wilayah selatan Sakhalin; Port Arthur akan disewakan kepada Rusia sebagai pangkalan angkatan laut. Sedangkan jalan kereta api yang inelintas Manchuria dan China Timur akan dioperasikan bersama oleh pemerintah nasionalis China dan Rusia. Rusia juga akan memperoleh kepulauan Kuril serta keadaan geografis sebelum meletusnya perang dengan Jepang tahun 1905.
Konferensi terakhir selama berlangsungnya perang dunia II adalah Konferensi Postdam yang berlangmng antara bulan Juli-Agustus, Dalam konfernsi tersebut Churchill, Truman dan Stalin sepakat untuk membentuk Dewan Menteri-menteri luar negeri (Council of Foreign Ministers) yang mewakili Inggeris, Perancis Uni Soviet, China Nasionalis dan AS. Dewan tersebut bertugas untuk menciptakan perjanjian damai bagi Italia dan negara-negara setelit Eropa. Sejumlah kesepakatan ekonomi dan politik bagi Jerman juga diputuskan dalam konferensi tersebut. Akhiraya Jerman didemiliterisasi dan Na.d dibubarkan. Ekonomi Jerman disentralisasi Sedangkan Rusia memperoleh konsesi untuk mereparasi daerah pendudukannya di Jerman. Rusia juga menerima perlengkapan industri dan daerah pendudukan Jerman di bagian barat termasuk perlengkapan industri. Mengenai Polandia, Konfernsi sepakat untuk merehabilitasi perbatasannya dan menguasai Prusia Timur, Silesia, Brandenburg dan Pomeria. Sedangkan negara-negara Balkan dan Italia memperoleh hak untuk menjadi anggota PBB,


BAB III PENUTUP

Doktrin Monroe yang dicetuskan Presiden Amerika pada saa itu James Monroe menjadi  kebijakan luar negeri Amerika. Dimana intinya Amerika tidak akan mencampuri urusan luar negeri bangsa lain, namun juga sebaliknya Negara lain tidak boleh mencampurui urusan dalam negeri bangsa Amerika. Doktrin Monroe yang memiliki arti America for the Americans. Hal inilah yang mencipatkan Pan- Amerikanisme.
Doktrin Monroe yang dianggap sebagai Pan Amerikanisme telah menganggap bahwa seluruh benua Amerika akan disatukan. Ketika Kuba sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Namun Spanyol tidak mau memberikan dan tetap bercokol di Kuba hal ini lah yang membuat Amerika dengan Doktrin Monroenya yang menganggap bahwa Negara luar tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri Amerika. Spanyol dianggap telah mencampuri kepentingan dalam negeri Amerika. Dengan begitu Amerika telah melanggar doktin monroenya.
Dalam menghadapi Perang Dunia I yang terjadi di Eropa, politik luar negeri AS dihadapkan pada dilema. Pertama, AS ingin tetap berpegang pada prinsip netral yang dianutnya untuk tidak melibatkan diri dengan perang yang terjadi di luar wilayah teritorialnya. Namun demikian, kepentingan perdagangannya di kawasan tersebut terancam karena serangan-serangan negara-negara yang bertikai. Para diplomat AS dihadapkan pada dua pililian antara tetap mempertahankan sikap netralnya dengan menjamin kepentingan ekonominya di kawasan tersebut yang berarti melibatkan diri dalam peperangan. Namun penenggelaman kapal Amerika oleh Jerman membuat Amerika terjun secara langsung dalam perang dunia I yang bergabung dalam blok sekutu.
Ketidakmampuan AS dalam mempertahankan sikap netralnya dalam urusan Eropa berusaha diperbaiki dalam tahun 1930-an. Antara tahun 1935-1939 dikeluarkan sejumlah kebijaksanaan yang pada prinsipnya berusaha mempertahankan kenetralan untuk tidak memihak negara-negara yang bertikai. Sikap netral itu antara lain ditunjukkan dengan embargo senjata terhadap negara-negara yang bertikai.Setelah dibomnya Pangkalan Laut Amerika Pearl Harbaour di Hawaii pada tanggal 7 Desember oleh Jepang. Satu hari kemudian Amerika menyatakan perang terhadap Jepang. Untuk kedua kalinya Amerika gagal mempertahankan kenetralannya.














Daftar Pustaka

Gray, Wood. Garis Besar Sejarah Amerika
Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Biro Program Informasi Internasional
Departemen Luar Negeri A.S



Imprealisme dan Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.

Tugas Individu


Oleh:
RENY PUTRI ADITIYA
120210302004



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014



BAB I PENDAHULUAN

1.2  Latar Belakang

Kemenangan Amerika Serikat dalam perang melawan Spanyol (1898) merupakan puncak dari imperialisme Amerika Serikat, di mana Amerika Serikat menguasai Philipina, Guam dan Puerto Rico dan dimana Amerika Serikat membebaskan Cuba tetapi memaksa Amandement Platt atas konstitusi Cuba, yang dipergunakan sebagai pangkalan angkatan laut AmerikaSerikat.
Namun hal tersebut dianggap telah melanggar kebijakan politik luar negeri bangsa tersebut. Politik luar negeri Amerika yang terkenal pada masa itu adalah “Doktrin Monroe”. Doktrin Monroe adalah kebijakan pemerintah Amerika yang dikeluarkan oleh Presiden James Monroe. Doktrin Monroe berbunyi Amerika Serikat menganggap segala campur tangan pihak luar dalam urusan negara - negara di benua Amerika sebagai (ancaman) bahaya terhadap keamanan dan keselamatannya.
Adanya doktrin monroe ini hubungan Amerika Serikat dengan Negara Amerika Latin makin dekat karena ada persepsi bahwasanya Amerika Serikat telah membantu untuk melindungi kawasan Amerika Latin. Namun persepsi negatif dalam melihat sikap amerika Serikat terhadap kawasan Amerika latin pun juga muncul. Pemerintah Negara Negara Amerika Latin berfikir bahwa Amerika Serikat menggunakan doktrin monroe sebagai media untuk mendominasi benua amerika. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan investasi dari Amerika maupun sekutunya yakni Inggris yang meningkat setelah keluarnya doktrin Monroe.
Kedudukan Amerika didaerah Filipina membuat bangsa ini juga terlibat dalam peperangan yang sangat dasyat pada abad ke 20 yaitu Perang Dunia.  Pada awalnya Amerika masih mempertahankan “Doktrin Monroe” nya untuk tetap netral dan tidak memihak dari salah satu blok yang terlibat dalam Perang Dunia. Namun perkembangannya Amerika harus mengangkat senjata dan terjun secara langsung kedalam perang dunia.

1.2 Rumusan Masalah

  1. Bagaiamana hubungan  Doktrin Monroe sebagai  awal imprealisme Amerika ?
  2. Bagaimana imprealisme Amerika terhadap Negara lain ?
  3. Bagaimana keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia ?

