“ KOMUNISME
“
PAPER
Disusun
oleh:
Reny
Putri Aditiya (120210302004)
Kelas
B
PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
1. Konsep Dasar Komunisme
Komunisme adalah sebuah
ideologi. Penganut paham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang
ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifesto politik yang
pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah
analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi
kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling
berpengaruh dalam dunia politik.
Komunisme
sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan,
dimana kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi. Prinsip semua adalah
milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata.
Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya komunisme
juga disebut anti liberalisme. Secara umum komunisme sangat membatasi agama
pada rakyatnya, dengan prinsip agama dianggap candu yang membuat orang
berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata.
Landasan
Pemikiran Komunisme antara lain :
1.
Menolak
Kehadiran golongan-golongan yang berbeda dalam masyarakat karena perbedaan itu bisa menimbulkan perpecahan.
2.
Kekerasan
adalah sesuatu yang sah-sah saja dalam mencapai negara komunis. Kekerasan
digunakan kepada dua golongan yaitu kepada anti-komunis dan penganut komunis yang di anggap berkhianat.
3.
Negara
adalah alat untuk mencapai komunisme. Semua yang dimiliki negara seperti
polisi, TNI, dll digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Ciri
– Ciri Ideologi Komunisme
1. Penganut - penganut
komunis mempercayai bahawa sistem kapitalis (pasaran bebas) adalah buruk.
Menurut mereka, golongan pekerja dalam sistem kapitalis amat menderita.
2. Komunis mempercayai
bahwa golongan pekerja harus bersatu dalam kesatuan - kesatuan pekerja.
Kemudian, mereka harus mengadakan revolusi untuk menjatuhkan kapitalis.
3. Komunis percaya bahwa
masyarakat baru komunis akan menjadi masyarakat yang tidak berkelas. Tidak akan
terdapat lagi golongan penindas dan golongan yang ditindas. Semua orang
memiliki kekayaan yang sama (tidak akan wujud golongan kaya/elit).
4. Komunis percaya bahwa
dalam sebuah negara komunis, semua harta adalah hak milik negara. Orang
perseorangan tidak boleh memiliki tanah atau perniagaan. Pemilikan harta
persendirian adalah merupakan ciri - ciri kapitalis yang perlu dielakkan. Semua
harta mesti dimiliki dan diuruskan oleh kerajaan. Harta - harta kapitalis akan
dirampas.
5. Komunis anti agama dan
tidak mempercayai kewujudan Tuhan. Mereka menganggap bahwa agama adalah candu
masyarakat.
2. Perkembangan Komunisme
Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut paham ini
berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx
dan Friedrich Engels, sebuah manifesto politik yang pertama kali diterbitkan
pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan kepada
perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang
kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia
politik. Negara-negara yang menganut ideologi ini yaitu Rusia, Tiongkok (Cina),
Vietnam, Kuba, Korea Utara, dan Laos. Paham ini kemudian dikembangkan oleh Lenin, pemimpin Uni Soviet. Dengan
demikian, terkadang komunisme disebut juga ajaran Marxisme atau Leninisme
Marxisme adalah ajaran yang
sangat menjiwai gerakan-gerakan sosialis-komunis dengan filsafat yang
materialistis (historis materialisme) dan dialektis materialisme serta
perjuangan kelas. Ajaran ini diteruskan oleh Vladimir Lenin menjadi paham
Marxisme-Leninisme yang di Indonesia dilarang oleh pemerintahan Orde Baru
Komunisme pada awal
kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad ke-19,
dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian
dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi,
dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa fraksi internal dalam komunisme
antara penganut komunis teori dan komunis revolusioner yang masing-masing
mempunyai teori dan cara perjuangan yang berbeda dalam pencapaian masyarakat
sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai masyarakat utopia.
Pada awalnya marxisme adalah
ilmu sejarah yang terdiri atas suatu sistem konsep-konsep ilmiah baru yang
memberikan kemungkinan mempelajari sejarah sebagai sebuah ilmu, yang sebelumnya
hanya menjadi ideologi atau filsafat sejarah bukan ilmu yang mandiri. Oleh
Marx, paham ini disebut “materialisme sejarah” atau “materialisme historis”,
sedangkan oleh Engels disebut materialisme dialektis. Yang terpenting dalam
ajaran Marx adalah perjuangan kelas, ajaran basis-superstruktur masyarakat, dan
revolusi.
