Memvisualisasikan Sejarah Melalui Metode Pembelajaran
Discovery Learning
Disusun
oleh:
Reny
Putri Aditiya (120210302004)
Kelas
B
PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
1. Hakikat Discovery Learning
Metode Discovery
Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat
Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes
place when the student is not presented with subject matter in the final form,
but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun,
1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Bruner memakai metode
yang disebutnya Discovery Learning, di mana murid mengorganisasi bahan yang
dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41). Metode Discovery
Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif
untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui
observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses
tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the
mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B.
Sund dalam Malik, 2001:219).
Sedangkan pendapat Gagne dan Berliner ( 1984 ) yang
dikutip Moedjiono dan Moh. Dimyati ( 1991 : 490 ) dinyatakan bahwa metode
discovery adalah : Metode dimana para siswa memerlukan penemuan konsep, prinsip
dan pemecahan masalah untuk menjadi miliknya lebih dari pada sekedar
menerimanya atau mendapatkannya dari seorang guru atau sebuah buku.
Metode discovery
learning marupakan salah satu metode mengajar yang mana guru tidak langsung
memberikan hasil akhir atau kesimpulan dari materi yang disampaikannya.
Melainkan siswa diberi kesempatan mencari dan menemukan hasil data tersebut.
Sehingga proses pembelajaran ini yang akan diingat oleh siswa sepanjang masa,
sehingga hasil yang ia dapat tidak mudah dilupakan.
Sebagai strategi
belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri
(inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga
istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep
atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery
ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam
masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan
hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan
keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui
proses penelitian.
Dengan mengaplikasikan
metode discovery Learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan
penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan metode Discovery Learning,
ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah
pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus
Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke
modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.
Dalam Konsep Belajar,
sesungguhnya metode Discovery Learning merupakan pembentukan kategori-kategori
atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi.
Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam Discovery,
bahwa Discovery adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut
sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding
dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference)
yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian (events).
Adapun karakteristik discovery learning
anatara laian : (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3)
kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
2. Alasan Pemilihan Metode Pembelajaran
Penulis memilih metode
pembelajaan ini karena metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk
terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan
pengajaran. Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa lebih aktif
dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau
memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu
Dengan metode ini,
dimana siswa dituntut untuk menemukan sendiri fakta-fakta yang ada akan membuat
pengetahuan yang diperoleh siswa dapat bermakna dalam diri siswa itu sendiri
dan akan bertahan cukup lama. Jadi metode ini baik diterapakan untuk
memvisualisasikan sejarah. Sebab dengan menemukan sendiri pengetahuannya siswa
akan tahu dan menghayati sebuah peristiwa yang telah dipelajari dan siswa tahu
pula fakta-fakta sejarah yang ada dalam peristiwa tersebut melalu dirinya
sendiri sejarah langsung. Sehingga dengan begitu nilai-nilai kehidupan yang
terkandung dalam pembelajaran sejarah dapat secara langsung diambil maknanya
oleh siswa.
Jika ditinjau dari
pendekatan yang diterapkan dalam kurikulum 2013 yakni pendekatan saintifik
metode ini sudah sesuai karena dalam pendekatan ini sudah ada unsur 5M
(Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi, Mengasosiasikan dan
Mengkomunikasikan). Untuk pendekatan kontekstual metode ini proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Dengan mengorganisasikan
sendiri apa yang diperoleh siswa. Ini akan membuat kesimpulan yang dimiliki
siswa akan berbeda satu sama lainnya. Dengan menemukan sendiri
pengetahuannya siswa akan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan Sedangkan untuk pendekatan kontruktivis
metode ini memang menganut pendekatan kontruktivis sebab dalam metode ini siswa
membangun dan menemukan sendiri pengetahuan yang diperoleh. Guru hanya menjadi
seorang pembimbing dan guru bukan mejadi satu-satunya sumber belajar.
Pendekatan keterampilan proses dengan metode ini pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada
pelibatan siswa secara aktif dan kreatif
dalam proses pemerolehan hasil belajar.
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Secara
Konkrit
a.
Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap
ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan Pembelajaran
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Misalnya seperti guru menayangkan sebuah video
tentang penjajahan Barat di Indonesia.
b.
Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan
stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244),
sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai
jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan siswa
untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi,
merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk
menemukan suatu masalah. Misalnya guru memberika pertanyaan kepada siswa
misalnya Siswa bertanya “ Apa latar belakang penjajahan barat di Indonesia?
“ Apakah dampak yang ditimbulkan oleh
penjajahan barat dalam bidang politik, sosial-ekonomi dan budaya yang masih
kita rasakan hingga saat ini. ?
Kemudian siswa akan berusaha untuk
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul.
c. Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi
berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan
atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
Dengan demikian anak
didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah
siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan
yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan
masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Misalnya peserta didik mencari
literature tentang penjajahan barat di Indonesia.
d.
Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244)
pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu (Djamarah, 2002:22).
Data processing disebut juga dengan
pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan
baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian
secara logis.
e.
Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa
melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan
hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan
agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak,
apakah terbukti atau tidak.
f.
Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/
menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan
prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi
maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan
siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya
penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan
generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
4. Kelebihan
- Membantu
siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,
seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
- Pengetahuan
yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan
transfer. Siswa memperoleh
pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat
kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan
kegairahan belajar mengajar para siswa
- Menimbulkan
rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
- Metode ini
memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya
sendiri.