1.3 Tujuan

  1. Mengetahui hubungan antara Doktrin Monroe sebagai awal Imprealisme Amerika
  2. Mengetahui imprealisme Amerika terhadap Negara lain
  3. Mengetahui keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia



BAB II PEMBAHASAN

2.1  Doktrin Monroe Sebagai Awal Imprealisme Amerika

Doktrin Monroe adalah salah satu kebijakan Amerika Serikat yang pertama kali dicetuskan oleh James Monroe presiden ke 5 Amerika serikat pada 2 desember 1823, yang berbunyi: "Amerika Serikat menganggap segala campur tangan pihak luar dalam urusan negara - negara di benua Amerika sebagai (ancaman) bahaya terhadap keamanan dan keselamatannya". Doktrin ini dicetuskan karena pada tahun-tahun sebelum 1823 di wilayah ini banyak terjadi intervensi terhadap AS oleh Negara-negara Eropa.
Doktrin Monroe (Monroe Doctrine) adalah asas politik luar negeri Amerika Serikat yang terkandung dalam pesan Presiden Monroe kepada Kongres tahun 1823. Doktrin berawal dari dua masalah diplomatik, yaitu pertempuran secara kecil-kecilan dengan Rusia mengenai pantai barat laut Amerika Serikat dan kekhwatiran bahwa Aliansi Suci (Rusia, Austria, Prusia) akan mencoba menguasai kembali negara-negara Amerika Latin yang baru saja melepaskan diri dari Spanyol. Menteri Luar Negeri Inggris menghendaki pengiriman pernyataan bersama Inggris – Amerika kepada negara-negara anggora Aliansi Suci, tetapi Amerika bersikeras bertindak sendiri dan menyusun doktrin tersebut yang mengandung hal penting, yaitu ada empat prinsip dasar, yang cukup terkenal. Antara lain :
1.      Amerika Serikta tidak akan mencampuri masalah-masalah internal ataupun peperangan di antara Negara Eropa
2.      Amerika Serikat mengakui dan tidak mencampuri koloni yang masih ada di bawah keuasaan negara Negara Eropa
3.      Negara Eropa harus menghentikan kolonisasi lebih lanjut
4.      Upaya apapun oleh Negara Eropa untuk menekan atau mengendalikan Negara manapun di dunia akan diapndang sebagai tindakan kekerasan melawan Amerika Serikat.
Dikeluarkannya Doktrin Monroe ini, maka upaya negara-negara Eropa untuk menjajah atau melakukan campur tangan terhadap negara-negara di benua Amerika akan dipandang sebagai agresi, sehingga Amerika Serikat akan turun tangan. Akan tetapi, Amerika Serikat tidak akan mengganggu jajahan Eropa yang sudah ada. Doktrin ini diterapkan setelah sebagian besar jajahan Spanyol dan Portugal di Amerika Latin telah merebut kemerdekaannya.
Doktrin Monroe intinya adalah “America for the Americans” yang berarti politik isolasi, artinya negara-negara di luar Amerika jangan mencampuri soal-soal dalam negeri Amerika dan sebaliknya Amerika tidak akan ikut dalam soal-soal di luar Amerika. Doktrin Monroe dapat juga diartikan sebagai Pan-Amerikanisme, yaitu seluruh negara-negara di Amerika harus merupakan satu keluarga Bangsa Amerika di bawah pimpinan Amerika.
Adanya doktrin Monroe ini hubungan Amerika Serikat dengan Negara Amerika Latin makin dekat karena ada persepsi bahwasanya Amerika Serikat telah membantu untuk melindungi kawasan amerika latin. Namun persepsi negatif dalam melihat sikap amerika Serikat terhadap kawasan Amerika latin pun juga muncul. Pemerintah Negara Negara Amerika Latin berfikir bahwa Amerika Serikat menggunakan doktrin monroe sebagai media untuk mendominasi benua Amerika. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan investasi dari Amerika maupun sekutunya yakni Inggris yang meningkat setelah keluarnya doktrin Monroe.
Doktrin Monroe yang dianggap sebagai Pan Amerikanisme telah menganggap bahwa seluruh benua Amerika akan disatukan. Ketika Kuba sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Namun Spanyol tidak mau memberikan dan tetap bercokol di Kuba hal ini lah yang membuat Amerika dengan Doktrin Monroenya yang menganggap bahwa Negara luar tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri Amerika. Spanyol dianggap telah mencampuri kepentingan dalam negeri Amerika
Sikap dari Amerika Serikat yang begitu mencampuri urusan Amerika latin telah membuahkan pergolakan fisik antara Amerika dengan Spanyol. Dimana dengan adanya insiden meledaknya kapal amerika maka sikap untuk bermusuhan dengan Spanyol muncul di benak rakyat Amerika dan akhirnya telah berhasil mengusir kekuatan Spanyol dari Kuba. Selain akses yang diakibatkan oleh adanya peranan yang begitu besar dari Amerika maka dalam pembuatan rancangan konsitusi Kuba tahun 1900, pihak amerika serikat memaksakan adanya satu dokumen yang terkenal yakni, Amandemen senator orville hitchcock platt (platt amendement). Dalam amndemen ini pihak amerika memberikan hak untuk dapat mencampuri urusan dalam Negeri dari negara Kuba. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi harta dan benda serta warga Amerika serikat yang ada di Kuba. Tentu saja hal ini telah membuat pembatasan hak dari Kuba dalam meminta bantuan asing lainnya. Sekaligus tidak dapat untuk mencegah keinginan dari Amerika untuk membangun pangkalan angakatan lautnya di Kuba.
Interpestasi yang meluas dari doktrin monroe terjadi seiring dengan tampilnya Amerika Serikat menjadi salah satu kekuatan dunia. Amerika mengkalim bahwasanya negara ini adalah polisi dunia. Sehingga negara Negara Amerika Latin ikut menjadi wilayah pengaruhnya serta menjadi penyumbang kekuatan dari Amerika secara finansial. Selain itu dengan adanya penginteprestasian yang meluas atas doktrin mempermudah upaya amerika serikat untuk mendapatkan akses sumber daya dari Negara Amerika Latin. Namun upaya Amerika bukanlah tanpa ada tantangan dari negara-negara kolonial lainnya ataupun dari pemerintah Negara baru di Amerika Latin.
Doktrin Monroe merupakan sarana bagi Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih lanjut dari negara-negara Eropa atas benua Amerika. Namun demikian, doktrin tersebut dianggap bermanfaat bagi kepentingan negara-negara di Amerika Latin. Presiden Monroe sendiri menyatakan bahwa AS mengharapkan semua penduduk benua Amerika, di utara dan selatan, untuk mengeksploitasi semua potensi yang dimiliki oleh the New World (benua Amerika). Bagi AS sendiri doktrin tersebut akan memperkuat Perjanjian Transkontinental, serta beberapa persetujuan lain seperti terbukanya Oregon bagi pemukim Amerika, serta kesempatan ekonomi yang lebih luas bagi AS menyusul keberhasilan revolusi di negara-negara Amerika Latin