Menurut Marx, sejarah
manusia adalah sejarah yang berisi peperangan antarkelas. Gerakan kaum buruh
merupakan ekspresi dari perang tersebut karena kaum buruh sangat menghendaki
penghapusan kelas sosial. Kaum buruh menuntut agar pendapatan ekonomi semua
manusia rata. Kaum kapitalis ingin meningkatkan keuntungan dengan menekan biaya
produksi, sedangkan kaum proletar ingin meningkatkan pendapatannya
Ekonomi masyarakat, menurut
Marx, ditandai dengan perjuangan antara kelas atas yang memiliki modal atau
alat produksi atau mesin (kapitalis) dengan kelas bawah yang hanya memiliki tenaga (proletar);
kedua kepentingan tersebut kontradiktif dan disebut hubungan produksi. Alat-
kerja, buruh, dan pengalaman kerja disebut tenaga produktif. Marx berpendapat,
basis masyarakat ditandai oleh kontradiksi atau ketegangan, karena di satu
pihak tenaga itu berkembang terus-menerus secara progresif, seiring dengan
perkembangan iptek.
Marx menguraikan bahwa mata
pencarian manusia menentukan cara
berpikirnya; dengan kata lain: kesadaran manusia ditentukan oleh cara
produksi barang material dalam
masyarakat. Marx memandang kehidupan masyarakat sebagai dua unsur yang
berhubungan searah: ekonomi sebagai basis (infrastruktur) masyarakat yang
menentukan politik, moralitas, agama, hukum, filsafat, ilmu- pengetahuan, dan
berbagai bentuk kesadaran manusia lainnya sebagai superstrukturnya. Maka dari
itu, bila sistem infrastruktur masyarakat (ekonomi) diubah maka berubah pula
semua sistem superstrukturnya. Sementara itu di kemudian hari Lenin
atauVladimir Ilyic Ulyanov tidak menyetujui sikap Internasionale II yang
menanti zaman sosialisme. Lenin tak percaya dan yakin bahwa kaum proletar dapat
mengambil prakarsa dalam mengadakan perjuangan kelas atau revolusi. Oleh karena
itu, menurutnya, revolusi proletar harus dipimpin oleh sebuah partai politik.
Para anggota partai haruslah dari golongan intelektual yang bertugas
memberikan pemahaman tentang kesadaran
kelas yang revolusioner (bersifat tiba-tiba dan cepat, lawannya evolusioner)
kepada kaum buruh dengan propaganda-propaganda. Partai komunis pun harus
memiliki kader-kader sebagai penerus estafet perluasan ajaran. Di Cina, kaum
petani pun dimasukkan sebagai kelas proletar, temannya kaum buruh.
Komunisme sebagai ideologi mulai
diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917.
Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan
ke negara lain. Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis adalah
Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.
3. Perkembangan Komunisme di
Indonesia
Perkembangan komunisme di Indonesia
dapat dibagi dalam beberapa masa antara lain :
1. Era pra-Perang
Kemerdekaan
Kelahiran Komunisme di Indonesia tak
bisa dilepaskan dari hadirnya orang-orang buangan politik dari Belanda dan
mahasiswa-mahasiswa lulusannya yang berpandangan kiri. Beberapa di antaranya
Sneevliet, Bregsma, dan Tan Malaka yang masuk setelah Sarekat Islam (SI)
Semarang sudah terbentuk. Gerakan Komunis di Indonesia diawali di Surabaya,
yakni di dalam diskusi intern para pekerja buruh kereta api Surabaya yang
dikenal dengan nama VSTP. Awalnya VSTP hanya berisikan anggota orang Eropa dan
Indo Eropa saja, namun setelah berkembangnya waktu, kaum pribumi juga banyak
yang bergabung. Salah satu anggota yang menjadi besar adalah Semaoen kemudian
menjadi ketua SI Semarang.
Komunisme kemudian juga aktif di
Semarang, atau sering disebut dengan "Kota Merah" setelah menjadi
basis PKI di era tersebut. Hadirnya ISDV dan masuknya para pribumi berhaluan
kiri ke dalam Sarekat Islam menjadikan komunis sebagai bagian cabangnya, yang
nantinya disebut sebagai "SI Merah". ISDV sendiri sering menjadi
salah satu organisasi yang bertanggung jawab atas banyaknya pemogokan buruh di
Jawa. Konflik antara SI Semarang (SI Merah) dengan SI pusat di Yogyakarta (SI
Putih) mendorong diselenggarakannya kongres. Atas usulan Haji Agus Salim, yang
disahkan oleh pusat SI, baik SI Merah maupun SI Putih menyepakati bahwa
personel SI Merah keluar dari SI. Mantan personel SI Merah kemudian bersama ISDV
berganti nama menjadi PKI.
Kehancuran PKI fase awal bermula dengan
adanya Persetujuan Prambanan yang memutuskan akan ada pemberontakan
besar-besaran di seluruh Hindia-Belanda. Tan Malaka yang tidak setuju karena
Komunisme di Indonesia kurang kuat mencoba menghentikan, namun para tokoh PKI
lainnya tidak menggubris usulan tersebut, kecuali mereka yang ada di pihak Tan
Malaka. Pemberontakan terjadi pada tahun 1926-1927 yang berakhir dengan
kekalahan PKI. Para tokoh PKI menyalahkan Tan Malaka atas kegagalan tersebut,
karena telah mencoba menghentikan pemberontakan dan memengaruhi cabang - cabang
PKI.
2. Era Perang Kemerdekaan
Gerakan PKI bangkit kembali pada masa
Perang Kemerdekaan Indonesia, diawali oleh kedatangan Muso secara misterius
dari Uni Soviet ke Negara Republik (Saat itu masih beribu kota di Yogyakarta).
Sama seperti Soekarno dan tokoh pergerakan lain, Muso berpidato dengan lantang
di Yogyakarta dengan pandangannya yang murni Komunisme. Di Yogyakarta, Muso
juga mendidik calon-calon pemimpin PKI seperti D.N. Aidit. Muso dan
pendukungnya kemudian menuju ke Madiun, di sana ia dikabarkan mendirikan Negara
Indonesia sendiri yang berhalauan komunis. Gerakan ini didukung oleh salah satu
menteri Soekarno, Amir Syarifuddin. Divisi Siliwangi akhirnya maju dan
mengakhiri pemberontakan Muso ini.
3. Era pasca-Perang
Kemerdekaan RI
Pasca Perang Kemerdekaan Indonesia
tersebut, PKI menyusun kekuatannya kembali. Didukung oleh Soekarno yang ingin
menyatukan semua aspek masyarakat Indonesia saat itu, di mana antar ideologi
menjadi musuh masing-masing, PKI menjadi salah satu kekuatan baru dalam politik
Indonesia. Ketegangan itu tidak hanya terjadi di tingkat atas saja, melainkan
juga di tingkat bawah di mana tingkat ketegangan banyak terjadi antara tuan
tanah dan para buruh tani.
Soekarno sendiri yang cenderung ke kiri,
lebih dekat kepada PKI. Terutama setelah Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959,
politik luar negeri Indonesia semakin condong ke Blok Timur (Blok Komunis Uni
Soviet). Indonesia lebih banyak melakukan kerja sama dengan negara komunis
seperti Uni Soviet, Kamboja, Vietnam, RRT, maupun Korea Utara. Beberapa
langkah-langkah politik luar negeri yang dianggap ke kiri-kirian itu antara
lain:
a.
Presiden
Soekarno menyampaikan pandangan politik dunia yang berlawanan dengan barat,
yaitu OLDEFO (Old Established Forces) dan NEFO (New Emerging Forces)
b.
Indonesia
membentuk Poros Jakarta-Peking dan Poros
Jakarta-Phnompenh-Hanoi-Peking-Pyongyang yang membuat Indonesia terkesan ada di
pihak Blok Timur
c.
Konfrontasi
dengan Malaysia yang berujung dengan keluarnya Indonesia dari PBB.
Di sisi lain, konflik dalam negeri
semakin memanas dikarenakan krisis moneter, selain itu juga terdengar
desas-desus bahwa PKI dan militer yang bermusuhan akan melakukan kudeta.
Militer mencurigai PKI karena mengusulkan Angkatan Kelima (setelah AURI, ALRI,
ADRI dan Kepolisian), sementara PKI mencurigai TNI hendak melakukan kudeta atas
Presiden Soekarno yang sedang sakit, tepat saat ulang tahun TNI. Kecurigaan
satu dengan yang lain tersebut kemudian dipercaya menjadi sebab insiden yang
dikenal sebagai Gerakan 30 September, namun beberapa ilmuwan menduga, bahwa ini
sebenarnya hanyalah konflik intern militer waktu itu.
Pasca Gerakan 30 September, terjadi
pengambinghitaman kepada orang-orang komunis oleh pemerintah Orde Baru. Terjadi
"pembersihan" besar-besaran atas warga dan anggota keluarga yang
dituduh komunis meskipun belum tentu kebenarannya. Diperkirakan antara
limaratus ribu sampai duajuta jiwa meninggal di Jawa dan Bali setelah peristiwa
Gerakan 30 September, para "tertuduh komunis" ini yang ditangkap
kebanyakan dieksekusi tanpa proses pengadilan. Sementara bagi "para
tertuduh komunis" yang tetap hidup, setelah selesai masa hukuman, baik di
Pulau Buru atau di penjara, tetap diawasi dan dibatasi ruang geraknya dengan
penamaan Eks Tapol.
4. Era pasca-Reformasi
Semenjak jatuhnya Presiden Soeharto, aktivitas
kelompok-kelompok komunis, marxis, dan haluan kiri lainnya, mulai kembali aktif
di lapangan politik Indonesia, walaupun secara hukum, belum boleh mendirikan
partai karena masih dilarang oleh pemerintah.