Imprealisme dan Keterlibatan Amerika dalam Perang
Dunia
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.
Tugas
Individu
Oleh:
RENY PUTRI ADITIYA
120210302004
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Kemenangan
Amerika Serikat dalam
perang melawan Spanyol (1898) merupakan puncak dari imperialisme Amerika Serikat,
di mana Amerika Serikat
menguasai Philipina, Guam dan Puerto Rico dan dimana Amerika Serikat
membebaskan Cuba tetapi memaksa Amandement Platt atas konstitusi Cuba, yang
dipergunakan sebagai pangkalan angkatan laut AmerikaSerikat.
Namun hal tersebut dianggap telah melanggar kebijakan
politik luar negeri bangsa tersebut. Politik luar negeri Amerika yang terkenal
pada masa itu adalah “Doktrin Monroe”. Doktrin
Monroe adalah kebijakan pemerintah Amerika yang dikeluarkan oleh Presiden James
Monroe. Doktrin Monroe
berbunyi Amerika Serikat menganggap segala campur tangan pihak luar dalam
urusan negara - negara di benua Amerika sebagai (ancaman) bahaya terhadap
keamanan dan keselamatannya.
Adanya
doktrin monroe ini hubungan Amerika Serikat dengan Negara Amerika Latin makin
dekat karena ada persepsi bahwasanya Amerika Serikat telah membantu untuk
melindungi kawasan Amerika Latin. Namun persepsi negatif dalam melihat sikap
amerika Serikat terhadap kawasan Amerika latin pun juga muncul. Pemerintah
Negara Negara Amerika Latin berfikir bahwa Amerika Serikat menggunakan doktrin
monroe sebagai media untuk mendominasi benua amerika. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya peningkatan investasi dari Amerika maupun sekutunya yakni Inggris
yang meningkat setelah keluarnya doktrin Monroe.
Kedudukan Amerika didaerah Filipina membuat bangsa ini
juga terlibat dalam peperangan yang sangat dasyat pada abad ke 20 yaitu Perang
Dunia. Pada awalnya Amerika masih
mempertahankan “Doktrin Monroe” nya untuk tetap netral dan tidak memihak dari
salah satu blok yang terlibat dalam Perang Dunia. Namun perkembangannya Amerika
harus mengangkat senjata dan terjun secara langsung kedalam perang dunia.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaiamana hubungan Doktrin Monroe sebagai awal imprealisme Amerika ?
- Bagaimana imprealisme Amerika terhadap Negara lain ?
- Bagaimana keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia ?
1.3 Tujuan
- Mengetahui hubungan antara Doktrin Monroe sebagai awal Imprealisme Amerika
- Mengetahui imprealisme Amerika terhadap Negara lain
- Mengetahui keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Doktrin Monroe Sebagai Awal Imprealisme Amerika
Doktrin Monroe adalah salah satu
kebijakan Amerika Serikat yang pertama kali dicetuskan oleh James Monroe
presiden ke 5 Amerika serikat pada 2 desember 1823, yang berbunyi:
"Amerika Serikat menganggap segala campur tangan pihak luar dalam urusan
negara - negara di benua Amerika sebagai (ancaman) bahaya terhadap keamanan dan
keselamatannya". Doktrin ini dicetuskan karena pada tahun-tahun sebelum
1823 di wilayah ini banyak terjadi intervensi terhadap AS oleh Negara-negara
Eropa.
Doktrin Monroe (Monroe Doctrine) adalah
asas politik luar negeri Amerika Serikat yang terkandung dalam pesan Presiden
Monroe kepada Kongres tahun 1823. Doktrin berawal dari dua masalah diplomatik,
yaitu pertempuran secara kecil-kecilan dengan Rusia mengenai pantai barat laut
Amerika Serikat dan kekhwatiran bahwa Aliansi Suci (Rusia, Austria, Prusia)
akan mencoba menguasai kembali negara-negara Amerika Latin yang baru saja
melepaskan diri dari Spanyol. Menteri Luar Negeri Inggris menghendaki
pengiriman pernyataan bersama Inggris – Amerika kepada negara-negara anggora
Aliansi Suci, tetapi Amerika bersikeras bertindak sendiri dan menyusun doktrin
tersebut yang mengandung hal penting, yaitu ada empat prinsip dasar, yang cukup
terkenal. Antara lain :
1. Amerika Serikta tidak akan mencampuri masalah-masalah internal
ataupun peperangan di antara Negara Eropa
2. Amerika Serikat mengakui dan tidak
mencampuri koloni yang masih ada di bawah keuasaan negara Negara Eropa
3. Negara Eropa harus menghentikan
kolonisasi lebih lanjut
4. Upaya apapun oleh Negara Eropa untuk
menekan atau mengendalikan Negara manapun di dunia akan diapndang sebagai
tindakan kekerasan melawan Amerika Serikat.
Dikeluarkannya Doktrin Monroe ini, maka
upaya negara-negara Eropa untuk menjajah atau melakukan campur tangan terhadap
negara-negara di benua Amerika akan dipandang sebagai agresi, sehingga Amerika
Serikat akan turun tangan. Akan tetapi, Amerika Serikat tidak akan mengganggu
jajahan Eropa yang sudah ada. Doktrin ini diterapkan setelah sebagian besar
jajahan Spanyol dan Portugal di Amerika Latin telah merebut kemerdekaannya.
Doktrin Monroe intinya adalah “America
for the Americans” yang berarti politik isolasi, artinya negara-negara di luar
Amerika jangan mencampuri soal-soal dalam negeri Amerika dan sebaliknya Amerika
tidak akan ikut dalam soal-soal di luar Amerika. Doktrin Monroe dapat juga
diartikan sebagai Pan-Amerikanisme, yaitu seluruh negara-negara di Amerika
harus merupakan satu keluarga Bangsa Amerika di bawah pimpinan Amerika.
Adanya doktrin Monroe ini hubungan
Amerika Serikat dengan Negara Amerika Latin makin dekat karena ada persepsi
bahwasanya Amerika Serikat telah membantu untuk melindungi kawasan amerika
latin. Namun persepsi negatif dalam melihat sikap amerika Serikat terhadap
kawasan Amerika latin pun juga muncul. Pemerintah Negara Negara Amerika Latin
berfikir bahwa Amerika Serikat menggunakan doktrin monroe sebagai media untuk
mendominasi benua Amerika. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan
investasi dari Amerika maupun sekutunya yakni Inggris yang meningkat setelah
keluarnya doktrin Monroe.
Doktrin Monroe yang dianggap
sebagai Pan Amerikanisme telah menganggap bahwa seluruh benua Amerika akan
disatukan. Ketika Kuba sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Namun Spanyol
tidak mau memberikan dan tetap bercokol di Kuba hal ini lah yang membuat
Amerika dengan Doktrin Monroenya yang menganggap bahwa Negara luar tidak boleh
mencampuri urusan dalam negeri Amerika. Spanyol dianggap telah mencampuri
kepentingan dalam negeri Amerika
Sikap dari Amerika Serikat yang begitu
mencampuri urusan Amerika latin telah membuahkan pergolakan fisik antara
Amerika dengan Spanyol. Dimana dengan adanya insiden meledaknya kapal amerika
maka sikap untuk bermusuhan dengan Spanyol muncul di benak rakyat Amerika dan
akhirnya telah berhasil mengusir kekuatan Spanyol dari Kuba. Selain akses yang
diakibatkan oleh adanya peranan yang begitu besar dari Amerika maka dalam
pembuatan rancangan konsitusi Kuba tahun 1900, pihak amerika serikat memaksakan
adanya satu dokumen yang terkenal yakni, Amandemen senator orville hitchcock
platt (platt amendement). Dalam amndemen ini pihak amerika memberikan hak untuk
dapat mencampuri urusan dalam Negeri dari negara Kuba. Hal ini dimaksudkan
untuk melindungi harta dan benda serta warga Amerika serikat yang ada di Kuba.
Tentu saja hal ini telah membuat pembatasan hak dari Kuba dalam meminta bantuan
asing lainnya. Sekaligus tidak dapat untuk mencegah keinginan dari Amerika
untuk membangun pangkalan angakatan lautnya di Kuba.
Interpestasi yang meluas dari doktrin
monroe terjadi seiring dengan tampilnya Amerika Serikat menjadi salah satu
kekuatan dunia. Amerika mengkalim bahwasanya negara ini adalah polisi dunia.
Sehingga negara Negara Amerika Latin ikut menjadi wilayah pengaruhnya serta
menjadi penyumbang kekuatan dari Amerika secara finansial. Selain itu dengan
adanya penginteprestasian yang meluas atas doktrin mempermudah upaya amerika
serikat untuk mendapatkan akses sumber daya dari Negara Amerika Latin. Namun
upaya Amerika bukanlah tanpa ada tantangan dari negara-negara kolonial lainnya
ataupun dari pemerintah Negara baru di Amerika Latin.
Doktrin Monroe merupakan sarana bagi
Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih lanjut dari negara-negara Eropa
atas benua Amerika. Namun demikian, doktrin tersebut dianggap bermanfaat bagi
kepentingan negara-negara di Amerika Latin. Presiden Monroe sendiri menyatakan
bahwa AS mengharapkan semua penduduk benua Amerika, di utara dan selatan, untuk
mengeksploitasi semua potensi yang dimiliki oleh the New World (benua Amerika).
Bagi AS sendiri doktrin tersebut akan memperkuat Perjanjian Transkontinental,
serta beberapa persetujuan lain seperti terbukanya Oregon bagi pemukim Amerika,
serta kesempatan ekonomi yang lebih luas bagi AS menyusul keberhasilan revolusi
di negara-negara Amerika Latin
2.2 Imprealisme Amerika
Sumber perkembangan Amerika di akhir abad ke-19 sangat
bervariasi. Secara internasional, masa-masa itu adalah masa-masa kegilaan para
imperialis, dimana kekuatankekuatan di Eropa berlomba-lomba untuk menguasai
Afrika, dan berlomba, bersama Jepang, mendapatkan pengaruh dan bisnis di benua
Asia. Banyak tokoh Amerika, termasuk tokoh-tokoh berpengaruh seperti Theodoore
Roosevelt, Henry Cabot Lodge dan Elihu Root, merasa bahwa untuk menjaga
kepentingan mereka, Amerika Serikat juga perlu untuk mengintai wilayah pengaruh
ekonominya sendiri. Pandangan ini diikuti dengan lobi menggunakan kekuatan laut
yang besar, yang memerlukan pasukan laut yang terus berkembang dan jaringan
pelabuhan- pelabuhan luar negeri sebagai pengamanan ekonomi dan politik yang
penting bagi negeri itu.
Pada umumnya, doktrin “takdir yang nyata”,
yang pertama-tama digunakan untuk membenarkan perluasan Amerika di dalam
benuanya sendiri, sekarang dihidupkan kembali untuk menegaskan bahwa Amerika
Serikat memiliki hak dan tanggungjawab untuk memperluas pengaruh dan
peradabannya ke Belahan Barat dan ke Karibia, juga menyeberangi Pasifik. Pada
waktu yang sama, seruan anti-imperialis dari berbagai koalisi dari para
Demokrat bagian Utara dan Republikan Reformis terus terdengar dan konstan.
Sebagai hasilnya, akuisisi dari ‘kerajaan’ Amerika Serikat hanya sedikit demi
sedikit dan penuh keraguan. Administrasi berotak kolonial biasanya hanya
berpikir tentang perdagangan dan ekonomi daripada pengaruh politik.
Doktrin Monroe
merupakan sarana bagi Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih lanjut
dari negara-negara Eropa atas benua Amerika. Namun demikian, doktrin tersebut
dianggap bermanfaat bagi kepentingan negara-negara di Amerika Latin. Adanya
doktrin Monroe ini hubungan Amerika Serikat dengan Negara Amerika Latin makin
dekat karena ada persepsi bahwasanya Amerika Serikat telah membantu untuk
melindungi kawasan Amerika Latin.
Sikap dari Amerika Serikat yang
begitu mencampuri urusan Amerika latin telah membuahkan pergolakan fisik antara
Amerika dengan Spanyol. Dimana dengan adanya insiden meledaknya kapal amerika
maka sikap untuk bermusuhan dengan Spanyol makin memuncak. Peperangan antara
Spanyol dan Amerika tak terhindarkan. Amerika berhasil memenangkan peperangan
dengan Spanyol hal ini membuat Amerika medapatkan wilayah jajahan Sponyol yaitu Kuba dinyatakan merdeka sedangkan Puerto Rico,
Filipina dan Guam di jadikan Koloni Amerika Serikat
2.2.1 Kuba
Spanyol tetap menguasai Pulau Kuba yang
terletak di selatan semenanjung Florida dimana perdagangan dengan Amerika
Serikat terjalin ramai. Pada tahun 1895 amrarah Kuba yang semakin besar
terhadap tirani negara induk akhirnya meledak dalam perang kemerdekaan.
Usaha untuk menggulingkan pemerintaha
panjajah (Spanyol) timbul antara tahun 1824-1868, tetapi selalu gagal.
Mula-mula melalui gerakan bawah tanah, kemudian menjadi perlawanan terbuka.
Pada umumnya Amerika Serikat memberi bantuan kepada gerakan kemerdekaan Kuba
dalam bentuk biaya, perlengkapan, persenjatahan, dan fasilitas penggunaan
wilayahnya sebagai basis penyerangan terhadap pangkalan-pangkalan militer
Spanyol.
Kemudian timbul perang sepuluh tahun
(1868-1878)di kuba atau tepatnya di
sebut pemberontakan sepuluh tahun, karena apa yang terjadi waktu itu adalah
pemberontakan rakyat melawan melawan penguasa Spanyol. Walaupun pemberontakan
ini merupakan suatu langkah maju daripada sistem perlawanan sebelumnya, belum
juga berhasil.
Ketika pemberontakan sampai pada
puncaknya dalam tahun 1898, Amerika Serikat ikut campur tangan dalam memerangi
Spanyol dengan maksud, yakni :
1.
Menyatakan
simpati terhadap perjuangan rakyat Kuba
2.