2.2  Imprealisme Amerika

             Sumber perkembangan Amerika di akhir abad ke-19 sangat bervariasi. Secara internasional, masa-masa itu adalah masa-masa kegilaan para imperialis, dimana kekuatankekuatan di Eropa berlomba-lomba untuk menguasai Afrika, dan berlomba, bersama Jepang, mendapatkan pengaruh dan bisnis di benua Asia. Banyak tokoh Amerika, termasuk tokoh-tokoh berpengaruh seperti Theodoore Roosevelt, Henry Cabot Lodge dan Elihu Root, merasa bahwa untuk menjaga kepentingan mereka, Amerika Serikat juga perlu untuk mengintai wilayah pengaruh ekonominya sendiri. Pandangan ini diikuti dengan lobi menggunakan kekuatan laut yang besar, yang memerlukan pasukan laut yang terus berkembang dan jaringan pelabuhan- pelabuhan luar negeri sebagai pengamanan ekonomi dan politik yang penting bagi negeri itu.
Pada umumnya, doktrin “takdir yang nyata”, yang pertama-tama digunakan untuk membenarkan perluasan Amerika di dalam benuanya sendiri, sekarang dihidupkan kembali untuk menegaskan bahwa Amerika Serikat memiliki hak dan tanggungjawab untuk memperluas pengaruh dan peradabannya ke Belahan Barat dan ke Karibia, juga menyeberangi Pasifik. Pada waktu yang sama, seruan anti-imperialis dari berbagai koalisi dari para Demokrat bagian Utara dan Republikan Reformis terus terdengar dan konstan. Sebagai hasilnya, akuisisi dari ‘kerajaan’ Amerika Serikat hanya sedikit demi sedikit dan penuh keraguan. Administrasi berotak kolonial biasanya hanya berpikir tentang perdagangan dan ekonomi daripada pengaruh politik.
Doktrin Monroe merupakan sarana bagi Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih lanjut dari negara-negara Eropa atas benua Amerika. Namun demikian, doktrin tersebut dianggap bermanfaat bagi kepentingan negara-negara di Amerika Latin. Adanya doktrin Monroe ini hubungan Amerika Serikat dengan Negara Amerika Latin makin dekat karena ada persepsi bahwasanya Amerika Serikat telah membantu untuk melindungi kawasan Amerika Latin.
Sikap dari Amerika Serikat yang begitu mencampuri urusan Amerika latin telah membuahkan pergolakan fisik antara Amerika dengan Spanyol. Dimana dengan adanya insiden meledaknya kapal amerika maka sikap untuk bermusuhan dengan Spanyol makin memuncak. Peperangan antara Spanyol dan Amerika tak terhindarkan. Amerika berhasil memenangkan peperangan dengan Spanyol hal ini membuat Amerika medapatkan wilayah jajahan Sponyol yaitu Kuba dinyatakan merdeka sedangkan Puerto Rico, Filipina dan Guam di jadikan Koloni Amerika Serikat

2.2.1 Kuba

Spanyol tetap menguasai Pulau Kuba yang terletak di selatan semenanjung Florida dimana perdagangan dengan Amerika Serikat terjalin ramai. Pada tahun 1895 amrarah Kuba yang semakin besar terhadap tirani negara induk akhirnya meledak dalam perang kemerdekaan.
Usaha untuk menggulingkan pemerintaha panjajah (Spanyol) timbul antara tahun 1824-1868, tetapi selalu gagal. Mula-mula melalui gerakan bawah tanah, kemudian menjadi perlawanan terbuka. Pada umumnya Amerika Serikat memberi bantuan kepada gerakan kemerdekaan Kuba dalam bentuk biaya, perlengkapan, persenjatahan, dan fasilitas penggunaan wilayahnya sebagai basis penyerangan terhadap pangkalan-pangkalan militer Spanyol.
Kemudian timbul perang sepuluh tahun (1868-1878)di kuba  atau tepatnya di sebut pemberontakan sepuluh tahun, karena apa yang terjadi waktu itu adalah pemberontakan rakyat melawan melawan penguasa Spanyol. Walaupun pemberontakan ini merupakan suatu langkah maju daripada sistem perlawanan sebelumnya, belum juga berhasil.
Ketika pemberontakan sampai pada puncaknya dalam tahun 1898, Amerika Serikat ikut campur tangan dalam memerangi Spanyol dengan maksud, yakni :
1.      Menyatakan simpati terhadap perjuangan rakyat Kuba
2.      Melindungi kepentingan ekonominya di Kuba, antara lain perkebunan tembakau, perkebunan tebu, dan perkebunan buah-buahan.
3.      Menghukum Spanyol, akibat hancurnya kapal perang Amerika Serikat Maine pada tanggal 15 Februari 1898 di pelabuhan Hanava, sehingga Spanyol lah yang harus bertanggung jawab.
Amereika Serikat memperhatikan berlangsungnya pemberontakan ini dengan kekhawatiran yang main besar. Kebanyakan orang Amerika bersimpati terhadap bangsa Kuba, tetapi Presiden Cleveland berekad untuk mempertahankan kenetralan. Namun tiga tahun kemudian ketika dalam masa Pemerintahan McKinley kapal perang Amerika Serikat Maine dihancurkan waktu sedang berlabuh di pelabuhan Havana dengan memakan korban 260 orang meninggal, meledaklah kemarahan. Meskipun untuk beberapa waktu McKinley masih mencoba mempertahankan kedaimaian namun beberapa bulan kemudian, yakni behwa penangguhan namun beberapa bulan akan sis-sia saja, ia menyeruhkan campurtangan bersenjata.
Perang melawan Spanyol berlangsung cepat dan menentukan. Selama berlangsung empat bulan itu tidak satupun terjadi kekalahan Amerika yang berarti. Seminggu sesudah maklumat perang, Komondor George Dewey yang ada pada saat itu berada di Hongkong, dengan eksadornya yang terdiri dari enam kapal menuju ke Philipina. Perintahnya adalah untuk mencegah agar armada Spanyol yang berpangkalan disana tidak beroperasi di perairan Amerika. Ia terus menghancurkan seluruh armada Spanyol tanpa kehilangan satu pun nyawa Amerika. Dalam pada itu, di Kuba pasukan tentara daratan dekat Santiago, diamana setelah menenangkan serangkaian pertempuran singkat, mereka menbaki pelabuhann dengan meriam. Empat kapal bersenjata Spanyol berlayar ke luar dari Teluk Santiago dan beberapa jam kemudian mereka telah menjadi puing-puing besi.
Dari Boston sampai San Francisco peluit berbunyi dan bendera berkibar ketika terdengar berita bahwa Santiago telah jatuh. Surat-surat kabar mengirimkan wartawannya ke Kuba dan Philipina, yang lalu menyebarkan kemashiran pahlawan-pahlawan bangsa yang baru. Yang terutama di antara mereka ialah George Dewey yang tersohor di Manila dan Theodore Rooselvelt, yaitu pemimpin “Rough Riders” sebuah resimen kavaleri sukarela yang dikerahkannya untuk bertugas di Kuba. Spanyol segara minta damai, dan dalam perjanjian yang ditandatangani tanggal 10 desember 1898, Kuba diserahkan kepada Amerika Serikat guna diduduki untuk sementara waktu menjelang kemerdekaan pulau tersebut.
Kuba dinyatakan merdeka sedangkan Puerto Rico, Filipina dan Guam di jadikan Koloni Amerika Serikat, kemudian terbentuknya Republik Kuba dengan Thomas Estrada Palma sebagai presiden pertama di Cuba (1902-1906)
Walaupun telah merdeka, rakyat Kuba seolah-olah tidak merdeka karena:
1.      Amerika Serika ini mendektekan Amandemen Plat atas Konstitusi Kuba.
Dalam amndemen ini pihak amerika memberikan hak untuk dapat mencampuri urusan dalam Negeri dari negara kuba. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi harta dan benda serta warga Amerika serikat yang ada di Kuba. Tentu saja hal ini telah membuat pembatasan hak dari Kuba dalam meminta bantuan asing lainnya. Sekaligus tidak dapat untuk mencegah keinginan dari Amerika untuk membangun pangkalan angakatan lautnya di Kuba.
2.      Amerika Serikat masih tetap mempunyai basis Angkatan laut di teluk Guantanamo (Kuba).
3.      Dalam bidang ekonimi juga masih di kuasahi oleh Amerika Serikat
Kuba memperoleh kemerdekaan simbolik pada saat tentara Amerika Serikat angkat kaki pada tahun 1902. Tetapi amerika Serikat masih tetap mempunyai hak melakukan intervensi untuk menjaga tertip sipil. Amerika melakukannya selama tiga kali sebelum melepas hak tersebut pada tahu 1934. Walaupun Kuba sudah merdeka penuh, pengaruh ekonomi dan politik Amerika serikat sangat kuat sampai pada tahun 1859, yaitu ketika Fidel castro menggulngkan pemerintah yang berkuasa dan membentuk rezim marxis yang sangat erat hubungannya dengan Uni Soviet.

