MENGEMBANGKAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
DALAM PEMEBELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH
Makalah
Disusun
oleh:
Reny
Putri Aditiya (120210302004)
Kelas
B
PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum dirancang
untuk mengbangkan potensi peserta didik pada tingkat yang masksimum. Potensi
peserta didik terdiri atas potensi intelektual, emosional, kinestetik, sosial,
berkomunikasi dan pengembangan diri. Oleh karena itu kepedulian kurikulum yang
utama adalah memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu mengembakan
potensi dirinya pada tingkat maksimum, sesuai kematangan psikologis dan
biologis seserorang. Pengalaman belajar ini direncanakan secara tertulis,
dituangkan dalam bentuk dokumen dan dilaksanakan dalam bentuk proses
pendidikan. Rancangan tersebut dikembangakan sedemikian rupa sehingga dia
memberikan kesempatan yang cukup dalam waktu dan ragam kegiatan agar setiap
peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya.
Salah satu potensi yang
harus dikembangkan oleh peserta didik adalah potensi intelktual. Potensi ini
dianggap sebagai potensi yang utama dalam menyebabkan manusia menjadi cerdas.
Salah satunya dengan mengembangkan berfikir kritis peserta didik.
Memasuki kehidupan yang
semakin pesat perkembangan informasinya dan semakin menipisnya batas-batas
antar negara di era global saat ini menuntut setiap individu untuk terampil berpikir kritis. Keterampilan
seperti: bertanya dan mengemukakan alasan atau pendapat, keterampilan mencari bukti-bukti yang
mendukung “fakta”, keterampilan beradu pendapat dengan cara yang masuk akal dan bukan dengan
emosi, keterampilan mengenali adanya lebih dari satu jawaban atau penjelasan,
keterampilan membandingkan jawaban yang beragam dan menentukan mana yang terbaik, keterampilan
mengevaluasi apa yang dikatakan orang lain tanpa menerima begitu saja sebagai kebenaran,
keterampilan menanyakan pertanyaan-pertanyaan dan berani berspekulasi untuk menciptakan ide-ide
dan informasi baru merupakan serangkaian keterampilan yang mutlak dimiliki oleh siswa
saat ini. Oleh karena itu, dalam rangka mempersiapkan siswa agar menjadi
individu yang mampu bertahan di era global maka pelaksanaan proses pembelajaran
di sekolah harus diorientasikan juga kepada upaya menumbuhkan siswa untuk
berpikir kritis disamping pencapaian kompetensi pembelajaran.
Menurut Paul &
Elder (2005), berpikir kritis merupakan cara bagi seseorang untuk meningkatkan
kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi cara berpikir dan
menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas.
Seseorang yang berpikir
secara kritis akan dapat menjawab permasalahan- permasalahan yang penting
dengan baik. Dia akan berpikir secara jelas dan tepat. Selain itu, dapat
menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membuat model penyelesaian masalah secara efektif.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah
definisi berfikir kritis ?
2) Apa
ciri-ciri berfikir kritis ?
3) Apa saja
indikator kemampuan berfikir kritis?
4) Apa
faktor-faktor yang mempengaruhi berfikir kritis ?
5) Bagaimana
cara mengembangkan berfikir kritis peserta didik dalam pembelajaran sejarah?
1.3 Tujuan
1)
Mengetahui dan
memahami definsi berfikir kritis
2)
Mengetahui dan
memahami ciri-ciri berfikir kritis
3)
Mengetahui dan
memahami indikator
kemampuan berfikir kritis
4)
Mengetahui dan
memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi berfikir kritis
5)
Mengetahui dan
memahami cara
mengembangkan berfikir kritis peserta
didik dalam pembelajaran sejarah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Berfikir Kritis
Proses belajar diperlukan
untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Dalam proses
belajar terdapat pengaruh perkembangan
mental yang digunakan dalam berpikir atau perkembangan kognitif dan konsep yang
digunakan dalam belajar. Beberapa pengertian mengenai keterampilan berpikir
kritis diantaranya:
- Menurut
Beyer (Filsaime, 2008: 56) berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan
seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-penyataan,
ide-ide, argumen, dan penelitian)‟
- Menurut
Screven dan Paul serta Angelo (Filsaime, 2008: 56) memandang berpikir
kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan
berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh
observasi, pengalaman, refleksi,
penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah
penuntun menuju kepercayaan dan aksi
- Rudinow dan
Barry (Filsaime, 2008: 57) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah sebuah
proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan yang logis dan
rasional, dan memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk
menganalisis, menguji dan mengevaluasi
- Menurut
Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang bertujuan
untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan untuk memutuskan
apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Dari definisi Ennis tersebut dapat
diungkapkan beberapa hal penting. Berpikir kritis difokuskan ke dalam
pengertian sesuatu yang penuh kesadaran dan mengarah pada sebuah tujuan.