- Menyebabkan
siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
- Metode ini
dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama
dengan yang lainnya.
- Berpusat
pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan- gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
- Membantu
siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada
kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
- Siswa akan
mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
- Membantu
dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang
baru.
- Mendorong
siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
- Mendorong
siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
- Memberikan
keputusan yang bersifat intrinsic.
- Situasi
proses belajar menjadi lebih terangsang.
- Proses
belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
- Meningkatkan
tingkat penghargaan pada siswa.
- Kemungkinan
siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
- Dapat
mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
- Dalam
pembelajaran sejarah siswa akan menemunkan sendiri pengetahuan dengan
begitu siswa akan dapat mevisualisasikan nilai-nilai sejarah yang
terkandung dalam pengetahuan yang diperoleh sendiri.
5. Kekurangan
a.
Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan
pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan
abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b.
Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa
yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan
teori atau pemecahan masalah lainnya.
c.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini
dapat buyar berhadapan dengan siswa dan
guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
d.
Pengajaran discovery lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan
emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
e.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang
fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.
f.
Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk
berpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu
oleh guru.
SKENARIO PEMBELAJARAN (Langkah-Langkah Pembelajaran)
1. Kompetensi Dasar
1.1
Menghayati
nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional
menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa terhadap bangsa
dan negara Indonesia.
2.5
Berlaku
jujur dan bertanggung jawab
dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah.
3.6 Menganalisis dampak
politik, budaya, sosial-ekonomi dan pendidikan pada masa penjajahan Barat dalam
kehidupan bangsa Indonesia masa kini.
3.6.1.
Menganalisis dampak politik pada masa penjajahan barat dalam kehidupan bangsa
Indonesia masa kini.
4.6
Menalar
dampak politik, budaya, sosial-ekonomi dan pendidikan pada masa penjajahan
Barat dalam kehidupan bangsa Indonesia masa kini dan menyajikannya dalam bentuk
cerita sejarah.
2.
Tujuan Pembelajaran
1. Dengan memperhatikan dan mencermati gambar, siswa
dapat menganalisis dampak politik barat dalam kehidupan bangsa Indonesia masa
kini.
2.
Melalui diskusi, siswa dapat menganalisis dampak politik pada masa
penjajahan barat dalam kehidupan bangsa Indonesia masa kini
3.
Melalui diskusi dan kerja kelompok, siswa dapat menyusun karya tulis sejarah
berjudul “ Peninggalan Politik Penjajahan Barat “
3. Langkah Pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi
waktu
|
Pendahuluan
|
|
|
Inti
|
Mengamati
·
Siswa diminta mengamati dan mencermati gambar tersebut
Menanya
·
Guru mendorong siswa untuk bertanya hal-hal terkait dengan gambar yang
ditayangkan
·
Guru kembali menegaskan topik pembelajaran yang akan dibahas
·
Guru menegaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan model
discovery learning
Mengeksplorasi
dan Mengasosiasi
·
Guru memberikan pengantar singkat misalnya “ Indonesia negeri yang
kaya raya yang banyak menjadi incaran bangsa-bangsa barat untuk menanamkan
kekuasaanya mulai dari bangsa Portugis, Belanda hingga Inggris. Setiap
penjajahan bangsa barat memiliki kebijakan-kebijakan yang berbeda-beda untuk
menjalankan roda politik pemerintahan. Tentu penjajahan telah meninggalkan
berbagai dampak salah satunya dampak politik. Dampak dampak ini masih dapat
dilihat dalam kehidupan bangsa Indonesia saat ini.
·
Setiap kelompok mendapatkan tugas melakukan eksplorasi/mengumpulkan
informasi dan mengasosiasikan melalui diskusi kelompok untuk mengasosiasikan
fakta-fakta yang berhasil ditemukan dan dirumuskan. Kelompok berjumlah 6.
Mengkomunikasikan
·
Presentasi hasil kelompok (masing-masing kelompok) dalam rangka
mengkomunikasikan hasil karya dan ditanggapi oleh kelompok lain.
|
|
Penutup
|
·
Klarifikasi/kesimpulan
siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi tentang “ Peninggalan Politik
Penjajahan Barat” sebagai gambaran dari dampak penjajahan barat
·
Siswa
melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran dan pengajaran apa yang
diperoleh setelah belajar tentang topik pembelajaran “ Peninggalan Politik
Penjajahan Barat”
·
Guru
sekali lagi menegaskan agar para siswa bersyukur dan keindahan tanah air
Indonesia, para siswa harus belajar dan kerja keras agar menjadi bangsa yang
cerdas agar tidak mudah dibodohi bangsa lain apalai orang lain akan menguasai
kehidupan bangsa kita
·
Guru
melakukan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, misalnya
dengan mengajukan pertanyaan
1)
Apa
saja kebijakan politik pada masa penjajahan barat di Indonesia?
2)
Jelaskan
bagaimana dampak politik penjajahan Barat di Indonesia?
Tugas
1)
Lakukan diskusi dengan anggota kelompok
tentang masalah, dampak politik pada masa penjajahan barat dalam kehidupan
bangsa Indonesia masa kini.
2)
Siswa diberi tugas untuk membuat laporan
atau karya tulis tentang “Peninggalan Politik Penjajahan Barat”
|
|
Daftar Pustaka
Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Ramadhani, Elfira. 2013. Discovery Learning. http://fierazfl03.blogspot.com/2013/09/discovery-learning.html
(Diakses, 2 November 2014)
0 komentar:
Posting Komentar