Melindungi
kepentingan ekonominya di Kuba, antara lain perkebunan tembakau, perkebunan tebu, dan
perkebunan buah-buahan.
3.
Menghukum
Spanyol, akibat hancurnya kapal perang Amerika Serikat Maine pada tanggal 15
Februari 1898 di pelabuhan Hanava, sehingga Spanyol lah yang harus bertanggung
jawab.
Amereika Serikat
memperhatikan berlangsungnya pemberontakan ini dengan kekhawatiran yang main
besar. Kebanyakan orang Amerika bersimpati terhadap bangsa Kuba, tetapi
Presiden Cleveland berekad untuk mempertahankan kenetralan. Namun tiga tahun
kemudian ketika dalam masa Pemerintahan McKinley kapal perang Amerika Serikat
Maine dihancurkan waktu sedang berlabuh di pelabuhan Havana dengan memakan
korban 260 orang meninggal, meledaklah kemarahan. Meskipun untuk beberapa waktu
McKinley masih mencoba mempertahankan kedaimaian namun beberapa bulan kemudian,
yakni behwa penangguhan namun beberapa bulan akan sis-sia saja, ia menyeruhkan
campurtangan bersenjata.
Perang melawan Spanyol
berlangsung cepat dan menentukan. Selama berlangsung empat bulan itu tidak
satupun terjadi kekalahan Amerika yang berarti. Seminggu sesudah maklumat perang,
Komondor George Dewey yang ada pada saat itu berada di Hongkong, dengan
eksadornya yang terdiri dari enam kapal menuju ke Philipina. Perintahnya adalah
untuk mencegah agar armada Spanyol yang berpangkalan disana tidak beroperasi di
perairan Amerika. Ia terus menghancurkan seluruh armada Spanyol tanpa
kehilangan satu pun nyawa Amerika. Dalam pada itu, di Kuba pasukan tentara
daratan dekat Santiago, diamana setelah menenangkan serangkaian pertempuran
singkat, mereka menbaki pelabuhann dengan meriam. Empat kapal bersenjata
Spanyol berlayar ke luar dari Teluk Santiago dan beberapa jam kemudian mereka
telah menjadi puing-puing besi.
Dari Boston sampai San
Francisco peluit berbunyi dan bendera berkibar ketika terdengar berita bahwa
Santiago telah jatuh. Surat-surat kabar mengirimkan wartawannya ke Kuba dan
Philipina, yang lalu menyebarkan kemashiran pahlawan-pahlawan bangsa yang baru.
Yang terutama di antara mereka ialah George Dewey yang tersohor di Manila dan
Theodore Rooselvelt, yaitu pemimpin “Rough Riders” sebuah resimen kavaleri
sukarela yang dikerahkannya untuk bertugas di Kuba. Spanyol segara minta damai,
dan dalam perjanjian yang ditandatangani tanggal 10 desember 1898, Kuba
diserahkan kepada Amerika Serikat guna diduduki untuk sementara waktu menjelang
kemerdekaan pulau tersebut.
Kuba dinyatakan merdeka sedangkan Puerto
Rico, Filipina dan Guam di jadikan Koloni Amerika Serikat, kemudian
terbentuknya Republik Kuba dengan Thomas Estrada Palma sebagai presiden pertama
di Cuba (1902-1906)
Walaupun telah merdeka, rakyat Kuba
seolah-olah tidak merdeka karena:
1.
Amerika
Serika ini mendektekan Amandemen Plat atas Konstitusi Kuba.
Dalam amndemen ini pihak amerika memberikan
hak untuk dapat mencampuri urusan dalam Negeri dari negara kuba. Hal ini
dimaksudkan untuk melindungi harta dan benda serta warga Amerika serikat yang
ada di Kuba. Tentu saja hal ini telah membuat pembatasan hak dari Kuba dalam
meminta bantuan asing lainnya. Sekaligus tidak dapat untuk mencegah keinginan
dari Amerika untuk membangun pangkalan angakatan lautnya di Kuba.
2.
Amerika
Serikat masih tetap mempunyai basis Angkatan laut di teluk Guantanamo (Kuba).
3.
Dalam bidang
ekonimi juga masih di kuasahi oleh Amerika Serikat
Kuba memperoleh kemerdekaan simbolik
pada saat tentara Amerika Serikat angkat kaki pada tahun 1902. Tetapi amerika
Serikat masih tetap mempunyai hak melakukan intervensi untuk menjaga tertip
sipil. Amerika melakukannya selama tiga kali sebelum melepas hak tersebut pada
tahu 1934. Walaupun Kuba sudah merdeka penuh, pengaruh ekonomi dan politik
Amerika serikat sangat kuat sampai pada tahun 1859, yaitu ketika Fidel castro
menggulngkan pemerintah yang berkuasa dan membentuk rezim marxis yang sangat
erat hubungannya dengan Uni Soviet.
2.2.2 Filipina
Penguasaan
Filipina oleh Anerika mendapat kecaman dari bangsa Eropa karena ditangkap telah
melanggar Doktrin Monroe, yang isinya mengatakan bahwa Amerika anti
Kolonialisme dan Imperalisme. Amerika dianggap sebagai ancaman baru bagi bangsa
Eropa atas kekuasaannya di Asia. Untuk meredakan kecaman tersebut, Amerika
menyatakan Filipina semata-mata untuk menjalankan eksperimen imperialisme.
Artinya Filipina akan dijadikan model negara dengan sistem kekuasaan liberal
seperti Amerika di wilayah Asia.
Perang melawan Spanyol
berlangsung cepat dan menentukan. Selama berlangsung empat bulan itu tidak
satupun terjadi kekalahan Amerika yang berarti. Seminggu sesudah maklumat
perang, Komondor George Dewey yang ada pada saat itu berada di Hongkong, dengan
eksadornya yang terdiri dari enam kapal menuju ke Philipina. Perintahnya adalah
untuk mencegah agar armada Spanyol yang berpangkalan disana tidak beroperasi di
perairan Amerika. Ia terus menghancurkan seluruh armada Spanyol tanpa
kehilangan satu pun nyawa Amerika.
Amerika Serikat yang baru saja hadir di
Philipina itu sekarang menaruh harapan besar untuk menjalin perdagangan giat
dengan cina. Namun sejak dikalahka Cina
oleh Jepang dalam PD tahun 1894-1895, berbagai negara Eropa telah mendirikan
pangkalan laut, menyewa wilayah, dan membangun kawasan pengaruh disana. Mereka
bukan saja berhasil memperoleh hak monopoli perdagangan melainkan juga izin
ekslusif untuk menanamkan modal dalam kontruksi jalan keretaapi dan
pengelolahan tambang didaerah-daerah didekat nya.
Pada tahun 1919 delegasi Filipina di bawah Manuel Quezon pergi ke Amerika untuk
menuntut kemerdekaan penuh atas Filipina. Amerika menjawab dengan mengirimkan The
Wood Forbes Mission tahun 1922, yang isinya menyatakan bahwa Filipina belum
mampu untuk merdeka. Bangsa Filipina menolak ucapan Wood Forbes. Senat
Filipina meletakan jabatannya, dan menuntut kemerdekaan penuh.
Masa kekuasaan Amerika di Filipina berlangsung dari
tahun 1898 sampai tahun 1946.
1.
Periode Tahun 1898-1942.
Amerika melakukan pembinaan terhadap
system kekuasaan yang akan diterapkan di Filipina melalui perjanjian damai
dengan para tokoh nasionalis pada tahun 1907. Isinya, antara lain menjamin
kemerdekaan Philipina untuk 50 tahun yang akan datang.
2.
Periode Tahun 1942-1945.
Amerika mengalami kekalahan di
Pasifik yang mengakibatkan Filipina dikuasai oleh Jepang. Pada tanggal 2
Januari 1942 Manila, ibu kota Filipina, jatuh ke tangan Jepang. Jendral Deuglas Mac Arthur meninggalkan
Filipina untuk menyusun pasukan sekutu di Australia. Pada tanggal 6 Mei 1942
seluruh Filipina jatuh ke tangan Jepang.
Kekalahan Jepang untuk pertama
kalinya adalah dalam pertempuran di laut Karang, yang merupakan titik balik
bagi kemenangan Jepang. Sejak itu Jepang menggunakan bangsa Filipina sebagai
teman di bawah Presiden Laurel
untuk menghadapi sekutu. Tetapi dengan mendaratnya Sekutu di Filipina, dan
kemudian kalahnya Jepang terhadap Sekutu maka Republik Filipina membuat Jepang
lenyap kembali (22 Oktober 1945).
Setelah Perang Dunia II selesai,
Amerika Serikat menepati janjinya untuk memberi kemerdekaan kepadaan Filipina.
Pesawat terbang jepang berhasil menenggelamkan kapal perang Price of wales
dan Repulse di Laut Natuna tahun 1942, menyebabkan tentara Sekutu
merosot. Tak lama kemudian Amerika Serikat membuat pesawat terbang B29 untuk
menggempur Jepang dengan menjatuhkan bon atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Maka berakhirlah Perang Dunia II, lebih cepat dari yang diperkirakan.
3.
Periode
tahun 1945-1946.
Jepang mengalami kekalahan dari
sekutu, berarti kekuasaan Amerika masuk kembali di Filipina
2.2.3 Puerto Rico
Sebelum abad XIX berakhir negara Amerika
Serikat ingin menguatkan kendali mereka terhadap daerah maritim atau lautan
karibia. Salah satu cara yang dijalankan demi terwujudnya keinginan tersebut
adalah menguasai Kuban dan Puerto Rico. Atas dasar ini kemudian pemerintah
Amerika memberi tawaran dan pada Spanyol senilai 160 juta dolar agar bersedia
melepas kekuasaannya atas dua wilayah jajahan mereka itu.
Tapi pemerintahan Spanyol tidak tertarik
dan menolaknya. Karena mendapat penolakan, akhirnya Amerika menempuh cara
berbeda yaitu sistem kekerasaan. Pada tahun 1898 Amerika menyatakan perang pada
Spanyol. Namun mereka berdalih peperangan ini dipicu oleh sebuah pertikaian
yang terjadi didaerah Kuba dan tenggelamnya kapal perang Amerika di daerah
pantai Havana
Peurto Rico ini menjadi daerah
kolonisasi Amerika Serikat karena Amerika Serikat menang dalam peperangan
dengan Spanyol, awalnya wilayah Peurto Rico ini adalah daerah kekuasaan
Spanyol, tetapi sebagai ganti rugi dalam perang, maka Peurto Rico menjadi milik
AS. Pada tahun 1917 konggres Amerika memberi warga Peurto Rico hak untuk
memilih wakil Rahyat mereka. Tetapi undang-undang yang sama itu menghasilkan
nasib yang berbeda bagi pulau itu, karena menyertakan Peurto Rico secara resmi
adalah wilayah Amerika. Dan penting lagi rakyatnya menjadi warga Amerika
Serikat. Pada tahun 1950, konggres memberi Puerto Rico kebebasan penuh untuk
menentukan masa depannya. Dalam referendum pada tahun 1952, warga menolak
Puerto rico menjadi negara bagian ataupun mendapatkan kemerdekaan penuh sebagai
gantinya mereka memilih status warga persemakmuran. Banyak orang Puerto rico
asli yang sudah menetap di daratan Amerika Serikat dimana mereka medapatkan
akses bebas serta mendapat hak plitik an sipil seperti warga negara Amerika
lainnya.
Peperangan berlangsung pada 25 Juli 1898
dan berhasil memenangkan Amerika. Pasukan negara tersebut sukeses menguasai
Puerto Rico. Penyerahan daerah kekuasaan
ini diatur dalam suatu perjanjian yang dinamakan Perjanjian Paris. Sejak saat
itu Puerto Rico dikuasai militer negara Amerika. Sistem pemerintahan di daerah
ini kemudian dilaksanakan seorang gubernur. Jabatan gubernur tersebut dipegang
warga setempat namun ditunjuk oleh pemerintahan Amerika Serikat.
Gubernur harus memberi tanggung jawab
hasil kerjanya secara langsung pada Presiden. Selain itu, gubernur punya
kewenangan untuk melakukan pengontrolan secara penuh di Puerto Rico. Namun
dalam kondisi tertentu pemerintah pusat Amerika tetap punya hak veto atas
negara itu
2.3 Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia
Sebuah konflik dunia terjadi pada tahun 1914- 1918
yang melibatkan beberapa Negara di Eroapa. Konflik ini disebut perang dunia. Amerika sendiri pada awalnya tidak ikut serta dalam perang dunia
itu. Mereka mempertahankan sikap netralnya dan tidak berpihak pada pihak
manapun (Blok Sekutu dan Sentral) yang terlibat dalam perang dunia ini. Meskipun
demikian, kedua blok dalam perang tersebut, yakni sekutu dan sentral berusaha untuk mempengaruhi Amerika supaya masuk kedalam blok
mereka. Dalam perkembangannya Amerika memutuskan
untuk ikut serta dalam perang ini.
Perang Dunia II adalah sebuah global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Ketidakmampuan AS dalam mempertahankan
sikap netralnya dalam perang dunia I dan urusan Eropa berusaha diperbaiki dalam
tahun 1930-an. Antara tahun 1935-1939 dikeluarkan sejumlah kebijaksanaan yang
pada prinsipnya berusaha mempertahankan kenetralan untuk tidak memihak
negara-negara yang bertikai. Sikap netral itu antara lain ditunjukkan dengan
embargo senjata terhadap negara-negara yang bertikai. Namun demikian, sikap
netral tersebut juga tidak bisa dipertahankan. Dalam praktek, seringkali sikap
netral AS dalam politik luar negerinya bertentangan dengan kepentingannnya
sendiri. Keterlibatan AS dalam Perang Dunia II, dapat dijelaskan dari
ketidakkonsistenan negara tersebut menjaga politik netralnya.
2.3.1 Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia I
Bagi rakyat
Amerika yang hidup pada 1914, pecahnya perang di Eropa—Jerman dan Austria- Hongaria
melawan Inggris, Perancis, dan Rusia—membuat mereka tersentak. Awalnya
pertempuran itu seakan terasa sangat jauh, tapi dampak ekonomi dan politiknya
terasa dalam waktu singkat dan dengan parah. Selama 1915, industri Amerika, yang
sedang mengalami masa depresi ringan, mulai membaik karena adanya permintaan
peralatan perang dari Sekutu di Barat.