Tujuan dari berpikir kritis akhirnya memungkinkan kita untuk membuat
keputusan
- Steven
(1991) memberikan pengertian berpikir kritis yaitu berpikir dengan benar
dalam memperoleh pengetahuan yang relevan dan reliable
- R. Matindas
(1996:71) menyatakan bahwa: "Berpikir kritis adalah aktivitas mental
yang dilakukan untuk mengevaluasi kebenaran sebuah pernyataan.
Berdasarkan
pengertian-pengertian keterampilan berpikir kritis di atas maka dapat dikatakan
bahwa keterampilan Berpikir kritis (critical thinking) adalah proses mental
untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut bisa
didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi.
2.1 Ciri- Ciri Berfikir Kritis
Adapun
ciri-ciri berfikir kritis :
- Mampu
membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap
kondisi yang ada.
- Berpikir
terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi
yang logis. 3.
- Berkomunikasi
secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks. Berpikir
kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin,
terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja
membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian masalah serta komitmen
untuk mengubah paradigma egosentris dan sosiosentris
kita
- Mengenal
masalah
- Menemukan
cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu
- Mengumpulkan
dan menyusun informasi yang diperlukan.
- Mengenal
asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan.
- Memahami
dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas
- Menilai
fakta dan mengevalusai pernyataan-pernyataan
- Mengenal
adanya hubungn yang logis antara masalah-masalah
- Menarik
kesimpulan-kesimpulan dan kesamaaan-kesamaan yang diperlukan
- Menguji
kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang
seeorang ambilMenyusun kembali pola-pola keyakinan
seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas . Membuat penilaian yang
tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan
sehari-hari.
- Pandai mendeteksi masalah
- Mampu membedakan ide yang
relevan dengan yang tidak relevan
- Mampu membedakan fakta dengan
fiksi atau pendapat
- Mampu mengidentifikasi
perbedaan-perbedaan atau kesenjangan-kesenjangan informasi
- Dapat membedakan argumentasi
logis dan tidak logis
- Dapat membedakan di antara
kritik membangun dan merusak
- Mampu menarik kesimpulan
generalisasi dari data yang telah tersedia dengan data yang diperoleh dari
lapangan
- Mampu menarik kesimpulan dari
data yang telah ada dan terseleksi.
Dari
penjelasan di atas terkait ciri-ciri kemampuan berpikir kritis, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri berpikir kritis meliputi :
- Kemampuan mengidentifikasi.
Pada tahapan ini terdiri atas mengumpulkan dan menyusun informasi yang
diperlukan, mampu menentukan pikiran utama dari suatu teks atau script,
dan dapat menjelaskan hubungan sebab akibat dari suatu pernyataan.
- Kemampuan
mengevaluasi. Hal ini terdiri atas dapat membedakan informasi relevan dan
tidak relevan, mendeteksi penyimpangan, dan mampu mengevaluasi
pernyataan-pernyataan.
- Kemampuan
menyimpulkan. Hal ini terdiri atas mampu menunjukkan pernyataan yang benar
dan salah, mampu membedakan antara fakta dan nilai dari suatu pendapat
atau pernyataan, dan mampu merancang solusi sederhana berdasarkan naskah.