2.2.2 Filipina

Penguasaan Filipina oleh Anerika mendapat kecaman dari bangsa Eropa karena ditangkap telah melanggar Doktrin Monroe, yang isinya mengatakan bahwa Amerika anti Kolonialisme dan Imperalisme. Amerika dianggap sebagai ancaman baru bagi bangsa Eropa atas kekuasaannya di Asia. Untuk meredakan kecaman tersebut, Amerika menyatakan Filipina semata-mata untuk menjalankan eksperimen imperialisme. Artinya Filipina akan dijadikan model negara dengan sistem kekuasaan liberal seperti Amerika di wilayah Asia.
Perang melawan Spanyol berlangsung cepat dan menentukan. Selama berlangsung empat bulan itu tidak satupun terjadi kekalahan Amerika yang berarti. Seminggu sesudah maklumat perang, Komondor George Dewey yang ada pada saat itu berada di Hongkong, dengan eksadornya yang terdiri dari enam kapal menuju ke Philipina. Perintahnya adalah untuk mencegah agar armada Spanyol yang berpangkalan disana tidak beroperasi di perairan Amerika. Ia terus menghancurkan seluruh armada Spanyol tanpa kehilangan satu pun nyawa Amerika.
Amerika Serikat yang baru saja hadir di Philipina itu sekarang menaruh harapan besar untuk menjalin perdagangan giat dengan cina. Namun sejak dikalahka  Cina oleh Jepang dalam PD tahun 1894-1895, berbagai negara Eropa telah mendirikan pangkalan laut, menyewa wilayah, dan membangun kawasan pengaruh disana. Mereka bukan saja berhasil memperoleh hak monopoli perdagangan melainkan juga izin ekslusif untuk menanamkan modal dalam kontruksi jalan keretaapi dan pengelolahan tambang didaerah-daerah didekat nya.
Pada tahun 1919 delegasi Filipina di bawah Manuel Quezon pergi ke Amerika untuk menuntut kemerdekaan penuh atas Filipina. Amerika menjawab dengan mengirimkan The Wood Forbes Mission tahun 1922, yang isinya menyatakan bahwa Filipina belum mampu untuk merdeka. Bangsa Filipina menolak ucapan Wood Forbes. Senat Filipina meletakan jabatannya, dan menuntut kemerdekaan penuh.
Masa kekuasaan Amerika di Filipina berlangsung dari tahun 1898 sampai tahun 1946.
1.      Periode Tahun 1898-1942.
Amerika melakukan pembinaan terhadap system kekuasaan yang akan diterapkan di Filipina melalui perjanjian damai dengan para tokoh nasionalis pada tahun 1907. Isinya, antara lain menjamin kemerdekaan Philipina untuk 50 tahun yang akan datang.
2.      Periode Tahun 1942-1945.
Amerika mengalami kekalahan di Pasifik yang mengakibatkan Filipina dikuasai oleh Jepang. Pada tanggal 2 Januari 1942 Manila, ibu kota Filipina, jatuh ke tangan Jepang. Jendral Deuglas Mac Arthur meninggalkan Filipina untuk menyusun pasukan sekutu di Australia. Pada tanggal 6 Mei 1942 seluruh Filipina jatuh ke tangan Jepang.
Kekalahan Jepang untuk pertama kalinya adalah dalam pertempuran di laut Karang, yang merupakan titik balik bagi kemenangan Jepang. Sejak itu Jepang menggunakan bangsa Filipina sebagai teman di bawah Presiden Laurel untuk menghadapi sekutu. Tetapi dengan mendaratnya Sekutu di Filipina, dan kemudian kalahnya Jepang terhadap Sekutu maka Republik Filipina membuat Jepang lenyap kembali (22 Oktober 1945).
Setelah Perang Dunia II selesai, Amerika Serikat menepati janjinya untuk memberi kemerdekaan kepadaan Filipina. Pesawat terbang jepang berhasil menenggelamkan kapal perang Price of wales dan Repulse di Laut Natuna tahun 1942, menyebabkan tentara Sekutu merosot. Tak lama kemudian Amerika Serikat membuat pesawat terbang B29 untuk menggempur Jepang dengan menjatuhkan bon atom di Hiroshima dan Nagasaki. Maka berakhirlah Perang Dunia II, lebih cepat dari yang diperkirakan.
3.      Periode tahun 1945-1946.
Jepang mengalami kekalahan dari sekutu, berarti kekuasaan Amerika masuk kembali di Filipina

2.2.3 Puerto Rico

Sebelum abad XIX berakhir negara Amerika Serikat ingin menguatkan kendali mereka terhadap daerah maritim atau lautan karibia. Salah satu cara yang dijalankan demi terwujudnya keinginan tersebut adalah menguasai Kuban dan Puerto Rico. Atas dasar ini kemudian pemerintah Amerika memberi tawaran dan pada Spanyol senilai 160 juta dolar agar bersedia melepas kekuasaannya atas dua wilayah jajahan mereka itu.
Tapi pemerintahan Spanyol tidak tertarik dan menolaknya. Karena mendapat penolakan, akhirnya Amerika menempuh cara berbeda yaitu sistem kekerasaan. Pada tahun 1898 Amerika menyatakan perang pada Spanyol. Namun mereka berdalih peperangan ini dipicu oleh sebuah pertikaian yang terjadi didaerah Kuba dan tenggelamnya kapal perang Amerika di daerah pantai Havana
Peurto Rico ini menjadi daerah kolonisasi Amerika Serikat karena Amerika Serikat menang dalam peperangan dengan Spanyol, awalnya wilayah Peurto Rico ini adalah daerah kekuasaan Spanyol, tetapi sebagai ganti rugi dalam perang, maka Peurto Rico menjadi milik AS. Pada tahun 1917 konggres Amerika memberi warga Peurto Rico hak untuk memilih wakil Rahyat mereka. Tetapi undang-undang yang sama itu menghasilkan nasib yang berbeda bagi pulau itu, karena menyertakan Peurto Rico secara resmi adalah wilayah Amerika. Dan penting lagi rakyatnya menjadi warga Amerika Serikat. Pada tahun 1950, konggres memberi Puerto Rico kebebasan penuh untuk menentukan masa depannya. Dalam referendum pada tahun 1952, warga menolak Puerto rico menjadi negara bagian ataupun mendapatkan kemerdekaan penuh sebagai gantinya mereka memilih status warga persemakmuran. Banyak orang Puerto rico asli yang sudah menetap di daratan Amerika Serikat dimana mereka medapatkan akses bebas serta mendapat hak plitik an sipil seperti warga negara Amerika lainnya.
Peperangan berlangsung pada 25 Juli 1898 dan berhasil memenangkan Amerika. Pasukan negara tersebut sukeses menguasai Puerto Rico.  Penyerahan daerah kekuasaan ini diatur dalam suatu perjanjian yang dinamakan Perjanjian Paris. Sejak saat itu Puerto Rico dikuasai militer negara Amerika. Sistem pemerintahan di daerah ini kemudian dilaksanakan seorang gubernur. Jabatan gubernur tersebut dipegang warga setempat namun ditunjuk oleh pemerintahan Amerika Serikat.
Gubernur harus memberi tanggung jawab hasil kerjanya secara langsung pada Presiden. Selain itu, gubernur punya kewenangan untuk melakukan pengontrolan secara penuh di Puerto Rico. Namun dalam kondisi tertentu pemerintah pusat Amerika tetap punya hak veto atas negara itu