Kedua pihak
yang berseteru menggunakan propaganda untuk menyulut semangat rakyat
Amerika—yang sepertiganya adalah warga negara asing atau lahir dari orangtua berkewarganegaraan
asing. Selain itu, Inggris dan Jerman menghadang kapal Amerika di laut lepas,
menimbulkan protes keras dari Presiden Woodrow Wilson.
Segera
setelah perang meletus, Amerika Serikat menghadapi dilema lain yaitu ketika
Pemerintah Perancis meminta para banker Amerika untuk memberi pinjaman kepada
Perancis sebesar 100 juta dolar. Apabila berpegang pada sikap netralnya maka
pemerintah AS seharusnya membiarkan pada banker AS untuk memenuhi tuntutan
Perancis. Namun demikian, menteri luar negeri AS, Bryan, menyatakan bahwa
dengan diberikannya pinjaman kepada negara lain yang terlibat perang maka AS
melanggar sikap netral yang sesungguhnya. Melalui perdebatan alot di dalam
negeri, akhirnya AS memenuhi tuntutan para bankir untuk memberikan pinjaman kepada
negara-negara Eropa dengan alasan yang rasional. Pertama, AS akan kehilangan
perdapatannya dari perdagangan yang berkaitan dengan peralatan perang jika
pemerintah AS menolak memberi pinjaman kepada Sekutu. Kedua, seperti yang juga
diakui oleh negara-negara Sentral, perdagangan amunisi dan peralatan perang
adalah legal (sah), dan dengan demikian apabila AS menolak pemberian pinjaman
maka AS telah melanggar sikap netralnya dengan memihak negara-negara Sentral
dengan cara menolak tuntutan pinjaman dari negara-negara Sekutu. Ketika perang
meletus, akhirnya AS memberikan pinjaman kepada negara-negara Eropa sebesar $
23 milyar , termasuk kepada Jerman sejumlah $ 27 juta. Pinjaman tersebut
merupakan salah satu bentuk kemenangan Sekutu di bidang ekonomi dan bukan di
bidang tujuan perang mereka, karena AS tetap tidak memiliki pandangan yang sama
dengan mereka dalam keterlibatannya dalam Perang Dunia I.
Sebagai
penguasa lautan, Inggris menghentikan dan memeriksa kapal induk Amerika,
mengambil alih “barang selundupan” untuk pihak Jerman. Jerman mengerahkan
senjata lautnya yang terbesar, yaitu kapal selam, untuk menenggelamkan kapal
yang berlayar ke Inggris atau ke Perancis. Presiden Wilson memperingatkan bahwa
Amerika takkan menyerahkan hak tradisionalnya untuk bersikap netral dan
berdagang dengan negara yang gemar berperang. Ia juga mengumumkan bahwa
negerinya akan menuntut “pertanggungjawaban penuh” pihak Jerman atas kerugian
armada laut dan rakyat Amerika yang menjadi korban. Pada 7 Mei 1915, kapal
selam Jerman menenggelamkan kapal pesiar Inggris, Lusitania, menewaskan 1.198
orang, 128 orang di antaranya orang Amerika. mencerminkan kemarahan rakyat
Amerika, Presiden Wilson mendesak agar penyerangan terhadap angkutan laut dan
kapal dagang Amerika segera dihentikan.
Meskipun
presiden telah memberikan pernyataannya, namun rakyat amerika sebenarnya banyak
yang menginginkan Amerika berada di salah satu blok. Orang-orang keturunan
Inggris banyak yang condong pada Triple Etente (sekutu), sementara keturunan
Jerman ingin berada dalam pihak Triple Alliance (As). Namun demikian, tidak ada yang benar- benar
mengharapkan Amerika langsung ikut terjun dalam peperangan. Sebagai negara
netral, Amerika mempunyai hak untuk itu yang secara historis dan meyakinkan
berada dibawah hukum internasional, antara lain:
1. Negara
netral bisa menjual barang-barangnya dan berdagang persenjataan maupun
barang-barang lainnya dengan negara yang sedang berperang.
2. Negara
yang sedang berperang dapat menekan perdagangan ini dengan saling blokade untuk
menghentikan iriingan kapal yang membawa barang-barang tersebut, namun blokade
harus efektif yakni dengan sejumlah kapal perang untuk patroli.
3.Jika
kapal dagang dari negara netral atau musuh berlayar dan tertangkap, maka boleh
dimiliki dan diambilalih dalam keadaan tertentu namun tidak boleh
ditenggelamkan atau dirusak sehingga membahayakan keamanan awak dan
penumpangnya.
Karena
tidak ingin memulai perang dengan Amerika, Jerman setuju untuk memberi
peringatan terlebih dulu kepada kapal dagang—bahkan jika kapal itu mengibarkan
bendera musuh—sebelum menyerang. Namun, setelah melakukan dua serangan lagi—tenggelamnya
kapal pesiar Inggris Arabic pada Agustus 1915, dan kapal pesiar Perancis Sussex
yang hancur terkena torpedo pada Maret 1916—Presiden Wilson mengeluarkan ultimatum
yang mengancam akan memutuskan hubungan diplomatic mereka kecuali Jerman
mengakhiri serangan bawah lautnya. Presiden Wilson kembali terpilih pada 1916,
sebagian karena slogan: “Dia menjauhkan kita dari peperangan.” Merasa mengemba tugas
untuk bertindak sebagai pendamai, dia berpidato di hadapan Senat Amerika, pada
22 Januari 1917, mendesak negara yang sedang berperang untuk menerima “perdamaian
tanpa kemenangan.”
Pemerintah
Jerman memberitakan bahwa perang kapal selam yang tak terbats akan di lanjutkan
lagi. Tanggal 2 April 1917, setelah lima buah kapal Amerika ditenggelamkan,
Wilson meminta kepada Kongres izin untuk mempermaklumkan perang. Seketika
itupun, pemerintah Amerika mulai mengerahkan sumber- sumber miliernya,
industry, buruh, dan pertaniannya. Pada bulan Oktober 1918, pasukan Amerika
yang terdiri dari 1.750.000 orang sudah berada di Prancis.
Peranan
angkatan laut Amerika menentukan sekali dalam membantu Inggris untuk mematahkan
blockade kapal selam, dan ketika terjadi serangan Jerman yang sudah lama
dinantikan, dalam musim panas 1918 pasukan-pasukan Amerika yang masih segar
memainkan peran yang menentukan di daratan.
Pada musim
panas 1918, tentara Amerika yang baru tiba di bawah pimpinan Jendral J.
Pershing memainkan peranan penting dalam menghentikan serangan terakhir dari
Jerman. Pada musim gugur tahun itu, tentara Amerika merupakan tokoh kunci dalam
serangan di Meuse-Argonne, yang berhasil menembus Garis Hindenburg Jerman yang
dibanggakan itu.
Presiden
Wilson berkontribusi besar dalam mengakhiri perang secara lebih cepat dengan
mendefinisikan tujuan perang Amerika yang menyatakan perjuangan ini bukan untuk
memerangi rakyat Jerman melainkan terhadap pemerintahan otoriter mereka. Empat
Belas Poinnya yang diajukan ke Senat menuntut; diakhirinya perjanjian
internasional rahasia; kebebasan laut; perdagangan bebas antarnegara; pengurangan
persenjataan negara; penyesuaian klaim kolonial agar lebih memihak kepentingan
penduduk asli; pemerintahan otonomi bagi bangsa Eropa yang tertindas; dan yang
penting, mendirikan Liga Bangsa-Bangsa yang dapat “menjamin kebebasan
berpolitik dan menjaga integritas teritorial baik Negara besar maupun kecil
secara adil.”
Pada
Oktober 1918, karena menghadapi sejumlah kekalahan, pemerintah Jerman mengajukan
permohonan bernegosiasi dengn Wilson dengan dasar Empat Belas Poin tersebut.
Setelah sebulan bernegosiasi secara tertutup yang akhirnya tidak memberikan
jaminan pasti bagi Jerman, gencatan senjata (resminya gencatan senjata, tapi
sebenarnya menyerah) pun diputuskan pada 11 November.
2.3.1 Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia II
Sebelum
periode kepemimpinan Roosevelt yang kedua berlangsung program dalam negeri
dibayangbayangi oleh rancangan eskpansi rezim totaliter di Jepang, Italia, dan Jerman.
Pada 1931 Jepang sudah menyerang Manchuria, menghancurkan perlawanan Cina, dan
mendirikan negeri boneka Manchukuo. Italia, di bawah pimpinan Benito Mussolini,
memperluas batas Negara hingga Libya dan pada 1935 mengalahkan Etiopia. Jerman,
di bawah pimpinan Adolf Hitler, mempersiapkan perekonomian yang mendukung
perang dan kembali menduduki Rhineland (yang didemilitarisasi melalui
perjanjian Versailles setelah Perang Dunia I) pada 1936. Pada 1938, Hitler
menggabungkan Austria ke dalam Kekaisaran Jerman dan menuntut penyerahan daerah
Sudetenland di Cekoslowakia yang penduduknya berbahasa Jerman. Sejak saat itu
perang sepertinya terancam akan pecah.
Amerika,
kecewa akibat kegagalan memperjuangkan demokrasi pada Perang Dunia I,
mengumumkan bahwa dalam kondisi bagaimana pun juga negara yang terlibat dalam
konflik tidak bisa meminta dukungan Amerika. UU Kenetralan yang diberlakukan
secara bertahap dari 1935 hingga 1937, melarang keras penjualan senjata kepada
semua negara yang berperang, mewajibkan pembayaran tunai untuk komoditas lain,
dan melarang kapal dagang berbendera Amerika mengangkut barang tersebut.
Tujuannya adalah menghindari keterlibatan Amerika dalam perang orang lain, apa
pun konsekuensinya.
Kemenangan
Nazi atas Polandia pada 1939 dan pecahnya Perang Dunia II, memperluas sentiment
isolasionis, walau Amerika jelas memihak korban agresi Hitler dan mendukung
Sekutu yang menganut paham demokrasi, Inggris dan Perancis. Roosevelt hanya bias
menunggu perubahan opini rakyat mengenai keterlibatan Amerika akibat suatu
kejadian.
Setelah
kejatuhan Perancis dan permulaan serangan udara Jerman ke Inggris pada
pertengahan tahun 1940, perdebatan semakin seru antara rakyat yang mendukung
demokrasi dan fraksi antiperang dikenal sebagai kaum isolasionis. Roosevelt berusaha
memengaruhi opini rakyat ke arah intervensi. Amerika bergabung dengan Kanada dalam
Dewan Pertahanan Bersama, dan bersekutu dengan negara-negara republik di
kawasan Amerika Latin untuk memperkuat perlindungan kolektif di belahan bumi
bagian barat.
Dihadapkan
dengan krisis yang semakin genting, Kongres memilih bersiap untuk perang dan
pada September 1940 mengeluarkan rancangan UU wajib militer pertama di Amerika
pada saat negara tidak sedang berperang. Pada bulan itu juga, Roosevelt
memutuskan perjanjian presidensial dengan Perdana Menteri Inggris Winston
Churchill. Amerika menyerahkan “kelebihan” senjata militer Navy 50 kepada
Inggris untuk ditukar dengan pangkalan udara dan militer Inggris di
Newfoundland dan Atlantik Utara.
Kampanye
pemilihan presiden pada 1940 membuktikan bahwa kaum isolasionis, walaupun
vokal, merupakan suara minoritas. Lawan Roosevelt dari partai Republik, Wendell
Wilkie, cenderung memihak tindakan intervensi. Oleh karena itu pemilu kembali
menghasilkan suara terbanyak bagi Roosevelt, menjadikannya sebagai presiden Amerika
pertama, dan yang terakhir,yang dipilih untuk ketiga kalinya.
Pada awal
1941, Roosevelt membuat Kongres menyetujui program Hutang-Pinjam (Lend-Lease),
yang memberinya keleluasaan melakukan barter senjata dan perlengkapan dengan
negara mana pun (khususnya Inggris, Rusia dan Cina) yang dianggap vital bagi
pertahanan Amerika. Total bantuan Amerika pada akhir perang berjumlah lebih 50.000
juta dolar.
Yang paling
mengesankan, pada Agustus, Roosevelt bertemu Perdana Menteri Churchill di
pesisir Newfoundland. Kedua pemimpin itu mengeluarkan “pernyataan bersama mengenai
makna perang.” Yang mereka sebut dengan Perjanjian Atlantik (Atlantic Charter).
Dengan muatan yang sangat mirip dengan pernyataan Empat Belas Poin (Fourteen Points)
yang pernah dilontarkan mantan presiden Woodrow Wilson, maksud Perjanjian
Atlantik antara lain: bukan (untuk) memperluas kekuasaan teritorial; bukan (untuk)
melakukan perubahan territorial tanpa seizin rakyat yang bersangkutan; (untuk)
membela hak setiap warga dalam memilih sendiri bentuk pemerintahannya; (untuk) mengembalikan
otonomi mereka.
Sementara
hampir segenap rakyat Amerika mengikuti perkembangan perang Eropa dengan cemas,
ketegangan yang semakin kuat terjadi di Asia. Mengambil keuntungan dari kesempatan
untuk memperkuat posisi strateginya, Jepang dengan berani mengumumkan “tatanan
baru” di mana melalui pengumuman ini Jepang menyatakan dirinya sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi di seluruh kawasan Samudera Pasifik. Manakala berperang
melawan Nazi, Inggris tak mampu bertahan hingga meninggalkan daerah
kekuasaannya di Shanghai dan untuk sementara menutup rute pasokan Cina dari
Birma. Pada musim panas 1940, Jepang memenangkan kesepakatan dari pemerintah
Vichy Perancis yang lemah untuk menggunakan landasan terbang di Indocina utara.
September itu Jepang secara formal bergabung dengan Poros Roma- Berlin. Amerika
menentang dengan mengembargo ekspor besi tua ke Jepang.