- Kemampuan
mengemukakan pendapat. Hal ini terdiri atas dapat memberikan alasan yang
logis, mampu menunjukkan fakta – fakta yang mendukung pendapatnya, dan mampu
memberikan ide-ide atau gagasan yang baik.
2.3 Indikator
Berfikir Kritis
Wade
(1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
- kegiatan
merumuskan pertanyaan,
- membatasi
permasalahan,
- menguji
data-data,
- menganalisis
berbagai pendapat dan bias,
- menghindari
pertimbangan yang sangat emosional,
- menghindari
penyederhanaan berlebihan
- mempertimbangkan
berbagai interpretasi, dan
- mentoleransi
ambiguitas.
Pada dasarnya
keterampilan berpikir kritis (abilities) Ennis (Costa, 1985 : 54) dikembangkan
menjadi indikator-indikator keterampilan
berpikir kritis yang terdiri dari lima kelompok besar yaitu:
- Memberikan
penjelasan sederhana (elementary clarification).
- Membangun
keterampilan dasar (basic support).
- Menyimpulkan
(interference).
- Memberikan
penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).
- Mengatur
strategi dan taktik (strategy and tactics)
Ketrampilan yang harus dikuasai dalam
penggunaan metode berpikir kritis.
- Keterampilan
Menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan suatu
keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar
mengetahui pengorganisasian struktur tersebut Dalam keterampilan tersebut
tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan
atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan
terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar pembaca mengindentifikasi
langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada
sudut kesimpulan (Harjasujana, 1987: 44).
Kata-kata operasional yang mengindikasikan
keterampilan berpikir analitis, diantaranya: menguraikan, membuat diagram,
mengidentifikasi, menggambarkan, menghubungkan, memerinci, dsb.
- Keterampilan
Mensintesis
Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang
berlawanan dengan keteramplian menganallsis. Keterampilan mensintesis adalah
keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan
yang baru. Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua
informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan
ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya.
Pertanyaan sintesis ini memberi kesempatan untuk berpikir bebas terkontrol
(Harjasujana, 1987: 44).
- Keterampilan Mengenal dan
Memecahkan Masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif
konsep kepada beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk
memahami bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa
mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah
konsep. Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampu memahami dan
menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru (Walker,
2001:15).
- Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal
pikiran manusia berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang
dimilikinya, dapat beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang
baru yang lain (Salam, 1988: 68). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami
bahwa keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami
berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula baru yaitu
sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri, dapat menempuh dua cara,
yaitu : deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir
yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah
pemikiran atau pengetahuan yang baru.
- Keterampilan Mengevaluasi atau
Menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang
dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan
menilai menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur
dengan menggunakan standar tertentu (Harjasujana, 1987: 44).
2.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berfikir Kritis
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berpikir
kritis siswa, diantaranya:
- Kondisi fisik:
Menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4) kondisi fisik adalah kebutuhan
fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Ketika
kondisi fisik siswa terganggu, sementara ia dihadapkan pada situasi yag
menuntut pemikiran yang matang untuk memecahkan suatu masalah maka kondisi
seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya. Ia tidak dapat berkonsentrasi dan
berpikir cepat karena tubuhnya tidak memungkinkan untuk bereaksi terhadap
respon yanga ada.
- Motivasi
Kort
(1987) mengatakan motivasi merupakan hasil faktor internal dan eksternal.
Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit
tenaga seseorang agar mau berbuat sesuatu atau memperlihatkan perilaku tertentu
yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menciptakan minat adalah cara yang sangat baik untuk memberi motivasi pada diri
demi mencapai tujuan. Motivasi yang tinggi terlihat dari kemampuan atau kapasitas
atau daya serap dalam belajar, mengambil resiko, menjawab pertanyaan, menentang
kondisi yang tidak mau berubah kearah yang lebih baik, mempergunakan kesalahan
sebagai kesimpulan belajar, semakin cepat memperoleh tujuan dan kepuasan,
mempeerlihatkan tekad diri, sikap kontruktif, memperlihatkan hasrat dan
keingintahuan, serta kesediaan untuk menyetujui hasil perilaku.