2.3 Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia

 Sebuah konflik dunia terjadi pada tahun 1914- 1918 yang melibatkan beberapa Negara di Eroapa. Konflik ini disebut perang dunia. Amerika sendiri pada awalnya tidak ikut serta dalam perang dunia itu. Mereka mempertahankan sikap netralnya dan tidak berpihak pada pihak manapun (Blok Sekutu dan Sentral) yang terlibat dalam perang dunia ini. Meskipun demikian, kedua blok dalam perang tersebut, yakni sekutu dan sentral berusaha untuk mempengaruhi Amerika supaya masuk kedalam blok mereka. Dalam perkembangannya Amerika memutuskan untuk ikut serta dalam perang ini.
Perang Dunia II adalah sebuah global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Ketidakmampuan AS dalam mempertahankan sikap netralnya dalam perang dunia I dan urusan Eropa berusaha diperbaiki dalam tahun 1930-an. Antara tahun 1935-1939 dikeluarkan sejumlah kebijaksanaan yang pada prinsipnya berusaha mempertahankan kenetralan untuk tidak memihak negara-negara yang bertikai. Sikap netral itu antara lain ditunjukkan dengan embargo senjata terhadap negara-negara yang bertikai. Namun demikian, sikap netral tersebut juga tidak bisa dipertahankan. Dalam praktek, seringkali sikap netral AS dalam politik luar negerinya bertentangan dengan kepentingannnya sendiri. Keterlibatan AS dalam Perang Dunia II, dapat dijelaskan dari ketidakkonsistenan negara tersebut menjaga politik netralnya.

2.3.1 Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia I

Bagi rakyat Amerika yang hidup pada 1914, pecahnya perang di Eropa—Jerman dan Austria- Hongaria melawan Inggris, Perancis, dan Rusia—membuat mereka tersentak. Awalnya pertempuran itu seakan terasa sangat jauh, tapi dampak ekonomi dan politiknya terasa dalam waktu singkat dan dengan parah. Selama 1915, industri Amerika, yang sedang mengalami masa depresi ringan, mulai membaik karena adanya permintaan peralatan perang dari Sekutu di Barat.
Kedua pihak yang berseteru menggunakan propaganda untuk menyulut semangat rakyat Amerika—yang sepertiganya adalah warga negara asing atau lahir dari orangtua berkewarganegaraan asing. Selain itu, Inggris dan Jerman menghadang kapal Amerika di laut lepas, menimbulkan protes keras dari Presiden Woodrow Wilson.
Segera setelah perang meletus, Amerika Serikat menghadapi dilema lain yaitu ketika Pemerintah Perancis meminta para banker Amerika untuk memberi pinjaman kepada Perancis sebesar 100 juta dolar. Apabila berpegang pada sikap netralnya maka pemerintah AS seharusnya membiarkan pada banker AS untuk memenuhi tuntutan Perancis. Namun demikian, menteri luar negeri AS, Bryan, menyatakan bahwa dengan diberikannya pinjaman kepada negara lain yang terlibat perang maka AS melanggar sikap netral yang sesungguhnya. Melalui perdebatan alot di dalam negeri, akhirnya AS memenuhi tuntutan para bankir untuk memberikan pinjaman kepada negara-negara Eropa dengan alasan yang rasional. Pertama, AS akan kehilangan perdapatannya dari perdagangan yang berkaitan dengan peralatan perang jika pemerintah AS menolak memberi pinjaman kepada Sekutu. Kedua, seperti yang juga diakui oleh negara-negara Sentral, perdagangan amunisi dan peralatan perang adalah legal (sah), dan dengan demikian apabila AS menolak pemberian pinjaman maka AS telah melanggar sikap netralnya dengan memihak negara-negara Sentral dengan cara menolak tuntutan pinjaman dari negara-negara Sekutu. Ketika perang meletus, akhirnya AS memberikan pinjaman kepada negara-negara Eropa sebesar $ 23 milyar , termasuk kepada Jerman sejumlah $ 27 juta. Pinjaman tersebut merupakan salah satu bentuk kemenangan Sekutu di bidang ekonomi dan bukan di bidang tujuan perang mereka, karena AS tetap tidak memiliki pandangan yang sama dengan mereka dalam keterlibatannya dalam Perang Dunia I.
Sebagai penguasa lautan, Inggris menghentikan dan memeriksa kapal induk Amerika, mengambil alih “barang selundupan” untuk pihak Jerman. Jerman mengerahkan senjata lautnya yang terbesar, yaitu kapal selam, untuk menenggelamkan kapal yang berlayar ke Inggris atau ke Perancis. Presiden Wilson memperingatkan bahwa Amerika takkan menyerahkan hak tradisionalnya untuk bersikap netral dan berdagang dengan negara yang gemar berperang. Ia juga mengumumkan bahwa negerinya akan menuntut “pertanggungjawaban penuh” pihak Jerman atas kerugian armada laut dan rakyat Amerika yang menjadi korban. Pada 7 Mei 1915, kapal selam Jerman menenggelamkan kapal pesiar Inggris, Lusitania, menewaskan 1.198 orang, 128 orang di antaranya orang Amerika. mencerminkan kemarahan rakyat Amerika, Presiden Wilson mendesak agar penyerangan terhadap angkutan laut dan kapal dagang Amerika segera dihentikan.
Meskipun presiden telah memberikan pernyataannya, namun rakyat amerika sebenarnya banyak yang menginginkan Amerika berada di salah satu blok. Orang-orang keturunan Inggris banyak yang condong pada Triple Etente (sekutu), sementara keturunan Jerman ingin berada dalam pihak Triple Alliance (As).  Namun demikian, tidak ada yang benar- benar mengharapkan Amerika langsung ikut terjun dalam peperangan. Sebagai negara netral, Amerika mempunyai hak untuk itu yang secara historis dan meyakinkan berada dibawah hukum internasional, antara lain:
1. Negara netral bisa menjual barang-barangnya dan berdagang persenjataan maupun barang-barang lainnya dengan negara yang sedang berperang.
2. Negara yang sedang berperang dapat menekan perdagangan ini dengan saling blokade untuk menghentikan iriingan kapal yang membawa barang-barang tersebut, namun blokade harus efektif yakni dengan sejumlah kapal perang untuk patroli.
3.Jika kapal dagang dari negara netral atau musuh berlayar dan tertangkap, maka boleh dimiliki dan diambilalih dalam keadaan tertentu namun tidak boleh ditenggelamkan atau dirusak sehingga membahayakan keamanan awak dan penumpangnya.
Karena tidak ingin memulai perang dengan Amerika, Jerman setuju untuk memberi peringatan terlebih dulu kepada kapal dagang—bahkan jika kapal itu mengibarkan bendera musuh—sebelum menyerang. Namun, setelah melakukan dua serangan lagi—tenggelamnya kapal pesiar Inggris Arabic pada Agustus 1915, dan kapal pesiar Perancis Sussex yang hancur terkena torpedo pada Maret 1916—Presiden Wilson mengeluarkan ultimatum yang mengancam akan memutuskan hubungan diplomatic mereka kecuali Jerman mengakhiri serangan bawah lautnya. Presiden Wilson kembali terpilih pada 1916, sebagian karena slogan: “Dia menjauhkan kita dari peperangan.” Merasa mengemba tugas untuk bertindak sebagai pendamai, dia berpidato di hadapan Senat Amerika, pada 22 Januari 1917, mendesak negara yang sedang berperang untuk menerima “perdamaian tanpa kemenangan.”
Pemerintah Jerman memberitakan bahwa perang kapal selam yang tak terbats akan di lanjutkan lagi. Tanggal 2 April 1917, setelah lima buah kapal Amerika ditenggelamkan, Wilson meminta kepada Kongres izin untuk mempermaklumkan perang. Seketika itupun, pemerintah Amerika mulai mengerahkan sumber- sumber miliernya, industry, buruh, dan pertaniannya. Pada bulan Oktober 1918, pasukan Amerika yang terdiri dari 1.750.000 orang sudah berada di Prancis.
Peranan angkatan laut Amerika menentukan sekali dalam membantu Inggris untuk mematahkan blockade kapal selam, dan ketika terjadi serangan Jerman yang sudah lama dinantikan, dalam musim panas 1918 pasukan-pasukan Amerika yang masih segar memainkan peran yang menentukan di daratan.
Pada musim panas 1918, tentara Amerika yang baru tiba di bawah pimpinan Jendral J. Pershing memainkan peranan penting dalam menghentikan serangan terakhir dari Jerman. Pada musim gugur tahun itu, tentara Amerika merupakan tokoh kunci dalam serangan di Meuse-Argonne, yang berhasil menembus Garis Hindenburg Jerman yang dibanggakan itu.
Presiden Wilson berkontribusi besar dalam mengakhiri perang secara lebih cepat dengan mendefinisikan tujuan perang Amerika yang menyatakan perjuangan ini bukan untuk memerangi rakyat Jerman melainkan terhadap pemerintahan otoriter mereka. Empat Belas Poinnya yang diajukan ke Senat menuntut; diakhirinya perjanjian internasional rahasia; kebebasan laut; perdagangan bebas antarnegara; pengurangan persenjataan negara; penyesuaian klaim kolonial agar lebih memihak kepentingan penduduk asli; pemerintahan otonomi bagi bangsa Eropa yang tertindas; dan yang penting, mendirikan Liga Bangsa-Bangsa yang dapat “menjamin kebebasan berpolitik dan menjaga integritas teritorial baik Negara besar maupun kecil secara adil.”
Pada Oktober 1918, karena menghadapi sejumlah kekalahan, pemerintah Jerman mengajukan permohonan bernegosiasi dengn Wilson dengan dasar Empat Belas Poin tersebut. Setelah sebulan bernegosiasi secara tertutup yang akhirnya tidak memberikan jaminan pasti bagi Jerman, gencatan senjata (resminya gencatan senjata, tapi sebenarnya menyerah) pun diputuskan pada 11 November.