Pada Juli
1941 Jepang menduduki Indocina Selatan, pertanda kemungkinan pergerakan ke
selatan untuk merebut minyak bumi, timah, dan karet dari Malaysia jajahan Inggris
dan Hindia Timur jajahan Belanda. Menanggapi hal ini, Amerika membekukan aset
Jepang di Amerika dan memulai embargo satu-satunya komoditas yang paling dibutuhkan
Jepang di antara semua komoditas yang ada—minyak bumi.
Jendral
Hideki Tojo menjadi Perdana Menteri Jepang pada Oktober tahun itu. Pada
pertengahan November, dia mengirim utusan diplomatik ke Amerika untuk bertemu dengan
menteri luar negeri Cordell Hull. Dari sekian hal yang dibahas, Jepang menuntut
Amerika menyerahkan aset Jepang di Amerika dan menghentikan ekspansi angkatan laut
Amerika di Samudera Pasifik. Cordell Hull membalasnya dengan usulan agar Jepang
menarik diri dari semua daerah kekuasaan yang direbutnya. Penolakan yang sangat
cepat dari pihak Jepang pada 1 Desember membuat pembahasanini menemui jalan
buntu.
Pada pagi
hari 7 Desember, pesawat induk Jepang melancarkan serangan mendadak dan
menghancurkan pangkalan militer Amerika di Pearl Harbor, Hawai.
Dua puluh satu kapal laut hancur atau
rusak; 323 pesawat hancur atau rusak; 2.388 tentara, pelaut, dan warga sipil
terbunuh. Akan tetapi, pesawat tempur Amerika yang akan memainkan peran sangat
menentukan kan dalam perang di Samudera Pasifik di kemudian hari sedang berada di
laut dan tidak berlabuh di Pearl Harbor.
Dalam
semalam, opini rakyat Amerika yang masih terbagi menyangkut perang di Eropa
berubah menjadi suara bulat akibat kejadian yang disebut Presiden Roosevelt dengan
“hari yang selamanya akan dikenang akibat kekejian.” Pada 8 Desember, Kongres
mengumumkan perang terhadap Jepang; tiga hari kemudian Jerman dan Italia
mengumumkan perang terhadap Amerika.
Kemenangan
militer AS dan sekutu-sekutunya dalam Perang Dunia II diperoleh dengan waktu yang
cukup lama dan sulit. Pada tahun 1942, kekuatan AS dan sekutu-sekutunya berada
dibawah tekanan berat negara-negara Axis. Pasukan AS di Corregidor, Philipina,
terisolasi dari pasukan lainnya sampai bulan Mei. Pasukan Jepang bukan hanya
mampu menghancurkan Pearl Harbour tetapi juga mengalahkan pasukan Inggens di
Burma, Belanda di Indonesia dan pangkalan militer Inggens di Singapura. Semua
kawasan Asia Tenggara telah jatuh ke tangan pasukan militer Jepang. Sedangkan
India, Australia dan Selandia Baru berada di bawah ancaman Jepang. Pada
pertempuraii di Midway dan Laut Coral bulan Mei dan Juni, pasukan AS mencatat
kemenangan yang berarti. Tanggal 7 Agustus Angkatan Laut AS mendarat di
Guadalcanal clan mulai mengadakan penyerangan. Pada pertempuiran di kepulauan
Solomon, pasukan AS juga mulai mampu memukul pasukan Jepang yang kehilangan 5
kapal penjelajah dan 12 kapal serangnya Sejak peristiwa itu gelombang
kemenangan mulai berada di tangan pasukan AS dan sekutu-sekutunya.
Di Afrika
Utara, pasukin Jerman yang berhasil mencapai El Alamein, berjarak 70 mil dari
Iskandana, tidak mampu bertahan lama untuk menguasai kawasan Afrika Utara.
Setelah kedudukan Terusan Suez yang dikuasai Inggeris terancam, pasukan
Inggeris yang dipimpin oleh Jernderal Montgomery mampu mengusir Rommel dari
Mesir. Serangan gabungan pasukan Inggeris dan AS yang terjadi tanggal 8
November 1942 berhasil mengusir kekuatan Axis dari Afrika Utara.
Pasukan
Sekutu juga memperoleh kemenangan di pertempuran Rusia. Setelah beberapa lama
menguasai Rusia, pasukan Nazi Jerman bisa dikalahkan oleh pasukan AS dan
sekutu-sekutunya. Demikian juga dalam pertempuran di Italia, sekutu mulai
memperoleh kemenangan sejak tahun 1943. Setelah mengalami kekalahan dalam
pertempuran di Sisilia, Musolini turun dari jabatannya sebagai pemimpin Fasis
Italia tanggal 25 Juli 1945. Penggantinya, Marshal Badoglio, sepakat untuk
mengadakan gencatan senjata dengan Sekutu dan ditandatangani tanggal 3
September 1943. Namun demikian, pasukan Jerman tidak mengakui gencatan senjata
itu dan mulai menyerang pasukan Sekutu. Tanggal 4 Juni 1944 pasukan AS berhasil
memasuki Roma dan dua hari kemudiari pasukan lainnya menginvasi Normandia.
Demikian juga di kawasan Pasifik, pasukan AS berhasil memperoleh kemenangan.
Guam berhasil direbut, Jepang dapat diusir ke Burma dari India, Paris
dibebaskan; dan Rumania menyerah ke pasukan Rusia Tanggal 2 September 1944
pasukan angkatan darat AS memasuki Jerman. Terjadi pertempuran hebat di Jerman
antara pasukan Sekutu dengan pasukan Nazi. Pasukan AS dan Rusia bertemua di
Singai Elbe tanggal 26 April 1945 dan V.E. Day (victory in Europe atau hari
kemenangan di Eropa) diproklamasikan tanggal 8 Mei 1945.
Pertempuran
berdarah di Iwo Jima berhasil dimenangkan sekutu tanggal 17 Maret 1945 dan
diikuti dengan invasi ke Yokohama dan Okinawa. Tanggal 6 Agustus, pasukan AS
yang telah merebut beberapa pangkalan militer Jepang, menjatuhkan bom atom di
kota Hiroshima dan membumihanguskan tiga perlima kawasan kota. Dua hari
kemudian, Rusia, yang telah menandatangani perjanjian non agresi dengan Jepang,
menyatakan perang terhaclap Jepang. Akhirnya tanggal 14 Agustus, Pemerintah
Jepang menyatakan menyerah dan menerima semua persayaratan Sekutu, dan perang
dunia di Pasifikpun berakhir
Upaya
diplomatik AS dalam mengakhiri PD II dilakukan melalui berbagai pertemuan
internasional dan konfermsi dengan negara-negara sekutunya. Selama perang
bertangsung, terdapat empat konferensi besar yang dilakukan oleh the Big Three
atau "Tiga Besar"yaitu AS,
Inggeris dan
Rusia. Konferensi-konferensi tersebut diselengarakan dalam rangka meng.ikhiri
perang sekaligus juga mengkoordinasi strategi militer untuk menentukan serangan
serta menciptakan kerangka pikir mengenai masa akhir perang. Pada Konferensi
Moskow yang beilangsung bulan Oktober 1943 dan dihadiri oleh para menteri
ketiga negara tersebut disepakati prinsip perdamaian menyeluruh. Artinya,
mereka sepakat untuk tidak menciptakan perdamaian secara terpisah, serta
menghukum Jerman sebagai negara yang paling bertanggungjawab atas korban sipil.
Negara-negara the Big Three juga sepakat untuk meneruskan kerjasama erat
setelah perang berakhir, membebaskan Austria, serta sepakat untuk menciptakan
organisasi internasional baru yang menghimpun banyak negara termasuk ketiga
negara tersebut. Pada Konferensi di Kairo, Mesir, bulan Desember 1943 Presiden
Roosevelt, pemimpin Inggeris, Churchill dan pemimpin Nasionalis China Chiang
Kai-shek sepakat untuk mengambil alih daerah taklukkan Jepang termasuk pulau
Formosa (Taiwan) terhadap China; serta merrbebaskan Korea. Sedangkan pada
Konferensi Teheran, menyusul pertemuan di Kairo, disepakati oleh Roosevelt,
Churchill dan Stalin, untuk mengadakan serangan gabungan ke Normandia serta
untuk mendukung serangan Rusia ke Jerman, mendukung pasukan Tito di Yugoslavia,
serta menciptakan perbatasan baru antara Jerman dan Polandia.
Dalam
Konferensi Yalta yang berlangsung bulan Februari 1945, Roosevelt, Churchill dan
Stalin sepakat untuk mcmbentuk negara Polandia yang demokratis dan bebas dan
ancaman Jerman. Disepjikati juga mengenai pembentukan organisasi internasional
baru tanggal 25 April 1945 di San Francisco. Jerman , sebagai negara yang kalah
perang, dibagi menjadi beberapa daerah pendudukan dan sejumlah 20 milyar dana
harus disediakan untuk reparasi Jerman. Dalam Konferensi Yalta juga disepakati
untuk dimasukkannya hak veto dalam organisasi dunia yang akan didirikan, serta
diizinkannya Ukraina Soviet dan Byelorussia sebagai negara berdaulat untuk
menjadi anggota PBB. Uni Soviet sepakat untuk berperang dengan Jepang selama
tiga bulan setelah kekalahan Jerman. Di Asia, Rusia akan memperoleh daerah
pendudukannya seperti sebelum perang Rusia Jepang tahun 1905. Keadaan status
quo akan tetap dipelihara Mongolia; Rusia akan memperoleh kembali wilayah
selatan Sakhalin; Port Arthur akan disewakan kepada Rusia sebagai pangkalan
angkatan laut. Sedangkan jalan kereta api yang inelintas Manchuria dan China
Timur akan dioperasikan bersama oleh pemerintah nasionalis China dan Rusia.
Rusia juga akan memperoleh kepulauan Kuril serta keadaan geografis sebelum
meletusnya perang dengan Jepang tahun 1905.
Konferensi
terakhir selama berlangsungnya perang dunia II adalah Konferensi Postdam yang
berlangmng antara bulan Juli-Agustus, Dalam konfernsi tersebut Churchill,
Truman dan Stalin sepakat untuk membentuk Dewan Menteri-menteri luar negeri
(Council of Foreign Ministers) yang mewakili Inggeris, Perancis Uni Soviet,
China Nasionalis dan AS. Dewan tersebut bertugas untuk menciptakan perjanjian
damai bagi Italia dan negara-negara setelit Eropa. Sejumlah kesepakatan ekonomi
dan politik bagi Jerman juga diputuskan dalam konferensi tersebut. Akhiraya
Jerman didemiliterisasi dan Na.d dibubarkan. Ekonomi Jerman disentralisasi
Sedangkan Rusia memperoleh konsesi untuk mereparasi daerah pendudukannya di
Jerman. Rusia juga menerima perlengkapan industri dan daerah pendudukan Jerman
di bagian barat termasuk perlengkapan industri. Mengenai Polandia, Konfernsi
sepakat untuk merehabilitasi perbatasannya dan menguasai Prusia Timur, Silesia,
Brandenburg dan Pomeria. Sedangkan negara-negara Balkan dan Italia memperoleh
hak untuk menjadi anggota PBB,
BAB III PENUTUP
Doktrin Monroe yang dicetuskan Presiden
Amerika pada saa itu James Monroe menjadi
kebijakan luar negeri Amerika. Dimana intinya Amerika tidak akan
mencampuri urusan luar negeri bangsa lain, namun juga sebaliknya Negara lain
tidak boleh mencampurui urusan dalam negeri bangsa Amerika. Doktrin Monroe yang
memiliki arti America for the Americans. Hal inilah yang mencipatkan Pan- Amerikanisme.
Doktrin Monroe yang dianggap
sebagai Pan Amerikanisme telah menganggap bahwa seluruh benua Amerika akan
disatukan. Ketika Kuba sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Namun Spanyol
tidak mau memberikan dan tetap bercokol di Kuba hal ini lah yang membuat
Amerika dengan Doktrin Monroenya yang menganggap bahwa Negara luar tidak boleh
mencampuri urusan dalam negeri Amerika. Spanyol dianggap telah mencampuri
kepentingan dalam negeri Amerika. Dengan begitu Amerika telah melanggar doktin
monroenya.
Dalam menghadapi Perang
Dunia I yang terjadi di Eropa, politik luar negeri AS dihadapkan pada dilema.
Pertama, AS ingin tetap berpegang pada prinsip netral yang dianutnya untuk
tidak melibatkan diri dengan perang yang terjadi di luar wilayah teritorialnya.
Namun demikian, kepentingan perdagangannya di kawasan tersebut terancam karena
serangan-serangan negara-negara yang bertikai. Para diplomat AS dihadapkan pada
dua pililian antara tetap mempertahankan sikap netralnya dengan menjamin
kepentingan ekonominya di kawasan tersebut yang berarti melibatkan diri dalam
peperangan. Namun penenggelaman kapal Amerika oleh Jerman membuat Amerika terjun
secara langsung dalam perang dunia I yang bergabung dalam blok sekutu.
Ketidakmampuan AS dalam mempertahankan
sikap netralnya dalam urusan Eropa berusaha diperbaiki dalam tahun 1930-an.
Antara tahun 1935-1939 dikeluarkan sejumlah kebijaksanaan yang pada prinsipnya
berusaha mempertahankan kenetralan untuk tidak memihak negara-negara yang
bertikai. Sikap netral itu antara lain ditunjukkan dengan embargo senjata
terhadap negara-negara yang bertikai.Setelah dibomnya Pangkalan Laut Amerika
Pearl Harbaour di Hawaii pada tanggal 7 Desember oleh Jepang. Satu hari
kemudian Amerika menyatakan perang terhadap Jepang. Untuk kedua kalinya Amerika
gagal mempertahankan kenetralannya.
Daftar Pustaka
Gray, Wood. Garis Besar Sejarah Amerika
Garis
Besar Sejarah Amerika Serikat. Biro Program Informasi
Internasional
Departemen Luar
Negeri A.S
Imprealisme dan Keterlibatan Amerika dalam Perang
Dunia
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.
Tugas
Individu
Oleh:
RENY PUTRI ADITIYA
120210302004
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Kemenangan
Amerika Serikat dalam
perang melawan Spanyol (1898) merupakan puncak dari imperialisme Amerika Serikat,
di mana Amerika Serikat
menguasai Philipina, Guam dan Puerto Rico dan dimana Amerika Serikat
membebaskan Cuba tetapi memaksa Amandement Platt atas konstitusi Cuba, yang
dipergunakan sebagai pangkalan angkatan laut AmerikaSerikat.
Namun hal tersebut dianggap telah melanggar kebijakan
politik luar negeri bangsa tersebut. Politik luar negeri Amerika yang terkenal
pada masa itu adalah “Doktrin Monroe”. Doktrin
Monroe adalah kebijakan pemerintah Amerika yang dikeluarkan oleh Presiden James
Monroe. Doktrin Monroe
berbunyi Amerika Serikat menganggap segala campur tangan pihak luar dalam
urusan negara - negara di benua Amerika sebagai (ancaman) bahaya terhadap
keamanan dan keselamatannya.
Adanya
doktrin monroe ini hubungan Amerika Serikat dengan Negara Amerika Latin makin
dekat karena ada persepsi bahwasanya Amerika Serikat telah membantu untuk
melindungi kawasan Amerika Latin. Namun persepsi negatif dalam melihat sikap
amerika Serikat terhadap kawasan Amerika latin pun juga muncul. Pemerintah
Negara Negara Amerika Latin berfikir bahwa Amerika Serikat menggunakan doktrin
monroe sebagai media untuk mendominasi benua amerika. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya peningkatan investasi dari Amerika maupun sekutunya yakni Inggris
yang meningkat setelah keluarnya doktrin Monroe.
Kedudukan Amerika didaerah Filipina membuat bangsa ini
juga terlibat dalam peperangan yang sangat dasyat pada abad ke 20 yaitu Perang
Dunia. Pada awalnya Amerika masih
mempertahankan “Doktrin Monroe” nya untuk tetap netral dan tidak memihak dari
salah satu blok yang terlibat dalam Perang Dunia. Namun perkembangannya Amerika
harus mengangkat senjata dan terjun secara langsung kedalam perang dunia.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaiamana hubungan Doktrin Monroe sebagai awal imprealisme Amerika ?
- Bagaimana imprealisme Amerika terhadap Negara lain ?
- Bagaimana keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia ?
1.3 Tujuan
- Mengetahui hubungan antara Doktrin Monroe sebagai awal Imprealisme Amerika
- Mengetahui imprealisme Amerika terhadap Negara lain
- Mengetahui keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Doktrin Monroe Sebagai Awal Imprealisme Amerika
Doktrin Monroe adalah salah satu
kebijakan Amerika Serikat yang pertama kali dicetuskan oleh James Monroe
presiden ke 5 Amerika serikat pada 2 desember 1823, yang berbunyi:
"Amerika Serikat menganggap segala campur tangan pihak luar dalam urusan
negara - negara di benua Amerika sebagai (ancaman) bahaya terhadap keamanan dan
keselamatannya". Doktrin ini dicetuskan karena pada tahun-tahun sebelum
1823 di wilayah ini banyak terjadi intervensi terhadap AS oleh Negara-negara
Eropa.
Doktrin Monroe (Monroe Doctrine) adalah
asas politik luar negeri Amerika Serikat yang terkandung dalam pesan Presiden
Monroe kepada Kongres tahun 1823. Doktrin berawal dari dua masalah diplomatik,
yaitu pertempuran secara kecil-kecilan dengan Rusia mengenai pantai barat laut
Amerika Serikat dan kekhwatiran bahwa Aliansi Suci (Rusia, Austria, Prusia)
akan mencoba menguasai kembali negara-negara Amerika Latin yang baru saja
melepaskan diri dari Spanyol. Menteri Luar Negeri Inggris menghendaki
pengiriman pernyataan bersama Inggris – Amerika kepada negara-negara anggora
Aliansi Suci, tetapi Amerika bersikeras bertindak sendiri dan menyusun doktrin
tersebut yang mengandung hal penting, yaitu ada empat prinsip dasar, yang cukup
terkenal. Antara lain :
1. Amerika Serikta tidak akan mencampuri masalah-masalah internal
ataupun peperangan di antara Negara Eropa
2. Amerika Serikat mengakui dan tidak
mencampuri koloni yang masih ada di bawah keuasaan negara Negara Eropa
3. Negara Eropa harus menghentikan
kolonisasi lebih lanjut
4. Upaya apapun oleh Negara Eropa untuk
menekan atau mengendalikan Negara manapun di dunia akan diapndang sebagai
tindakan kekerasan melawan Amerika Serikat.
Dikeluarkannya Doktrin Monroe ini, maka
upaya negara-negara Eropa untuk menjajah atau melakukan campur tangan terhadap
negara-negara di benua Amerika akan dipandang sebagai agresi, sehingga Amerika
Serikat akan turun tangan. Akan tetapi, Amerika Serikat tidak akan mengganggu
jajahan Eropa yang sudah ada. Doktrin ini diterapkan setelah sebagian besar
jajahan Spanyol dan Portugal di Amerika Latin telah merebut kemerdekaannya.
Doktrin Monroe intinya adalah “America
for the Americans” yang berarti politik isolasi, artinya negara-negara di luar
Amerika jangan mencampuri soal-soal dalam negeri Amerika dan sebaliknya Amerika
tidak akan ikut dalam soal-soal di luar Amerika. Doktrin Monroe dapat juga
diartikan sebagai Pan-Amerikanisme, yaitu seluruh negara-negara di Amerika
harus merupakan satu keluarga Bangsa Amerika di bawah pimpinan Amerika.
Adanya doktrin Monroe ini hubungan
Amerika Serikat dengan Negara Amerika Latin makin dekat karena ada persepsi
bahwasanya Amerika Serikat telah membantu untuk melindungi kawasan amerika
latin. Namun persepsi negatif dalam melihat sikap amerika Serikat terhadap
kawasan Amerika latin pun juga muncul. Pemerintah Negara Negara Amerika Latin
berfikir bahwa Amerika Serikat menggunakan doktrin monroe sebagai media untuk
mendominasi benua Amerika. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan
investasi dari Amerika maupun sekutunya yakni Inggris yang meningkat setelah
keluarnya doktrin Monroe.
Doktrin Monroe yang dianggap
sebagai Pan Amerikanisme telah menganggap bahwa seluruh benua Amerika akan
disatukan. Ketika Kuba sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Namun Spanyol
tidak mau memberikan dan tetap bercokol di Kuba hal ini lah yang membuat
Amerika dengan Doktrin Monroenya yang menganggap bahwa Negara luar tidak boleh
mencampuri urusan dalam negeri Amerika. Spanyol dianggap telah mencampuri
kepentingan dalam negeri Amerika
Sikap dari Amerika Serikat yang begitu
mencampuri urusan Amerika latin telah membuahkan pergolakan fisik antara
Amerika dengan Spanyol. Dimana dengan adanya insiden meledaknya kapal amerika
maka sikap untuk bermusuhan dengan Spanyol muncul di benak rakyat Amerika dan
akhirnya telah berhasil mengusir kekuatan Spanyol dari Kuba. Selain akses yang
diakibatkan oleh adanya peranan yang begitu besar dari Amerika maka dalam
pembuatan rancangan konsitusi Kuba tahun 1900, pihak amerika serikat memaksakan
adanya satu dokumen yang terkenal yakni, Amandemen senator orville hitchcock
platt (platt amendement). Dalam amndemen ini pihak amerika memberikan hak untuk
dapat mencampuri urusan dalam Negeri dari negara Kuba. Hal ini dimaksudkan
untuk melindungi harta dan benda serta warga Amerika serikat yang ada di Kuba.
Tentu saja hal ini telah membuat pembatasan hak dari Kuba dalam meminta bantuan
asing lainnya. Sekaligus tidak dapat untuk mencegah keinginan dari Amerika
untuk membangun pangkalan angakatan lautnya di Kuba.
Interpestasi yang meluas dari doktrin
monroe terjadi seiring dengan tampilnya Amerika Serikat menjadi salah satu
kekuatan dunia. Amerika mengkalim bahwasanya negara ini adalah polisi dunia.
Sehingga negara Negara Amerika Latin ikut menjadi wilayah pengaruhnya serta
menjadi penyumbang kekuatan dari Amerika secara finansial. Selain itu dengan
adanya penginteprestasian yang meluas atas doktrin mempermudah upaya amerika
serikat untuk mendapatkan akses sumber daya dari Negara Amerika Latin. Namun
upaya Amerika bukanlah tanpa ada tantangan dari negara-negara kolonial lainnya
ataupun dari pemerintah Negara baru di Amerika Latin.
Doktrin Monroe merupakan sarana bagi
Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih lanjut dari negara-negara Eropa
atas benua Amerika. Namun demikian, doktrin tersebut dianggap bermanfaat bagi
kepentingan negara-negara di Amerika Latin. Presiden Monroe sendiri menyatakan
bahwa AS mengharapkan semua penduduk benua Amerika, di utara dan selatan, untuk
mengeksploitasi semua potensi yang dimiliki oleh the New World (benua Amerika).
Bagi AS sendiri doktrin tersebut akan memperkuat Perjanjian Transkontinental,
serta beberapa persetujuan lain seperti terbukanya Oregon bagi pemukim Amerika,
serta kesempatan ekonomi yang lebih luas bagi AS menyusul keberhasilan revolusi
di negara-negara Amerika Latin
2.2 Imprealisme Amerika
Sumber perkembangan Amerika di akhir abad ke-19 sangat
bervariasi. Secara internasional, masa-masa itu adalah masa-masa kegilaan para
imperialis, dimana kekuatankekuatan di Eropa berlomba-lomba untuk menguasai
Afrika, dan berlomba, bersama Jepang, mendapatkan pengaruh dan bisnis di benua
Asia. Banyak tokoh Amerika, termasuk tokoh-tokoh berpengaruh seperti Theodoore
Roosevelt, Henry Cabot Lodge dan Elihu Root, merasa bahwa untuk menjaga
kepentingan mereka, Amerika Serikat juga perlu untuk mengintai wilayah pengaruh
ekonominya sendiri. Pandangan ini diikuti dengan lobi menggunakan kekuatan laut
yang besar, yang memerlukan pasukan laut yang terus berkembang dan jaringan
pelabuhan- pelabuhan luar negeri sebagai pengamanan ekonomi dan politik yang
penting bagi negeri itu.
Pada umumnya, doktrin “takdir yang nyata”,
yang pertama-tama digunakan untuk membenarkan perluasan Amerika di dalam
benuanya sendiri, sekarang dihidupkan kembali untuk menegaskan bahwa Amerika
Serikat memiliki hak dan tanggungjawab untuk memperluas pengaruh dan
peradabannya ke Belahan Barat dan ke Karibia, juga menyeberangi Pasifik. Pada
waktu yang sama, seruan anti-imperialis dari berbagai koalisi dari para
Demokrat bagian Utara dan Republikan Reformis terus terdengar dan konstan.
Sebagai hasilnya, akuisisi dari ‘kerajaan’ Amerika Serikat hanya sedikit demi
sedikit dan penuh keraguan. Administrasi berotak kolonial biasanya hanya
berpikir tentang perdagangan dan ekonomi daripada pengaruh politik.
Doktrin Monroe
merupakan sarana bagi Amerika Serikat untuk mencegah kolonisasi lebih lanjut
dari negara-negara Eropa atas benua Amerika. Namun demikian, doktrin tersebut
dianggap bermanfaat bagi kepentingan negara-negara di Amerika Latin. Adanya
doktrin Monroe ini hubungan Amerika Serikat dengan Negara Amerika Latin makin
dekat karena ada persepsi bahwasanya Amerika Serikat telah membantu untuk
melindungi kawasan Amerika Latin.
Sikap dari Amerika Serikat yang
begitu mencampuri urusan Amerika latin telah membuahkan pergolakan fisik antara
Amerika dengan Spanyol. Dimana dengan adanya insiden meledaknya kapal amerika
maka sikap untuk bermusuhan dengan Spanyol makin memuncak. Peperangan antara
Spanyol dan Amerika tak terhindarkan. Amerika berhasil memenangkan peperangan
dengan Spanyol hal ini membuat Amerika medapatkan wilayah jajahan Sponyol yaitu Kuba dinyatakan merdeka sedangkan Puerto Rico,
Filipina dan Guam di jadikan Koloni Amerika Serikat
2.2.1 Kuba
Spanyol tetap menguasai Pulau Kuba yang
terletak di selatan semenanjung Florida dimana perdagangan dengan Amerika
Serikat terjalin ramai. Pada tahun 1895 amrarah Kuba yang semakin besar
terhadap tirani negara induk akhirnya meledak dalam perang kemerdekaan.
Usaha untuk menggulingkan pemerintaha
panjajah (Spanyol) timbul antara tahun 1824-1868, tetapi selalu gagal.
Mula-mula melalui gerakan bawah tanah, kemudian menjadi perlawanan terbuka.
Pada umumnya Amerika Serikat memberi bantuan kepada gerakan kemerdekaan Kuba
dalam bentuk biaya, perlengkapan, persenjatahan, dan fasilitas penggunaan
wilayahnya sebagai basis penyerangan terhadap pangkalan-pangkalan militer
Spanyol.
Kemudian timbul perang sepuluh tahun
(1868-1878)di kuba atau tepatnya di
sebut pemberontakan sepuluh tahun, karena apa yang terjadi waktu itu adalah
pemberontakan rakyat melawan melawan penguasa Spanyol. Walaupun pemberontakan
ini merupakan suatu langkah maju daripada sistem perlawanan sebelumnya, belum
juga berhasil.
Ketika pemberontakan sampai pada
puncaknya dalam tahun 1898, Amerika Serikat ikut campur tangan dalam memerangi
Spanyol dengan maksud, yakni :
1.
Menyatakan
simpati terhadap perjuangan rakyat Kuba
2.
Melindungi
kepentingan ekonominya di Kuba, antara lain perkebunan tembakau, perkebunan tebu, dan
perkebunan buah-buahan.
3.
Menghukum
Spanyol, akibat hancurnya kapal perang Amerika Serikat Maine pada tanggal 15
Februari 1898 di pelabuhan Hanava, sehingga Spanyol lah yang harus bertanggung
jawab.
Amereika Serikat
memperhatikan berlangsungnya pemberontakan ini dengan kekhawatiran yang main
besar. Kebanyakan orang Amerika bersimpati terhadap bangsa Kuba, tetapi
Presiden Cleveland berekad untuk mempertahankan kenetralan. Namun tiga tahun
kemudian ketika dalam masa Pemerintahan McKinley kapal perang Amerika Serikat
Maine dihancurkan waktu sedang berlabuh di pelabuhan Havana dengan memakan
korban 260 orang meninggal, meledaklah kemarahan. Meskipun untuk beberapa waktu
McKinley masih mencoba mempertahankan kedaimaian namun beberapa bulan kemudian,
yakni behwa penangguhan namun beberapa bulan akan sis-sia saja, ia menyeruhkan
campurtangan bersenjata.
Perang melawan Spanyol
berlangsung cepat dan menentukan. Selama berlangsung empat bulan itu tidak
satupun terjadi kekalahan Amerika yang berarti. Seminggu sesudah maklumat perang,
Komondor George Dewey yang ada pada saat itu berada di Hongkong, dengan
eksadornya yang terdiri dari enam kapal menuju ke Philipina. Perintahnya adalah
untuk mencegah agar armada Spanyol yang berpangkalan disana tidak beroperasi di
perairan Amerika. Ia terus menghancurkan seluruh armada Spanyol tanpa
kehilangan satu pun nyawa Amerika. Dalam pada itu, di Kuba pasukan tentara
daratan dekat Santiago, diamana setelah menenangkan serangkaian pertempuran
singkat, mereka menbaki pelabuhann dengan meriam. Empat kapal bersenjata
Spanyol berlayar ke luar dari Teluk Santiago dan beberapa jam kemudian mereka
telah menjadi puing-puing besi.
Dari Boston sampai San
Francisco peluit berbunyi dan bendera berkibar ketika terdengar berita bahwa
Santiago telah jatuh. Surat-surat kabar mengirimkan wartawannya ke Kuba dan
Philipina, yang lalu menyebarkan kemashiran pahlawan-pahlawan bangsa yang baru.
Yang terutama di antara mereka ialah George Dewey yang tersohor di Manila dan
Theodore Rooselvelt, yaitu pemimpin “Rough Riders” sebuah resimen kavaleri
sukarela yang dikerahkannya untuk bertugas di Kuba. Spanyol segara minta damai,
dan dalam perjanjian yang ditandatangani tanggal 10 desember 1898, Kuba
diserahkan kepada Amerika Serikat guna diduduki untuk sementara waktu menjelang
kemerdekaan pulau tersebut.
Kuba dinyatakan merdeka sedangkan Puerto
Rico, Filipina dan Guam di jadikan Koloni Amerika Serikat, kemudian
terbentuknya Republik Kuba dengan Thomas Estrada Palma sebagai presiden pertama
di Cuba (1902-1906)
Walaupun telah merdeka, rakyat Kuba
seolah-olah tidak merdeka karena:
1.
Amerika
Serika ini mendektekan Amandemen Plat atas Konstitusi Kuba.
Dalam amndemen ini pihak amerika memberikan
hak untuk dapat mencampuri urusan dalam Negeri dari negara kuba. Hal ini
dimaksudkan untuk melindungi harta dan benda serta warga Amerika serikat yang
ada di Kuba. Tentu saja hal ini telah membuat pembatasan hak dari Kuba dalam
meminta bantuan asing lainnya. Sekaligus tidak dapat untuk mencegah keinginan
dari Amerika untuk membangun pangkalan angakatan lautnya di Kuba.
2.
Amerika
Serikat masih tetap mempunyai basis Angkatan laut di teluk Guantanamo (Kuba).
3.
Dalam bidang
ekonimi juga masih di kuasahi oleh Amerika Serikat
Kuba memperoleh kemerdekaan simbolik
pada saat tentara Amerika Serikat angkat kaki pada tahun 1902. Tetapi amerika
Serikat masih tetap mempunyai hak melakukan intervensi untuk menjaga tertip
sipil. Amerika melakukannya selama tiga kali sebelum melepas hak tersebut pada
tahu 1934. Walaupun Kuba sudah merdeka penuh, pengaruh ekonomi dan politik
Amerika serikat sangat kuat sampai pada tahun 1859, yaitu ketika Fidel castro
menggulngkan pemerintah yang berkuasa dan membentuk rezim marxis yang sangat
erat hubungannya dengan Uni Soviet.
2.2.2 Filipina
Penguasaan
Filipina oleh Anerika mendapat kecaman dari bangsa Eropa karena ditangkap telah
melanggar Doktrin Monroe, yang isinya mengatakan bahwa Amerika anti
Kolonialisme dan Imperalisme. Amerika dianggap sebagai ancaman baru bagi bangsa
Eropa atas kekuasaannya di Asia. Untuk meredakan kecaman tersebut, Amerika
menyatakan Filipina semata-mata untuk menjalankan eksperimen imperialisme.
Artinya Filipina akan dijadikan model negara dengan sistem kekuasaan liberal
seperti Amerika di wilayah Asia.
Perang melawan Spanyol
berlangsung cepat dan menentukan. Selama berlangsung empat bulan itu tidak
satupun terjadi kekalahan Amerika yang berarti. Seminggu sesudah maklumat
perang, Komondor George Dewey yang ada pada saat itu berada di Hongkong, dengan
eksadornya yang terdiri dari enam kapal menuju ke Philipina. Perintahnya adalah
untuk mencegah agar armada Spanyol yang berpangkalan disana tidak beroperasi di
perairan Amerika. Ia terus menghancurkan seluruh armada Spanyol tanpa
kehilangan satu pun nyawa Amerika.
Amerika Serikat yang baru saja hadir di
Philipina itu sekarang menaruh harapan besar untuk menjalin perdagangan giat
dengan cina. Namun sejak dikalahka Cina
oleh Jepang dalam PD tahun 1894-1895, berbagai negara Eropa telah mendirikan
pangkalan laut, menyewa wilayah, dan membangun kawasan pengaruh disana. Mereka
bukan saja berhasil memperoleh hak monopoli perdagangan melainkan juga izin
ekslusif untuk menanamkan modal dalam kontruksi jalan keretaapi dan
pengelolahan tambang didaerah-daerah didekat nya.
Pada tahun 1919 delegasi Filipina di bawah Manuel Quezon pergi ke Amerika untuk
menuntut kemerdekaan penuh atas Filipina. Amerika menjawab dengan mengirimkan The
Wood Forbes Mission tahun 1922, yang isinya menyatakan bahwa Filipina belum
mampu untuk merdeka. Bangsa Filipina menolak ucapan Wood Forbes. Senat
Filipina meletakan jabatannya, dan menuntut kemerdekaan penuh.
Masa kekuasaan Amerika di Filipina berlangsung dari
tahun 1898 sampai tahun 1946.
1.
Periode Tahun 1898-1942.
Amerika melakukan pembinaan terhadap
system kekuasaan yang akan diterapkan di Filipina melalui perjanjian damai
dengan para tokoh nasionalis pada tahun 1907. Isinya, antara lain menjamin
kemerdekaan Philipina untuk 50 tahun yang akan datang.
2.
Periode Tahun 1942-1945.
Amerika mengalami kekalahan di
Pasifik yang mengakibatkan Filipina dikuasai oleh Jepang. Pada tanggal 2
Januari 1942 Manila, ibu kota Filipina, jatuh ke tangan Jepang. Jendral Deuglas Mac Arthur meninggalkan
Filipina untuk menyusun pasukan sekutu di Australia. Pada tanggal 6 Mei 1942
seluruh Filipina jatuh ke tangan Jepang.
Kekalahan Jepang untuk pertama
kalinya adalah dalam pertempuran di laut Karang, yang merupakan titik balik
bagi kemenangan Jepang. Sejak itu Jepang menggunakan bangsa Filipina sebagai
teman di bawah Presiden Laurel
untuk menghadapi sekutu. Tetapi dengan mendaratnya Sekutu di Filipina, dan
kemudian kalahnya Jepang terhadap Sekutu maka Republik Filipina membuat Jepang
lenyap kembali (22 Oktober 1945).
Setelah Perang Dunia II selesai,
Amerika Serikat menepati janjinya untuk memberi kemerdekaan kepadaan Filipina.
Pesawat terbang jepang berhasil menenggelamkan kapal perang Price of wales
dan Repulse di Laut Natuna tahun 1942, menyebabkan tentara Sekutu
merosot. Tak lama kemudian Amerika Serikat membuat pesawat terbang B29 untuk
menggempur Jepang dengan menjatuhkan bon atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Maka berakhirlah Perang Dunia II, lebih cepat dari yang diperkirakan.
3.
Periode
tahun 1945-1946.
Jepang mengalami kekalahan dari
sekutu, berarti kekuasaan Amerika masuk kembali di Filipina
2.2.3 Puerto Rico
Sebelum abad XIX berakhir negara Amerika
Serikat ingin menguatkan kendali mereka terhadap daerah maritim atau lautan
karibia. Salah satu cara yang dijalankan demi terwujudnya keinginan tersebut
adalah menguasai Kuban dan Puerto Rico. Atas dasar ini kemudian pemerintah
Amerika memberi tawaran dan pada Spanyol senilai 160 juta dolar agar bersedia
melepas kekuasaannya atas dua wilayah jajahan mereka itu.
Tapi pemerintahan Spanyol tidak tertarik
dan menolaknya. Karena mendapat penolakan, akhirnya Amerika menempuh cara
berbeda yaitu sistem kekerasaan. Pada tahun 1898 Amerika menyatakan perang pada
Spanyol. Namun mereka berdalih peperangan ini dipicu oleh sebuah pertikaian
yang terjadi didaerah Kuba dan tenggelamnya kapal perang Amerika di daerah
pantai Havana
Peurto Rico ini menjadi daerah
kolonisasi Amerika Serikat karena Amerika Serikat menang dalam peperangan
dengan Spanyol, awalnya wilayah Peurto Rico ini adalah daerah kekuasaan
Spanyol, tetapi sebagai ganti rugi dalam perang, maka Peurto Rico menjadi milik
AS. Pada tahun 1917 konggres Amerika memberi warga Peurto Rico hak untuk
memilih wakil Rahyat mereka. Tetapi undang-undang yang sama itu menghasilkan
nasib yang berbeda bagi pulau itu, karena menyertakan Peurto Rico secara resmi
adalah wilayah Amerika. Dan penting lagi rakyatnya menjadi warga Amerika
Serikat. Pada tahun 1950, konggres memberi Puerto Rico kebebasan penuh untuk
menentukan masa depannya. Dalam referendum pada tahun 1952, warga menolak
Puerto rico menjadi negara bagian ataupun mendapatkan kemerdekaan penuh sebagai
gantinya mereka memilih status warga persemakmuran. Banyak orang Puerto rico
asli yang sudah menetap di daratan Amerika Serikat dimana mereka medapatkan
akses bebas serta mendapat hak plitik an sipil seperti warga negara Amerika
lainnya.
Peperangan berlangsung pada 25 Juli 1898
dan berhasil memenangkan Amerika. Pasukan negara tersebut sukeses menguasai
Puerto Rico. Penyerahan daerah kekuasaan
ini diatur dalam suatu perjanjian yang dinamakan Perjanjian Paris. Sejak saat
itu Puerto Rico dikuasai militer negara Amerika. Sistem pemerintahan di daerah
ini kemudian dilaksanakan seorang gubernur. Jabatan gubernur tersebut dipegang
warga setempat namun ditunjuk oleh pemerintahan Amerika Serikat.
Gubernur harus memberi tanggung jawab
hasil kerjanya secara langsung pada Presiden. Selain itu, gubernur punya
kewenangan untuk melakukan pengontrolan secara penuh di Puerto Rico. Namun
dalam kondisi tertentu pemerintah pusat Amerika tetap punya hak veto atas
negara itu
2.3 Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia
Sebuah konflik dunia terjadi pada tahun 1914- 1918
yang melibatkan beberapa Negara di Eroapa. Konflik ini disebut perang dunia. Amerika sendiri pada awalnya tidak ikut serta dalam perang dunia
itu. Mereka mempertahankan sikap netralnya dan tidak berpihak pada pihak
manapun (Blok Sekutu dan Sentral) yang terlibat dalam perang dunia ini. Meskipun
demikian, kedua blok dalam perang tersebut, yakni sekutu dan sentral berusaha untuk mempengaruhi Amerika supaya masuk kedalam blok
mereka. Dalam perkembangannya Amerika memutuskan
untuk ikut serta dalam perang ini.
Perang Dunia II adalah sebuah global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Ketidakmampuan AS dalam mempertahankan
sikap netralnya dalam perang dunia I dan urusan Eropa berusaha diperbaiki dalam
tahun 1930-an. Antara tahun 1935-1939 dikeluarkan sejumlah kebijaksanaan yang
pada prinsipnya berusaha mempertahankan kenetralan untuk tidak memihak
negara-negara yang bertikai. Sikap netral itu antara lain ditunjukkan dengan
embargo senjata terhadap negara-negara yang bertikai. Namun demikian, sikap
netral tersebut juga tidak bisa dipertahankan. Dalam praktek, seringkali sikap
netral AS dalam politik luar negerinya bertentangan dengan kepentingannnya
sendiri. Keterlibatan AS dalam Perang Dunia II, dapat dijelaskan dari
ketidakkonsistenan negara tersebut menjaga politik netralnya.
2.3.1 Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia I
Bagi rakyat
Amerika yang hidup pada 1914, pecahnya perang di Eropa—Jerman dan Austria- Hongaria
melawan Inggris, Perancis, dan Rusia—membuat mereka tersentak. Awalnya
pertempuran itu seakan terasa sangat jauh, tapi dampak ekonomi dan politiknya
terasa dalam waktu singkat dan dengan parah. Selama 1915, industri Amerika, yang
sedang mengalami masa depresi ringan, mulai membaik karena adanya permintaan
peralatan perang dari Sekutu di Barat.
Kedua pihak
yang berseteru menggunakan propaganda untuk menyulut semangat rakyat
Amerika—yang sepertiganya adalah warga negara asing atau lahir dari orangtua berkewarganegaraan
asing. Selain itu, Inggris dan Jerman menghadang kapal Amerika di laut lepas,
menimbulkan protes keras dari Presiden Woodrow Wilson.
Segera
setelah perang meletus, Amerika Serikat menghadapi dilema lain yaitu ketika
Pemerintah Perancis meminta para banker Amerika untuk memberi pinjaman kepada
Perancis sebesar 100 juta dolar. Apabila berpegang pada sikap netralnya maka
pemerintah AS seharusnya membiarkan pada banker AS untuk memenuhi tuntutan
Perancis. Namun demikian, menteri luar negeri AS, Bryan, menyatakan bahwa
dengan diberikannya pinjaman kepada negara lain yang terlibat perang maka AS
melanggar sikap netral yang sesungguhnya. Melalui perdebatan alot di dalam
negeri, akhirnya AS memenuhi tuntutan para bankir untuk memberikan pinjaman kepada
negara-negara Eropa dengan alasan yang rasional. Pertama, AS akan kehilangan
perdapatannya dari perdagangan yang berkaitan dengan peralatan perang jika
pemerintah AS menolak memberi pinjaman kepada Sekutu. Kedua, seperti yang juga
diakui oleh negara-negara Sentral, perdagangan amunisi dan peralatan perang
adalah legal (sah), dan dengan demikian apabila AS menolak pemberian pinjaman
maka AS telah melanggar sikap netralnya dengan memihak negara-negara Sentral
dengan cara menolak tuntutan pinjaman dari negara-negara Sekutu. Ketika perang
meletus, akhirnya AS memberikan pinjaman kepada negara-negara Eropa sebesar $
23 milyar , termasuk kepada Jerman sejumlah $ 27 juta. Pinjaman tersebut
merupakan salah satu bentuk kemenangan Sekutu di bidang ekonomi dan bukan di
bidang tujuan perang mereka, karena AS tetap tidak memiliki pandangan yang sama
dengan mereka dalam keterlibatannya dalam Perang Dunia I.
Sebagai
penguasa lautan, Inggris menghentikan dan memeriksa kapal induk Amerika,
mengambil alih “barang selundupan” untuk pihak Jerman. Jerman mengerahkan
senjata lautnya yang terbesar, yaitu kapal selam, untuk menenggelamkan kapal
yang berlayar ke Inggris atau ke Perancis. Presiden Wilson memperingatkan bahwa
Amerika takkan menyerahkan hak tradisionalnya untuk bersikap netral dan
berdagang dengan negara yang gemar berperang. Ia juga mengumumkan bahwa
negerinya akan menuntut “pertanggungjawaban penuh” pihak Jerman atas kerugian
armada laut dan rakyat Amerika yang menjadi korban. Pada 7 Mei 1915, kapal
selam Jerman menenggelamkan kapal pesiar Inggris, Lusitania, menewaskan 1.198
orang, 128 orang di antaranya orang Amerika. mencerminkan kemarahan rakyat
Amerika, Presiden Wilson mendesak agar penyerangan terhadap angkutan laut dan
kapal dagang Amerika segera dihentikan.
Meskipun
presiden telah memberikan pernyataannya, namun rakyat amerika sebenarnya banyak
yang menginginkan Amerika berada di salah satu blok. Orang-orang keturunan
Inggris banyak yang condong pada Triple Etente (sekutu), sementara keturunan
Jerman ingin berada dalam pihak Triple Alliance (As). Namun demikian, tidak ada yang benar- benar
mengharapkan Amerika langsung ikut terjun dalam peperangan. Sebagai negara
netral, Amerika mempunyai hak untuk itu yang secara historis dan meyakinkan
berada dibawah hukum internasional, antara lain:
1. Negara
netral bisa menjual barang-barangnya dan berdagang persenjataan maupun
barang-barang lainnya dengan negara yang sedang berperang.
2. Negara
yang sedang berperang dapat menekan perdagangan ini dengan saling blokade untuk
menghentikan iriingan kapal yang membawa barang-barang tersebut, namun blokade
harus efektif yakni dengan sejumlah kapal perang untuk patroli.
3.Jika
kapal dagang dari negara netral atau musuh berlayar dan tertangkap, maka boleh
dimiliki dan diambilalih dalam keadaan tertentu namun tidak boleh
ditenggelamkan atau dirusak sehingga membahayakan keamanan awak dan
penumpangnya.
Karena
tidak ingin memulai perang dengan Amerika, Jerman setuju untuk memberi
peringatan terlebih dulu kepada kapal dagang—bahkan jika kapal itu mengibarkan
bendera musuh—sebelum menyerang. Namun, setelah melakukan dua serangan lagi—tenggelamnya
kapal pesiar Inggris Arabic pada Agustus 1915, dan kapal pesiar Perancis Sussex
yang hancur terkena torpedo pada Maret 1916—Presiden Wilson mengeluarkan ultimatum
yang mengancam akan memutuskan hubungan diplomatic mereka kecuali Jerman
mengakhiri serangan bawah lautnya. Presiden Wilson kembali terpilih pada 1916,
sebagian karena slogan: “Dia menjauhkan kita dari peperangan.” Merasa mengemba tugas
untuk bertindak sebagai pendamai, dia berpidato di hadapan Senat Amerika, pada
22 Januari 1917, mendesak negara yang sedang berperang untuk menerima “perdamaian
tanpa kemenangan.”
Pemerintah
Jerman memberitakan bahwa perang kapal selam yang tak terbats akan di lanjutkan
lagi. Tanggal 2 April 1917, setelah lima buah kapal Amerika ditenggelamkan,
Wilson meminta kepada Kongres izin untuk mempermaklumkan perang. Seketika
itupun, pemerintah Amerika mulai mengerahkan sumber- sumber miliernya,
industry, buruh, dan pertaniannya. Pada bulan Oktober 1918, pasukan Amerika
yang terdiri dari 1.750.000 orang sudah berada di Prancis.
Peranan
angkatan laut Amerika menentukan sekali dalam membantu Inggris untuk mematahkan
blockade kapal selam, dan ketika terjadi serangan Jerman yang sudah lama
dinantikan, dalam musim panas 1918 pasukan-pasukan Amerika yang masih segar
memainkan peran yang menentukan di daratan.
Pada musim
panas 1918, tentara Amerika yang baru tiba di bawah pimpinan Jendral J.
Pershing memainkan peranan penting dalam menghentikan serangan terakhir dari
Jerman. Pada musim gugur tahun itu, tentara Amerika merupakan tokoh kunci dalam
serangan di Meuse-Argonne, yang berhasil menembus Garis Hindenburg Jerman yang
dibanggakan itu.
Presiden
Wilson berkontribusi besar dalam mengakhiri perang secara lebih cepat dengan
mendefinisikan tujuan perang Amerika yang menyatakan perjuangan ini bukan untuk
memerangi rakyat Jerman melainkan terhadap pemerintahan otoriter mereka. Empat
Belas Poinnya yang diajukan ke Senat menuntut; diakhirinya perjanjian
internasional rahasia; kebebasan laut; perdagangan bebas antarnegara; pengurangan
persenjataan negara; penyesuaian klaim kolonial agar lebih memihak kepentingan
penduduk asli; pemerintahan otonomi bagi bangsa Eropa yang tertindas; dan yang
penting, mendirikan Liga Bangsa-Bangsa yang dapat “menjamin kebebasan
berpolitik dan menjaga integritas teritorial baik Negara besar maupun kecil
secara adil.”
Pada
Oktober 1918, karena menghadapi sejumlah kekalahan, pemerintah Jerman mengajukan
permohonan bernegosiasi dengn Wilson dengan dasar Empat Belas Poin tersebut.
Setelah sebulan bernegosiasi secara tertutup yang akhirnya tidak memberikan
jaminan pasti bagi Jerman, gencatan senjata (resminya gencatan senjata, tapi
sebenarnya menyerah) pun diputuskan pada 11 November.
2.3.1 Keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia II
Sebelum
periode kepemimpinan Roosevelt yang kedua berlangsung program dalam negeri
dibayangbayangi oleh rancangan eskpansi rezim totaliter di Jepang, Italia, dan Jerman.
Pada 1931 Jepang sudah menyerang Manchuria, menghancurkan perlawanan Cina, dan
mendirikan negeri boneka Manchukuo. Italia, di bawah pimpinan Benito Mussolini,
memperluas batas Negara hingga Libya dan pada 1935 mengalahkan Etiopia. Jerman,
di bawah pimpinan Adolf Hitler, mempersiapkan perekonomian yang mendukung
perang dan kembali menduduki Rhineland (yang didemilitarisasi melalui
perjanjian Versailles setelah Perang Dunia I) pada 1936. Pada 1938, Hitler
menggabungkan Austria ke dalam Kekaisaran Jerman dan menuntut penyerahan daerah
Sudetenland di Cekoslowakia yang penduduknya berbahasa Jerman. Sejak saat itu
perang sepertinya terancam akan pecah.
Amerika,
kecewa akibat kegagalan memperjuangkan demokrasi pada Perang Dunia I,
mengumumkan bahwa dalam kondisi bagaimana pun juga negara yang terlibat dalam
konflik tidak bisa meminta dukungan Amerika. UU Kenetralan yang diberlakukan
secara bertahap dari 1935 hingga 1937, melarang keras penjualan senjata kepada
semua negara yang berperang, mewajibkan pembayaran tunai untuk komoditas lain,
dan melarang kapal dagang berbendera Amerika mengangkut barang tersebut.
Tujuannya adalah menghindari keterlibatan Amerika dalam perang orang lain, apa
pun konsekuensinya.
Kemenangan
Nazi atas Polandia pada 1939 dan pecahnya Perang Dunia II, memperluas sentiment
isolasionis, walau Amerika jelas memihak korban agresi Hitler dan mendukung
Sekutu yang menganut paham demokrasi, Inggris dan Perancis. Roosevelt hanya bias
menunggu perubahan opini rakyat mengenai keterlibatan Amerika akibat suatu
kejadian.
Setelah
kejatuhan Perancis dan permulaan serangan udara Jerman ke Inggris pada
pertengahan tahun 1940, perdebatan semakin seru antara rakyat yang mendukung
demokrasi dan fraksi antiperang dikenal sebagai kaum isolasionis. Roosevelt berusaha
memengaruhi opini rakyat ke arah intervensi. Amerika bergabung dengan Kanada dalam
Dewan Pertahanan Bersama, dan bersekutu dengan negara-negara republik di
kawasan Amerika Latin untuk memperkuat perlindungan kolektif di belahan bumi
bagian barat.
Dihadapkan
dengan krisis yang semakin genting, Kongres memilih bersiap untuk perang dan
pada September 1940 mengeluarkan rancangan UU wajib militer pertama di Amerika
pada saat negara tidak sedang berperang. Pada bulan itu juga, Roosevelt
memutuskan perjanjian presidensial dengan Perdana Menteri Inggris Winston
Churchill. Amerika menyerahkan “kelebihan” senjata militer Navy 50 kepada
Inggris untuk ditukar dengan pangkalan udara dan militer Inggris di
Newfoundland dan Atlantik Utara.
Kampanye
pemilihan presiden pada 1940 membuktikan bahwa kaum isolasionis, walaupun
vokal, merupakan suara minoritas. Lawan Roosevelt dari partai Republik, Wendell
Wilkie, cenderung memihak tindakan intervensi. Oleh karena itu pemilu kembali
menghasilkan suara terbanyak bagi Roosevelt, menjadikannya sebagai presiden Amerika
pertama, dan yang terakhir,yang dipilih untuk ketiga kalinya.
Pada awal
1941, Roosevelt membuat Kongres menyetujui program Hutang-Pinjam (Lend-Lease),
yang memberinya keleluasaan melakukan barter senjata dan perlengkapan dengan
negara mana pun (khususnya Inggris, Rusia dan Cina) yang dianggap vital bagi
pertahanan Amerika. Total bantuan Amerika pada akhir perang berjumlah lebih 50.000
juta dolar.
Yang paling
mengesankan, pada Agustus, Roosevelt bertemu Perdana Menteri Churchill di
pesisir Newfoundland. Kedua pemimpin itu mengeluarkan “pernyataan bersama mengenai
makna perang.” Yang mereka sebut dengan Perjanjian Atlantik (Atlantic Charter).
Dengan muatan yang sangat mirip dengan pernyataan Empat Belas Poin (Fourteen Points)
yang pernah dilontarkan mantan presiden Woodrow Wilson, maksud Perjanjian
Atlantik antara lain: bukan (untuk) memperluas kekuasaan teritorial; bukan (untuk)
melakukan perubahan territorial tanpa seizin rakyat yang bersangkutan; (untuk)
membela hak setiap warga dalam memilih sendiri bentuk pemerintahannya; (untuk) mengembalikan
otonomi mereka.
Sementara
hampir segenap rakyat Amerika mengikuti perkembangan perang Eropa dengan cemas,
ketegangan yang semakin kuat terjadi di Asia. Mengambil keuntungan dari kesempatan
untuk memperkuat posisi strateginya, Jepang dengan berani mengumumkan “tatanan
baru” di mana melalui pengumuman ini Jepang menyatakan dirinya sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi di seluruh kawasan Samudera Pasifik. Manakala berperang
melawan Nazi, Inggris tak mampu bertahan hingga meninggalkan daerah
kekuasaannya di Shanghai dan untuk sementara menutup rute pasokan Cina dari
Birma. Pada musim panas 1940, Jepang memenangkan kesepakatan dari pemerintah
Vichy Perancis yang lemah untuk menggunakan landasan terbang di Indocina utara.
September itu Jepang secara formal bergabung dengan Poros Roma- Berlin. Amerika
menentang dengan mengembargo ekspor besi tua ke Jepang.
Pada Juli
1941 Jepang menduduki Indocina Selatan, pertanda kemungkinan pergerakan ke
selatan untuk merebut minyak bumi, timah, dan karet dari Malaysia jajahan Inggris
dan Hindia Timur jajahan Belanda. Menanggapi hal ini, Amerika membekukan aset
Jepang di Amerika dan memulai embargo satu-satunya komoditas yang paling dibutuhkan
Jepang di antara semua komoditas yang ada—minyak bumi.
Jendral
Hideki Tojo menjadi Perdana Menteri Jepang pada Oktober tahun itu. Pada
pertengahan November, dia mengirim utusan diplomatik ke Amerika untuk bertemu dengan
menteri luar negeri Cordell Hull. Dari sekian hal yang dibahas, Jepang menuntut
Amerika menyerahkan aset Jepang di Amerika dan menghentikan ekspansi angkatan laut
Amerika di Samudera Pasifik. Cordell Hull membalasnya dengan usulan agar Jepang
menarik diri dari semua daerah kekuasaan yang direbutnya. Penolakan yang sangat
cepat dari pihak Jepang pada 1 Desember membuat pembahasanini menemui jalan
buntu.
Pada pagi
hari 7 Desember, pesawat induk Jepang melancarkan serangan mendadak dan
menghancurkan pangkalan militer Amerika di Pearl Harbor, Hawai.
Dua puluh satu kapal laut hancur atau
rusak; 323 pesawat hancur atau rusak; 2.388 tentara, pelaut, dan warga sipil
terbunuh. Akan tetapi, pesawat tempur Amerika yang akan memainkan peran sangat
menentukan kan dalam perang di Samudera Pasifik di kemudian hari sedang berada di
laut dan tidak berlabuh di Pearl Harbor.
Dalam
semalam, opini rakyat Amerika yang masih terbagi menyangkut perang di Eropa
berubah menjadi suara bulat akibat kejadian yang disebut Presiden Roosevelt dengan
“hari yang selamanya akan dikenang akibat kekejian.” Pada 8 Desember, Kongres
mengumumkan perang terhadap Jepang; tiga hari kemudian Jerman dan Italia
mengumumkan perang terhadap Amerika.
Kemenangan
militer AS dan sekutu-sekutunya dalam Perang Dunia II diperoleh dengan waktu yang
cukup lama dan sulit. Pada tahun 1942, kekuatan AS dan sekutu-sekutunya berada
dibawah tekanan berat negara-negara Axis. Pasukan AS di Corregidor, Philipina,
terisolasi dari pasukan lainnya sampai bulan Mei. Pasukan Jepang bukan hanya
mampu menghancurkan Pearl Harbour tetapi juga mengalahkan pasukan Inggens di
Burma, Belanda di Indonesia dan pangkalan militer Inggens di Singapura. Semua
kawasan Asia Tenggara telah jatuh ke tangan pasukan militer Jepang. Sedangkan
India, Australia dan Selandia Baru berada di bawah ancaman Jepang. Pada
pertempuraii di Midway dan Laut Coral bulan Mei dan Juni, pasukan AS mencatat
kemenangan yang berarti. Tanggal 7 Agustus Angkatan Laut AS mendarat di
Guadalcanal clan mulai mengadakan penyerangan. Pada pertempuiran di kepulauan
Solomon, pasukan AS juga mulai mampu memukul pasukan Jepang yang kehilangan 5
kapal penjelajah dan 12 kapal serangnya Sejak peristiwa itu gelombang
kemenangan mulai berada di tangan pasukan AS dan sekutu-sekutunya.
Di Afrika
Utara, pasukin Jerman yang berhasil mencapai El Alamein, berjarak 70 mil dari
Iskandana, tidak mampu bertahan lama untuk menguasai kawasan Afrika Utara.
Setelah kedudukan Terusan Suez yang dikuasai Inggeris terancam, pasukan
Inggeris yang dipimpin oleh Jernderal Montgomery mampu mengusir Rommel dari
Mesir. Serangan gabungan pasukan Inggeris dan AS yang terjadi tanggal 8
November 1942 berhasil mengusir kekuatan Axis dari Afrika Utara.
Pasukan
Sekutu juga memperoleh kemenangan di pertempuran Rusia. Setelah beberapa lama
menguasai Rusia, pasukan Nazi Jerman bisa dikalahkan oleh pasukan AS dan
sekutu-sekutunya. Demikian juga dalam pertempuran di Italia, sekutu mulai
memperoleh kemenangan sejak tahun 1943. Setelah mengalami kekalahan dalam
pertempuran di Sisilia, Musolini turun dari jabatannya sebagai pemimpin Fasis
Italia tanggal 25 Juli 1945. Penggantinya, Marshal Badoglio, sepakat untuk
mengadakan gencatan senjata dengan Sekutu dan ditandatangani tanggal 3
September 1943. Namun demikian, pasukan Jerman tidak mengakui gencatan senjata
itu dan mulai menyerang pasukan Sekutu. Tanggal 4 Juni 1944 pasukan AS berhasil
memasuki Roma dan dua hari kemudiari pasukan lainnya menginvasi Normandia.
Demikian juga di kawasan Pasifik, pasukan AS berhasil memperoleh kemenangan.
Guam berhasil direbut, Jepang dapat diusir ke Burma dari India, Paris
dibebaskan; dan Rumania menyerah ke pasukan Rusia Tanggal 2 September 1944
pasukan angkatan darat AS memasuki Jerman. Terjadi pertempuran hebat di Jerman
antara pasukan Sekutu dengan pasukan Nazi. Pasukan AS dan Rusia bertemua di
Singai Elbe tanggal 26 April 1945 dan V.E. Day (victory in Europe atau hari
kemenangan di Eropa) diproklamasikan tanggal 8 Mei 1945.
Pertempuran
berdarah di Iwo Jima berhasil dimenangkan sekutu tanggal 17 Maret 1945 dan
diikuti dengan invasi ke Yokohama dan Okinawa. Tanggal 6 Agustus, pasukan AS
yang telah merebut beberapa pangkalan militer Jepang, menjatuhkan bom atom di
kota Hiroshima dan membumihanguskan tiga perlima kawasan kota. Dua hari
kemudian, Rusia, yang telah menandatangani perjanjian non agresi dengan Jepang,
menyatakan perang terhaclap Jepang. Akhirnya tanggal 14 Agustus, Pemerintah
Jepang menyatakan menyerah dan menerima semua persayaratan Sekutu, dan perang
dunia di Pasifikpun berakhir
Upaya
diplomatik AS dalam mengakhiri PD II dilakukan melalui berbagai pertemuan
internasional dan konfermsi dengan negara-negara sekutunya. Selama perang
bertangsung, terdapat empat konferensi besar yang dilakukan oleh the Big Three
atau "Tiga Besar"yaitu AS,
Inggeris dan
Rusia. Konferensi-konferensi tersebut diselengarakan dalam rangka meng.ikhiri
perang sekaligus juga mengkoordinasi strategi militer untuk menentukan serangan
serta menciptakan kerangka pikir mengenai masa akhir perang. Pada Konferensi
Moskow yang beilangsung bulan Oktober 1943 dan dihadiri oleh para menteri
ketiga negara tersebut disepakati prinsip perdamaian menyeluruh. Artinya,
mereka sepakat untuk tidak menciptakan perdamaian secara terpisah, serta
menghukum Jerman sebagai negara yang paling bertanggungjawab atas korban sipil.
Negara-negara the Big Three juga sepakat untuk meneruskan kerjasama erat
setelah perang berakhir, membebaskan Austria, serta sepakat untuk menciptakan
organisasi internasional baru yang menghimpun banyak negara termasuk ketiga
negara tersebut. Pada Konferensi di Kairo, Mesir, bulan Desember 1943 Presiden
Roosevelt, pemimpin Inggeris, Churchill dan pemimpin Nasionalis China Chiang
Kai-shek sepakat untuk mengambil alih daerah taklukkan Jepang termasuk pulau
Formosa (Taiwan) terhadap China; serta merrbebaskan Korea. Sedangkan pada
Konferensi Teheran, menyusul pertemuan di Kairo, disepakati oleh Roosevelt,
Churchill dan Stalin, untuk mengadakan serangan gabungan ke Normandia serta
untuk mendukung serangan Rusia ke Jerman, mendukung pasukan Tito di Yugoslavia,
serta menciptakan perbatasan baru antara Jerman dan Polandia.
Dalam
Konferensi Yalta yang berlangsung bulan Februari 1945, Roosevelt, Churchill dan
Stalin sepakat untuk mcmbentuk negara Polandia yang demokratis dan bebas dan
ancaman Jerman. Disepjikati juga mengenai pembentukan organisasi internasional
baru tanggal 25 April 1945 di San Francisco. Jerman , sebagai negara yang kalah
perang, dibagi menjadi beberapa daerah pendudukan dan sejumlah 20 milyar dana
harus disediakan untuk reparasi Jerman. Dalam Konferensi Yalta juga disepakati
untuk dimasukkannya hak veto dalam organisasi dunia yang akan didirikan, serta
diizinkannya Ukraina Soviet dan Byelorussia sebagai negara berdaulat untuk
menjadi anggota PBB. Uni Soviet sepakat untuk berperang dengan Jepang selama
tiga bulan setelah kekalahan Jerman. Di Asia, Rusia akan memperoleh daerah
pendudukannya seperti sebelum perang Rusia Jepang tahun 1905. Keadaan status
quo akan tetap dipelihara Mongolia; Rusia akan memperoleh kembali wilayah
selatan Sakhalin; Port Arthur akan disewakan kepada Rusia sebagai pangkalan
angkatan laut. Sedangkan jalan kereta api yang inelintas Manchuria dan China
Timur akan dioperasikan bersama oleh pemerintah nasionalis China dan Rusia.
Rusia juga akan memperoleh kepulauan Kuril serta keadaan geografis sebelum
meletusnya perang dengan Jepang tahun 1905.
Konferensi
terakhir selama berlangsungnya perang dunia II adalah Konferensi Postdam yang
berlangmng antara bulan Juli-Agustus, Dalam konfernsi tersebut Churchill,
Truman dan Stalin sepakat untuk membentuk Dewan Menteri-menteri luar negeri
(Council of Foreign Ministers) yang mewakili Inggeris, Perancis Uni Soviet,
China Nasionalis dan AS. Dewan tersebut bertugas untuk menciptakan perjanjian
damai bagi Italia dan negara-negara setelit Eropa. Sejumlah kesepakatan ekonomi
dan politik bagi Jerman juga diputuskan dalam konferensi tersebut. Akhiraya
Jerman didemiliterisasi dan Na.d dibubarkan. Ekonomi Jerman disentralisasi
Sedangkan Rusia memperoleh konsesi untuk mereparasi daerah pendudukannya di
Jerman. Rusia juga menerima perlengkapan industri dan daerah pendudukan Jerman
di bagian barat termasuk perlengkapan industri. Mengenai Polandia, Konfernsi
sepakat untuk merehabilitasi perbatasannya dan menguasai Prusia Timur, Silesia,
Brandenburg dan Pomeria. Sedangkan negara-negara Balkan dan Italia memperoleh
hak untuk menjadi anggota PBB,
BAB III PENUTUP
Doktrin Monroe yang dicetuskan Presiden
Amerika pada saa itu James Monroe menjadi
kebijakan luar negeri Amerika. Dimana intinya Amerika tidak akan
mencampuri urusan luar negeri bangsa lain, namun juga sebaliknya Negara lain
tidak boleh mencampurui urusan dalam negeri bangsa Amerika. Doktrin Monroe yang
memiliki arti America for the Americans. Hal inilah yang mencipatkan Pan- Amerikanisme.
Doktrin Monroe yang dianggap
sebagai Pan Amerikanisme telah menganggap bahwa seluruh benua Amerika akan
disatukan. Ketika Kuba sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Namun Spanyol
tidak mau memberikan dan tetap bercokol di Kuba hal ini lah yang membuat
Amerika dengan Doktrin Monroenya yang menganggap bahwa Negara luar tidak boleh
mencampuri urusan dalam negeri Amerika. Spanyol dianggap telah mencampuri
kepentingan dalam negeri Amerika. Dengan begitu Amerika telah melanggar doktin
monroenya.
Dalam menghadapi Perang
Dunia I yang terjadi di Eropa, politik luar negeri AS dihadapkan pada dilema.
Pertama, AS ingin tetap berpegang pada prinsip netral yang dianutnya untuk
tidak melibatkan diri dengan perang yang terjadi di luar wilayah teritorialnya.
Namun demikian, kepentingan perdagangannya di kawasan tersebut terancam karena
serangan-serangan negara-negara yang bertikai. Para diplomat AS dihadapkan pada
dua pililian antara tetap mempertahankan sikap netralnya dengan menjamin
kepentingan ekonominya di kawasan tersebut yang berarti melibatkan diri dalam
peperangan. Namun penenggelaman kapal Amerika oleh Jerman membuat Amerika terjun
secara langsung dalam perang dunia I yang bergabung dalam blok sekutu.
Ketidakmampuan AS dalam mempertahankan
sikap netralnya dalam urusan Eropa berusaha diperbaiki dalam tahun 1930-an.
Antara tahun 1935-1939 dikeluarkan sejumlah kebijaksanaan yang pada prinsipnya
berusaha mempertahankan kenetralan untuk tidak memihak negara-negara yang
bertikai. Sikap netral itu antara lain ditunjukkan dengan embargo senjata
terhadap negara-negara yang bertikai.Setelah dibomnya Pangkalan Laut Amerika
Pearl Harbaour di Hawaii pada tanggal 7 Desember oleh Jepang. Satu hari
kemudian Amerika menyatakan perang terhadap Jepang. Untuk kedua kalinya Amerika
gagal mempertahankan kenetralannya.
Daftar Pustaka
Gray, Wood. Garis Besar Sejarah Amerika
Garis
Besar Sejarah Amerika Serikat. Biro Program Informasi
Internasional
Departemen Luar
Negeri A.S
0 komentar:
Posting Komentar