- Kecemasan
Keadaan emosional yang ditandai dengan kegelisahan dan ketakutan terhadap
kemungkinan bahaya. Menurut Frued dalam Riasmini (2000) kecemasan timbul secara
otomatis jika individu menerima stimulus berlebih yang melampaui untuk
menanganinya (internal, eksternal). Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat;
a) konstruktif, memotivasi individu untuk belajar dan mengadakan perubahan terutama
perubahan perasaan tidak nyaman, serta terfokus pada kelangsungan hidup; b)
destruktif, menimbulkan tingkah laku maladaptif dan disfungsi yang menyangkut
kecemasan berat atau panik serta dapat membatasi seseorang dalam berpikir.
- Perkembangan intelektual
Intelektual atau kecerdasan merupakan kemampuan mental seseorang untuk
merespon dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan satu hal dengan yang
lain dan dapat merespon dengan baik setiap stimulus. Perkembangan intelektual
tiap orang berbeda-beda disesuaikan dengan usia dan tingkah perkembanganya.
Menurut Piaget dalam Purwanto (1999) semakin bertambah umur anak, semakin
tampak jelas kecenderungan dalam kematangan proses.
Rath et al
(1966) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
kemampuan berpikir kritis adalah interaksi antara pengajar dan siswa. Siswa
memerlukan suasana akademik yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi siswa
untuk mengekspresikan pendapat dan keputusannya selama berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran.
2.5 Mengembangkan
Berfikir Kritis Peserta Didik Dalam
Pembelajaran Sejarah
Dalam materi sejarah strategi pembelajaran berpikir kritis
ini dapat dilakukan melalui sajian sejumlah fakta yang didapat dari bacaan atau
sumber lainnya. Anak didik dilatih menginterpretasikan untuk membangun suatu
struktur proses perubahaan peristiwa. Dalam hal ini secara langsung telah
dilatih anak didik memahami bahwa suatu peristiwa memiliki proses perubahan.
Ini salah satu ciri khas yang tidak diperoleh anak didik melalui pembelajaran
lainnya.
Setelah terbentuk pola perubahan, anak
dilatih berpikir kritis pada setiap perubahan. Latihan pertama, adalah anak
disuruh mencari fakta, membuat konsep dan menemukan sebab-akibat dari setiap
proses perubahan dalam peristiwa sejarah. Latihan pertama, anak didik ditantang
untuk membuktikan terjadi perubahan melalui fakta (kejadian) masing-masing
proses perubahan (how), kapan terjadinya perubahan (when), dimana terjadinya
(where) dan siapa pelakunya (Who). Latihan kedua, peserta didik dilatih
menginterpretasi untuk menentukan konsep setiap fakta (kejadian) dengan
memunculkan pertanyaan ‘apa namanya itu’ (What)? Terakhir, peserta didik
dilatih mencari penyebab dari masing-masing perubahan, dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan, mengapa terjadi perubahan (Why)? Demikian selanjutnya
untuk perkembangan setiap perubahan dalam peristiwa sejarah latihan berulang
ini akan membentuk keterampilan berpikir kritis seperti yang dimuat dalam
kurikulum 2006. Salah satu contohnya yaitu, Kerajaan Samudera Pasai mencapai
puncak kejayaannya pada tahun 1297 – 1326 M? apa penyebabnya? Siapa rajanya?
bagaimana pemerintahannya? mengapa ia mencapai puncak kejayaan? kapan
terjadinya?
Strategi
tersebut membuktikan dua hal dalam pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, yaitu:
- Dengan menggunakan konteks yang relevan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis sekaligus meningkatkan prestasi akademisnya.
- Cara penilaian yang memerlukan telaah yang lebih dalam, mendorong
siswa untuk belajar secara lebih bermakna daripada sekedar belajar untuk
menghapal.