2.3.1 Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia II

Sebelum periode kepemimpinan Roosevelt yang kedua berlangsung program dalam negeri dibayangbayangi oleh rancangan eskpansi rezim totaliter di Jepang, Italia, dan Jerman. Pada 1931 Jepang sudah menyerang Manchuria, menghancurkan perlawanan Cina, dan mendirikan negeri boneka Manchukuo. Italia, di bawah pimpinan Benito Mussolini, memperluas batas Negara hingga Libya dan pada 1935 mengalahkan Etiopia. Jerman, di bawah pimpinan Adolf Hitler, mempersiapkan perekonomian yang mendukung perang dan kembali menduduki Rhineland (yang didemilitarisasi melalui perjanjian Versailles setelah Perang Dunia I) pada 1936. Pada 1938, Hitler menggabungkan Austria ke dalam Kekaisaran Jerman dan menuntut penyerahan daerah Sudetenland di Cekoslowakia yang penduduknya berbahasa Jerman. Sejak saat itu perang sepertinya terancam akan pecah.
Amerika, kecewa akibat kegagalan memperjuangkan demokrasi pada Perang Dunia I, mengumumkan bahwa dalam kondisi bagaimana pun juga negara yang terlibat dalam konflik tidak bisa meminta dukungan Amerika. UU Kenetralan yang diberlakukan secara bertahap dari 1935 hingga 1937, melarang keras penjualan senjata kepada semua negara yang berperang, mewajibkan pembayaran tunai untuk komoditas lain, dan melarang kapal dagang berbendera Amerika mengangkut barang tersebut. Tujuannya adalah menghindari keterlibatan Amerika dalam perang orang lain, apa pun konsekuensinya.
Kemenangan Nazi atas Polandia pada 1939 dan pecahnya Perang Dunia II, memperluas sentiment isolasionis, walau Amerika jelas memihak korban agresi Hitler dan mendukung Sekutu yang menganut paham demokrasi, Inggris dan Perancis. Roosevelt hanya bias menunggu perubahan opini rakyat mengenai keterlibatan Amerika akibat suatu kejadian.
Setelah kejatuhan Perancis dan permulaan serangan udara Jerman ke Inggris pada pertengahan tahun 1940, perdebatan semakin seru antara rakyat yang mendukung demokrasi dan fraksi antiperang dikenal sebagai kaum isolasionis. Roosevelt berusaha memengaruhi opini rakyat ke arah intervensi. Amerika bergabung dengan Kanada dalam Dewan Pertahanan Bersama, dan bersekutu dengan negara-negara republik di kawasan Amerika Latin untuk memperkuat perlindungan kolektif di belahan bumi bagian barat.
Dihadapkan dengan krisis yang semakin genting, Kongres memilih bersiap untuk perang dan pada September 1940 mengeluarkan rancangan UU wajib militer pertama di Amerika pada saat negara tidak sedang berperang. Pada bulan itu juga, Roosevelt memutuskan perjanjian presidensial dengan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill. Amerika menyerahkan “kelebihan” senjata militer Navy 50 kepada Inggris untuk ditukar dengan pangkalan udara dan militer Inggris di Newfoundland dan Atlantik Utara.
Kampanye pemilihan presiden pada 1940 membuktikan bahwa kaum isolasionis, walaupun vokal, merupakan suara minoritas. Lawan Roosevelt dari partai Republik, Wendell Wilkie, cenderung memihak tindakan intervensi. Oleh karena itu pemilu kembali menghasilkan suara terbanyak bagi Roosevelt, menjadikannya sebagai presiden Amerika pertama, dan yang terakhir,yang dipilih untuk ketiga kalinya.
Pada awal 1941, Roosevelt membuat Kongres menyetujui program Hutang-Pinjam (Lend-Lease), yang memberinya keleluasaan melakukan barter senjata dan perlengkapan dengan negara mana pun (khususnya Inggris, Rusia dan Cina) yang dianggap vital bagi pertahanan Amerika. Total bantuan Amerika pada akhir perang berjumlah lebih 50.000 juta dolar.
Yang paling mengesankan, pada Agustus, Roosevelt bertemu Perdana Menteri Churchill di pesisir Newfoundland. Kedua pemimpin itu mengeluarkan “pernyataan bersama mengenai makna perang.” Yang mereka sebut dengan Perjanjian Atlantik (Atlantic Charter). Dengan muatan yang sangat mirip dengan pernyataan Empat Belas Poin (Fourteen Points) yang pernah dilontarkan mantan presiden Woodrow Wilson, maksud Perjanjian Atlantik antara lain: bukan (untuk) memperluas kekuasaan teritorial; bukan (untuk) melakukan perubahan territorial tanpa seizin rakyat yang bersangkutan; (untuk) membela hak setiap warga dalam memilih sendiri bentuk pemerintahannya; (untuk) mengembalikan otonomi mereka.
Sementara hampir segenap rakyat Amerika mengikuti perkembangan perang Eropa dengan cemas, ketegangan yang semakin kuat terjadi di Asia. Mengambil keuntungan dari kesempatan untuk memperkuat posisi strateginya, Jepang dengan berani mengumumkan “tatanan baru” di mana melalui pengumuman ini Jepang menyatakan dirinya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di seluruh kawasan Samudera Pasifik. Manakala berperang melawan Nazi, Inggris tak mampu bertahan hingga meninggalkan daerah kekuasaannya di Shanghai dan untuk sementara menutup rute pasokan Cina dari Birma. Pada musim panas 1940, Jepang memenangkan kesepakatan dari pemerintah Vichy Perancis yang lemah untuk menggunakan landasan terbang di Indocina utara. September itu Jepang secara formal bergabung dengan Poros Roma- Berlin. Amerika menentang dengan mengembargo ekspor besi tua ke Jepang.

Pada Juli 1941 Jepang menduduki Indocina Selatan, pertanda kemungkinan pergerakan ke selatan untuk merebut minyak bumi, timah, dan karet dari Malaysia jajahan Inggris dan Hindia Timur jajahan Belanda. Menanggapi hal ini, Amerika membekukan aset Jepang di Amerika dan memulai embargo satu-satunya komoditas yang paling dibutuhkan Jepang di antara semua komoditas yang ada—minyak bumi.
Jendral Hideki Tojo menjadi Perdana Menteri Jepang pada Oktober tahun itu. Pada pertengahan November, dia mengirim utusan diplomatik ke Amerika untuk bertemu dengan menteri luar negeri Cordell Hull. Dari sekian hal yang dibahas, Jepang menuntut Amerika menyerahkan aset Jepang di Amerika dan menghentikan ekspansi angkatan laut Amerika di Samudera Pasifik. Cordell Hull membalasnya dengan usulan agar Jepang menarik diri dari semua daerah kekuasaan yang direbutnya. Penolakan yang sangat cepat dari pihak Jepang pada 1 Desember membuat pembahasanini menemui jalan buntu.
Pada pagi hari 7 Desember, pesawat induk Jepang melancarkan serangan mendadak dan menghancurkan pangkalan militer Amerika di Pearl Harbor, Hawai.
Dua puluh satu kapal laut hancur atau rusak; 323 pesawat hancur atau rusak; 2.388 tentara, pelaut, dan warga sipil terbunuh. Akan tetapi, pesawat tempur Amerika yang akan memainkan peran sangat menentukan kan dalam perang di Samudera Pasifik di kemudian hari sedang berada di laut dan tidak berlabuh di Pearl Harbor.
Dalam semalam, opini rakyat Amerika yang masih terbagi menyangkut perang di Eropa berubah menjadi suara bulat akibat kejadian yang disebut Presiden Roosevelt dengan “hari yang selamanya akan dikenang akibat kekejian.” Pada 8 Desember, Kongres mengumumkan perang terhadap Jepang; tiga hari kemudian Jerman dan Italia mengumumkan perang terhadap Amerika.
Kemenangan militer AS dan sekutu-sekutunya dalam Perang Dunia II diperoleh dengan waktu yang cukup lama dan sulit. Pada tahun 1942, kekuatan AS dan sekutu-sekutunya berada dibawah tekanan berat negara-negara Axis. Pasukan AS di Corregidor, Philipina, terisolasi dari pasukan lainnya sampai bulan Mei. Pasukan Jepang bukan hanya mampu menghancurkan Pearl Harbour tetapi juga mengalahkan pasukan Inggens di Burma, Belanda di Indonesia dan pangkalan militer Inggens di Singapura. Semua kawasan Asia Tenggara telah jatuh ke tangan pasukan militer Jepang. Sedangkan India, Australia dan Selandia Baru berada di bawah ancaman Jepang. Pada pertempuraii di Midway dan Laut Coral bulan Mei dan Juni, pasukan AS mencatat kemenangan yang berarti. Tanggal 7 Agustus Angkatan Laut AS mendarat di Guadalcanal clan mulai mengadakan penyerangan. Pada pertempuiran di kepulauan Solomon, pasukan AS juga mulai mampu memukul pasukan Jepang yang kehilangan 5 kapal penjelajah dan 12 kapal serangnya Sejak peristiwa itu gelombang kemenangan mulai berada di tangan pasukan AS dan sekutu-sekutunya.
Di Afrika Utara, pasukin Jerman yang berhasil mencapai El Alamein, berjarak 70 mil dari Iskandana, tidak mampu bertahan lama untuk menguasai kawasan Afrika Utara. Setelah kedudukan Terusan Suez yang dikuasai Inggeris terancam, pasukan Inggeris yang dipimpin oleh Jernderal Montgomery mampu mengusir Rommel dari Mesir. Serangan gabungan pasukan Inggeris dan AS yang terjadi tanggal 8 November 1942 berhasil mengusir kekuatan Axis dari Afrika Utara.
Pasukan Sekutu juga memperoleh kemenangan di pertempuran Rusia. Setelah beberapa lama menguasai Rusia, pasukan Nazi Jerman bisa dikalahkan oleh pasukan AS dan sekutu-sekutunya. Demikian juga dalam pertempuran di Italia, sekutu mulai memperoleh kemenangan sejak tahun 1943. Setelah mengalami kekalahan dalam pertempuran di Sisilia, Musolini turun dari jabatannya sebagai pemimpin Fasis Italia tanggal 25 Juli 1945. Penggantinya, Marshal Badoglio, sepakat untuk mengadakan gencatan senjata dengan Sekutu dan ditandatangani tanggal 3 September 1943. Namun demikian, pasukan Jerman tidak mengakui gencatan senjata itu dan mulai menyerang pasukan Sekutu. Tanggal 4 Juni 1944 pasukan AS berhasil memasuki Roma dan dua hari kemudiari pasukan lainnya menginvasi Normandia. Demikian juga di kawasan Pasifik, pasukan AS berhasil memperoleh kemenangan. Guam berhasil direbut, Jepang dapat diusir ke Burma dari India, Paris dibebaskan; dan Rumania menyerah ke pasukan Rusia Tanggal 2 September 1944 pasukan angkatan darat AS memasuki Jerman. Terjadi pertempuran hebat di Jerman antara pasukan Sekutu dengan pasukan Nazi. Pasukan AS dan Rusia bertemua di Singai Elbe tanggal 26 April 1945 dan V.E. Day (victory in Europe atau hari kemenangan di Eropa) diproklamasikan tanggal 8 Mei 1945.
Pertempuran berdarah di Iwo Jima berhasil dimenangkan sekutu tanggal 17 Maret 1945 dan diikuti dengan invasi ke Yokohama dan Okinawa. Tanggal 6 Agustus, pasukan AS yang telah merebut beberapa pangkalan militer Jepang, menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan membumihanguskan tiga perlima kawasan kota. Dua hari kemudian, Rusia, yang telah menandatangani perjanjian non agresi dengan Jepang, menyatakan perang terhaclap Jepang. Akhirnya tanggal 14 Agustus, Pemerintah Jepang menyatakan menyerah dan menerima semua persayaratan Sekutu, dan perang dunia di Pasifikpun berakhir
Upaya diplomatik AS dalam mengakhiri PD II dilakukan melalui berbagai pertemuan internasional dan konfermsi dengan negara-negara sekutunya. Selama perang bertangsung, terdapat empat konferensi besar yang dilakukan oleh the Big Three atau "Tiga Besar"yaitu AS,
Inggeris dan Rusia. Konferensi-konferensi tersebut diselengarakan dalam rangka meng.ikhiri perang sekaligus juga mengkoordinasi strategi militer untuk menentukan serangan serta menciptakan kerangka pikir mengenai masa akhir perang. Pada Konferensi Moskow yang beilangsung bulan Oktober 1943 dan dihadiri oleh para menteri ketiga negara tersebut disepakati prinsip perdamaian menyeluruh. Artinya, mereka sepakat untuk tidak menciptakan perdamaian secara terpisah, serta menghukum Jerman sebagai negara yang paling bertanggungjawab atas korban sipil. Negara-negara the Big Three juga sepakat untuk meneruskan kerjasama erat setelah perang berakhir, membebaskan Austria, serta sepakat untuk menciptakan organisasi internasional baru yang menghimpun banyak negara termasuk ketiga negara tersebut. Pada Konferensi di Kairo, Mesir, bulan Desember 1943 Presiden Roosevelt, pemimpin Inggeris, Churchill dan pemimpin Nasionalis China Chiang Kai-shek sepakat untuk mengambil alih daerah taklukkan Jepang termasuk pulau Formosa (Taiwan) terhadap China; serta merrbebaskan Korea. Sedangkan pada Konferensi Teheran, menyusul pertemuan di Kairo, disepakati oleh Roosevelt, Churchill dan Stalin, untuk mengadakan serangan gabungan ke Normandia serta untuk mendukung serangan Rusia ke Jerman, mendukung pasukan Tito di Yugoslavia, serta menciptakan perbatasan baru antara Jerman dan Polandia.
Dalam Konferensi Yalta yang berlangsung bulan Februari 1945, Roosevelt, Churchill dan Stalin sepakat untuk mcmbentuk negara Polandia yang demokratis dan bebas dan ancaman Jerman. Disepjikati juga mengenai pembentukan organisasi internasional baru tanggal 25 April 1945 di San Francisco. Jerman , sebagai negara yang kalah perang, dibagi menjadi beberapa daerah pendudukan dan sejumlah 20 milyar dana harus disediakan untuk reparasi Jerman. Dalam Konferensi Yalta juga disepakati untuk dimasukkannya hak veto dalam organisasi dunia yang akan didirikan, serta diizinkannya Ukraina Soviet dan Byelorussia sebagai negara berdaulat untuk menjadi anggota PBB. Uni Soviet sepakat untuk berperang dengan Jepang selama tiga bulan setelah kekalahan Jerman. Di Asia, Rusia akan memperoleh daerah pendudukannya seperti sebelum perang Rusia Jepang tahun 1905. Keadaan status quo akan tetap dipelihara Mongolia; Rusia akan memperoleh kembali wilayah selatan Sakhalin; Port Arthur akan disewakan kepada Rusia sebagai pangkalan angkatan laut. Sedangkan jalan kereta api yang inelintas Manchuria dan China Timur akan dioperasikan bersama oleh pemerintah nasionalis China dan Rusia. Rusia juga akan memperoleh kepulauan Kuril serta keadaan geografis sebelum meletusnya perang dengan Jepang tahun 1905.
Konferensi terakhir selama berlangsungnya perang dunia II adalah Konferensi Postdam yang berlangmng antara bulan Juli-Agustus, Dalam konfernsi tersebut Churchill, Truman dan Stalin sepakat untuk membentuk Dewan Menteri-menteri luar negeri (Council of Foreign Ministers) yang mewakili Inggeris, Perancis Uni Soviet, China Nasionalis dan AS. Dewan tersebut bertugas untuk menciptakan perjanjian damai bagi Italia dan negara-negara setelit Eropa. Sejumlah kesepakatan ekonomi dan politik bagi Jerman juga diputuskan dalam konferensi tersebut. Akhiraya Jerman didemiliterisasi dan Na.d dibubarkan. Ekonomi Jerman disentralisasi Sedangkan Rusia memperoleh konsesi untuk mereparasi daerah pendudukannya di Jerman. Rusia juga menerima perlengkapan industri dan daerah pendudukan Jerman di bagian barat termasuk perlengkapan industri. Mengenai Polandia, Konfernsi sepakat untuk merehabilitasi perbatasannya dan menguasai Prusia Timur, Silesia, Brandenburg dan Pomeria. Sedangkan negara-negara Balkan dan Italia memperoleh hak untuk menjadi anggota PBB,