Pertanyaan
diberikan setelah memperoleh fakta-fakta dari setiap peristiwa sejarah yang
akan dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang diberikan telah
disusun oleh pendidik dengan konsep yang jelas sehingga tidak memberikan
pengalaman bagi siswa untuk menentukan informasi yang diperlukan untuk
membangun konsep sendiri. Salah satu karakter seorang yang berpikir kritis
adalah self regulatory, sehingga
pengajaran tersebut dapat dikombinasikan dengan strategi lain agar siswa dapat
menentukan informasi secara mandiri. Sehingga setiap siswa memperoleh
kesempatan untuk menyampaikan argumentasi dari jawaban pertanyaan yang
diberikan. Penulis beranggapan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk berpikir kritis dapat dimasukkan ke dalam study guide
sebagai salah satu sumber belajar.
Pembelajaran
kolaboratif melalui diskusi kelompok kecil juga direkomendasikan sebagai
strategi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Resnick L., 1990;
Rimiene V., 2002; Gokhale A.A., 2005). Dengan berdiskusi siswa mendapat
kesempatan untuk mengklarifikasi pemahamannya dan mengevaluasi pemahaman siswa
lain, mengobservasi strategi berpikir dari orang lain untuk dijadikan panutan,
membantu siswa lain yang kurang untuk membangun pemahaman, meningkatkan
motivasi, serta membentuk sikap yang diperlukan seperti menerima kritik dan
menyampaikan kritik dengan cara yang santun.
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berpikir
kritis (critical thinking) adalah proses mental untuk menganalisis atau
mengevaluasi informasi. Informasi tersebut bisa didapatkan dari hasil
pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Adapun ciri-ciri berfikir
kritis : mengenal masalah, menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk
menangani masalah-masalah itu, mengumpulkan dan menyusun informasi yang
diperlukan, mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, memahami
dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas, menilai fakta dan
mengevalusai pernyataan-pernyataan, , mengenal adanya hubungn yang logis antara
masalah-masalah, menarik kesimpulan-kesimpulan
dan kesamaaan-kesamaan yang
diperlukan, menguji
kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seeorang ambil.
Ketrampilan
yang harus dikuasai dalam penggunaan metode berpikir kritis : keterampilan menganalisis,
keterampilan mensintesis, keterampilan mengenal dan memecahkan masalah,
keterampilan menyimpulkan, dan keterampilan mengevaluasi dan menilai. Berfikir
kritis dipengaruhi beberapa faktor antara lain : kondisi fisik, motivasi,
kecemasan dan perkembangan intelektual.
Berfikir
kritis harus dikembangkan dalam rangka mempersiapkan siswa agar menjadi
individu yang mampu bertahan di era global maka pelaksanaan proses pembelajaran
di sekolah harus diorientasikan juga kepada upaya menumbuhkan siswa untuk
berpikir kritis disamping pencapaian kompetensi pembelajaran. Dengan berfikir
kritis mempunyai banyak manfaat bagi peserta didik antara lain : Membantu
memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat argument, mengemukakan
dan merumuskan pertanyaan dengan jelas, mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan
informasi dengan efektif, membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah
berdasarkan alasan yang kuat, membiasakan berpikiran terbuka, mengkomunikasikan
gagasan, pendapat, dan solusi dengan jelas kepada lainnya
3.2
Saran
Akhir dari penulisan
makalah ini besar harapan penulis agar makalah yang berjudul Mengembangkan Berfikir Kritis Peserta Didik Dalam Pemebelajaran Sejarah Di Sekolah
ini berguna untuk menambah pemahaman dan wawasan bagi pembaca, terlebih lagi sebagai bekal
untuk melakukan proses pembelajaran sebagai calon guru. Selain itu juga
diharapkan agar selalu berusaha terus memenuhi rasa ingin tahu hasil dari
kegiatan yang telah dilakukan.
Daftar Pustaka
Dini,
Annisa. 2012. Teori Belajar Berfikir Kritis. http://ansdini.blogspot.com/2012/05/teori-belajar-berpikir-kritis.html (Diakses,
05 Oktober 2014)
Surata,
Nengah. 2013. Apa Itu Berpikir Kritis. http://nengah235.blogspot.com/2013/03/apa-itu-berpikir-kritis.html
(Diakses, 05 Okteber 2014)
0 komentar:
Posting Komentar