BAB III PENUTUP

Doktrin Monroe yang dicetuskan Presiden Amerika pada saa itu James Monroe menjadi  kebijakan luar negeri Amerika. Dimana intinya Amerika tidak akan mencampuri urusan luar negeri bangsa lain, namun juga sebaliknya Negara lain tidak boleh mencampurui urusan dalam negeri bangsa Amerika. Doktrin Monroe yang memiliki arti America for the Americans. Hal inilah yang mencipatkan Pan- Amerikanisme.
Doktrin Monroe yang dianggap sebagai Pan Amerikanisme telah menganggap bahwa seluruh benua Amerika akan disatukan. Ketika Kuba sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Namun Spanyol tidak mau memberikan dan tetap bercokol di Kuba hal ini lah yang membuat Amerika dengan Doktrin Monroenya yang menganggap bahwa Negara luar tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri Amerika. Spanyol dianggap telah mencampuri kepentingan dalam negeri Amerika. Dengan begitu Amerika telah melanggar doktin monroenya.
Dalam menghadapi Perang Dunia I yang terjadi di Eropa, politik luar negeri AS dihadapkan pada dilema. Pertama, AS ingin tetap berpegang pada prinsip netral yang dianutnya untuk tidak melibatkan diri dengan perang yang terjadi di luar wilayah teritorialnya. Namun demikian, kepentingan perdagangannya di kawasan tersebut terancam karena serangan-serangan negara-negara yang bertikai. Para diplomat AS dihadapkan pada dua pililian antara tetap mempertahankan sikap netralnya dengan menjamin kepentingan ekonominya di kawasan tersebut yang berarti melibatkan diri dalam peperangan. Namun penenggelaman kapal Amerika oleh Jerman membuat Amerika terjun secara langsung dalam perang dunia I yang bergabung dalam blok sekutu.
Ketidakmampuan AS dalam mempertahankan sikap netralnya dalam urusan Eropa berusaha diperbaiki dalam tahun 1930-an. Antara tahun 1935-1939 dikeluarkan sejumlah kebijaksanaan yang pada prinsipnya berusaha mempertahankan kenetralan untuk tidak memihak negara-negara yang bertikai. Sikap netral itu antara lain ditunjukkan dengan embargo senjata terhadap negara-negara yang bertikai.Setelah dibomnya Pangkalan Laut Amerika Pearl Harbaour di Hawaii pada tanggal 7 Desember oleh Jepang. Satu hari kemudian Amerika menyatakan perang terhadap Jepang. Untuk kedua kalinya Amerika gagal mempertahankan kenetralannya.

Daftar Pustaka

Gray, Wood. Garis Besar Sejarah Amerika
Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Biro Program Informasi Internasional
Departemen Luar Negeri A.S

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar