Pendidikan Sejarah (Universitas Jember)

indonesia raya


Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Berfikir Ilmiah Dalam Pembelajaran Sejarah


BERFIKIR ILMIAH DALAM PEMEBELAJARAN SEJARAH



Makalah

Disusun oleh:


Reny Putri Aditiya      (120210302004)


Kelas B


PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER

2014

BAB I PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk hidup yang dianugerahi kemampuan untuk mengetahui diri dan alam sekitarnya. Melalui pengetahuan, manusia dapat mengatasi kendala dan kebutuhan demi kelangsungan hidupnya. Proses penciptaaan kebudayaan dan pengetahuan yang didapatkan oleh manusia di mulai dari sebuah proses yang paling dasar, yakni kemampuan manusia untuk berfikir. Kesadaran manusia dalam proses berfikir melampaui diri dan kelangsungan hidupnya, bahkan hingga menghadirkan kebudayaan dan peradaban yang menakjubkan. Sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat dilakukan oleh makhluk Tuhan yang lain.
Dalam membahas pengetahuan ilmiah, kegiatan berfikir belum dapat dimasukkan sebagai bagian dari kegiatan ilmiah, kecuali ia memenuhi beberapa persyaratan tertentu yang disebut sebagai pola fikir. Berfikir dengan mendasarkan pada kerangka fikir tertentu inilah yang disebut sebagai penalaran atau kegiatan berfikir ilmiah. Dengan demikian tidak semua kegiatan berfikir dapat dikategorikan sebagai kegiatan berfikir ilmiah, dan begitu pula kegiatan penalaran atau suatu berfikir ilmiah tidak sama dengan berfikir.
Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya. Yang didalamnya menyangkut apa,siapa,dimana,kapan,dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah. Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah.
Dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia berfikir ilmiah diterapkan dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dalam kurikulum yang diterapkan saat ini yakni kurikulum 2013.  Dalam kurikulum 2013 muncul istilah pendekatan ilmiah atau saintific approach. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk mengembangakan kemampuan befikir kritis siswa dan diharapkan menjadi salah satu jalan untuk generasi muda bangsa setara dengan anak-anak bangsa lain.
Dalam kurikulum 2013 pendekatan ilmiah dalam pembelajaran melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan. Pembelajaran sejarah disekolah juga harus mendidik siswa untuk bisa berfikir secara ilmiah, sebab berfikir ilmiah sangat dibutuhkan oleh para siswa baik dalam proses pembelajaran maupun ketika mereka berada dalam lingkungan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah                                                     

1)      Apakah definisi berfikir ilmiah ?
2)      Apa ciri-ciri dan manfaat berfikir ilmiah ?
3)      Bagaimana metode berfikir ilmiah ?
4)      Bagaimana langkah-langkah berfikir ilmiah ?
5)      Bagaimana penerapan berfikir ilmiah dalam pemberlajaran sejarah ?

1.3 Tujuan

1)      Mengetahui dan memahami definsi berfikir ilmiah
2)      Mengetahui dan memahami ciri-ciri dan manfaat berfikir ilmiah
3)      Mengetahui dan memahami metode berfikir ilmiah
4)      Mengetahui dan memahami langkah-langkah berfikir ilmiah
5)      Mengetahui dan memahami penerapan berfikir ilmiah dalam pembelajaran sejarah

 

2.1 Definisi Berfikir Ilmiah

Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya. Yang didalamnya menyangkut apa,siapa,dimana,kapan,dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah. Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah.
Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Sedangkan menurut Poespoprodjo berpikir adalah suatu aktifitas yang banyak seluk-beluknya, berlibat-libat, mencakup berbagai unsur dan langkah-langkah. Menurut Anita Taylor et. Al. berpikir adalah proses penarikan kesimpulan. Jadi berpikir merupakan sebuah proses tertentu yang dilakukan akal budi dalam memahami, mempertimbangkan, menganalisa, meneliti, menerangkan dan memikirkan sesuatu dengan jalan tertentu atau langkah-langkah tertentu sehingga sampai pada sebuah kesimpulan yang benar.
Sedangkan Ilmiah yakni “bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat kaidah ilmu pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah berpikir rasional dan berpikir empiris. Bersifat ilmiah apabila ia mengandung kebenaran secara objektif, karena didukung oleh informasi yang telah teruji kebenarannya dan disajikan secara mendalam, berkat penalaran dan analisa yang tajam. Berpikir rasional adalah berpikir menggunakan dan mengandalkan otak atau rasio atau akal budi manusia sedangkan berpikir empiris berpikir dengan melihat realitas empiris, bukti nyata atau fakta nyata yang terjadi di lingkungan yang ada melalui panca indera manusia.
Jadi  memang tidak semua berpikir akan mengahasilkan pengetahuan dan ilmu dan juga tidak semua berpikir disebut berpikir ilmiah. Karena berpikir ilmiah memiliki aturan dan kaidah tersendiri yang harus diikuti oleh para pemikir dan ilmuwan sehingga proses berpikir mereka bisa dikatakan sebagai produk ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi khalayak ramai dan manusia pada umumnya.
  • Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. (Hillway,1956).
  • Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
  • Menurut Salam (1997:139) Pengertian berpikir ilmiah
a.   Proses atau aktivitas manusia untuk  menemukan/ mendapatkan ilmu.
b. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
c.   Sarana berpikir ilmiah.
d. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
e. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
f. Merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya dengan baik.
g. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
  • Berpikir merupakan kegiatan (akal) untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan (akal) yang menggabungkan induksi dan deduksi. (Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,)
  • Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian. ( Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118)
  • Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/ pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah,yang sudah ada (Eman Sulaeman)
  • Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logisterhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran
  • Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat (Jujun S. Suria Sumantri, 1984)
  • Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE)

2.1 Ciri- Ciri dan Manfaat Befikir Ilmiah

Setidaknya ada empat ciri berpikir ilmiah  Pertama, harus obyektif. Seorang ilmuwan dituntut  mampu berpikir obyektif atau apa adanya.   Seorang yang berpikir obyektif selalu menggunakan  data yang  benar.  Disebut sebagai data yang benar, manakala data itu  diperoleh dari sumber dan cara  yang benar.  Sebaliknya,   data yang tidak benar oleh karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu  dibuat-buat, misalnya.  Data yang benar  adalah data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak kurang dan tidak lebih.      Ternyata untuk mendapatkan data yang benar juga tidak mudah. Lebih mudah mendapatkan data palsu. Seorang ilmuwan  harus mampu membedakan antara data yang benar itu dari data yang palsu.  Data yang benar tidak selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah data palsu. Banyak orang berpikir salah, oleh karena mendasarkan pada data yang salah atau bahkan data palsu. Dari kenyataan  seperti ini, maka seorang yang  berpikir ilmiah,   harus hati-hati terhadap  data yang tersedia.
Kedua,  rasional  atau secara sederhana orang menyebut masuk akal.   Seorang berpikir ilmiah harus mampu menggunakan logika yang benar.  Mereka bisa  mengenali  kejadian atau peristiwai mulai    apa yang  menjadi sebab dan apa pula  akibatnya.  Segala sesuatu   selalu mengikuti  hukum sebab dan akibat.  Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang mengadakan. Sesuatu menjadi  berkembang,  oleh karena  ada kekuatan yang mengembangkan. Seseorang menjadi marah oleh karena terdapat sebab-sebab yang menjadikannya marah. Manakala sebab itu tidak ada, tetapi tetap marah,  maka  orang dimaksud dianggap di luar kebiasaan,  atau tidak masuk akal. Orang berikir ilmiah tidak akan terjebak atau terpengaruh oleh hal-hal yang tidak masuk akal. Informasi, pendapat atau pandangan baru  bagi  seseorang yang selalu berikir ilmiah  tidak segera diterimanya. Mereka akan mencari tahu informasi itu tentang sumbernya, siapa yang membawa, dan kalau perlu diuji  terlebih dahulu  atas kebenarannya. Begitu pula tatkala menghadapi pandangan atau pendapat, maka seorang  yang berpikir ilmiah akan  berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar yang digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas sikapnya seperti  itu, maka seorang  yang berpkir ilmiah dianggap kritis.
Ketiga ciri seseorang  yang berpikir ilmiah adalah terbuka. Ia selalu  memposisikan diri bagaikan gelas yang terbuka dan  masih bisa diisi kembali. Seorang yang terbuka adalah selalu siap mendapatkan masukan,  baik  berupa  pikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga data atau informasi baru dari manapun asal atau sumbernya. Ia tidak segera menutup diri, bahwa hanya pendapatnya  sendiri saja  yang benar dan  selalu mengabaikan lainnya  dari mana pun asalnya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak akan tertutup dan apalagi menutup diri.
Keempat, seorang berpikir ilmiah adalah selalu berorientasi pada kebenaran,  dan bukan pada kalah dan menang. Seorang yang berpikir ilmiah sanggup  merasa kalah tatkala buah pikirannya memang salah. Kekalahan itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan menjadikan dirinya  merasa rendah. Seorang yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan kebenaran daripada sekedar kemenangan. Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh karena itu, seseorang yang berpikir ilmiah, dalam suasana apapun   harus mampu mengendalikan diri,  agar tidak bersikap emosional, subyektif,  dan tertutup.  Keempat hal itulah setidaknya yang harus disandang oleh warga kampus yang biasa disebut mampu berpikir ilmiah.
Berpikir ilmiah memiliki ciri-ciri diantaranya :
  • Pendapat atau tindakannya melalui penelitian
  • Pendapatnya sesuai kebenaran
  • Terdapat data-data atau bukti dalam menunjukkan hasilnya
  • Tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar pendapat
Metode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan cakrawala baru dalam menjamin eksistensi kehidupan manusia. Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah, manusia terus mengembangkan pengetahuannya (Liang, 1982).
Menurut Sugiharto (1996) ada 4 cara manusia memperoleh pengetahuan:
  • Berpegang pada sesuartu yang telah ada (metode keteguhan).
  • Merujuk kepada pendapat ahli
  • Berpegang pada intuisi (metode intuisi)
  • Menggunakan metode ilmiah
Dari keempat itulah, manusia memperoleh pengetahuannya sebagai pelekat dasar kemajuan manusia. Namun cara yang keempat ini, sering disebut sebagai cara ilmuan dalam memperoleh ilmu. Dalam praktiknya, metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian (Magnis, 1992). Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul sebagai reaksi dari tantangan yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui metode  ilmiah tidak akan pernah berpaling. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang di hadapinya (Jammer, 1999).
Ilmuan biasanya bekerja dengan cara kerja sistematis, berlogika dan menghindari diri dari pertimbangan subjektif. Rasa tidak puas terhadap pengetahuan yang berasal dari paham orang awam, mendorong kelahiran filsafat. Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan manusia untuk mendapat pengetahuan yang hakiki (Capra, 1998). Ilmuan mempunyai falsafah yang sama, yaitu dalam penggunaan cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode ilmiah (Noeng, 1996). Metode ilmiah selalu digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Penggunaan metode ilmiah tertentu dalam kajian tertentu, dapat memudahkan ilmuan dan pengguna hasil keilmuannya dapat memudahkan melakukan penelusuran. Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa diperkuat bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah teruji (Hardiman, 2004).

2.3 Metode Berfikir Ilmiah

Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada (Eman Sulaeman). Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang didasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE). Metode berpikir ilmiah tidak lepas dari fakta kejadian alam yang kebenarannya selalu ada hubungannya dengan hasil uji eksperimental. Jika suatu teori tidak bisa dibuktikan dengan uji eksperimental maka dikatakan bahwa teori itu tidak bisa diyakini kebenarannya karena tidak memenuhi kriteria sebagai sains. (Goldstein, 1980)
Pada hakikatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif. Masing- masing penalaran ini berkaitan erat dengan rasionalisme atau empirisme.
  • Metode Induksi
Metode Induksi adalah suatu cara penganalisaan ilmiah yang bergerak dari halhal yang  bersifat khusus ( individu) menuju kepada hal yang besifat umum
(universal). Jadi cara induksi dimulai dari penelitian tehadap kenyataan khusus satu demi satu kemudian diadakan generalisasi dan abstraksi lalu diakhiri dengan kesimpulan umu. Metode induksi ini memang  paling banyak digunakan oleh ilmu pengetahaun, utamanya ilmu pengetahuan alam, yang dijalankan dengan cara observasi dan eksperimentasi Jadi metode ini berdasarkan kepada fakta- fakta yagn dapat diuji kebenarannya.

  • Metode Deduksi
Metode deduksi adalah kebalikan dari induksi. Kalau induksi bergerak dari hal- hal yang  bersifat khusus ke umum, maka metode deduksi sebaliknya, yaitu : bergerak dari hal- hal yang bersifat umum ( universal ) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal- hal yang bersifat khusus. Cara deduksi ini banyak dipakai dalam logika klasik Aristoteles yaitu dalam membentuk Syllogisme
yang menarik kesimpulan berdasarkan atas dua premis mayor dan minor sebelumnya. Contohnya yang paling klasik :
-          Semua manusia bisa mati
-          Socrates adalah manusia
-          Jadi Socrates bisa mati

2.4 Langkah-Langkah Berfikir Ilmiah

Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses  berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol. Langkah-Langkah Metode Ilmiah :
1. Merumuskan masalah.
2. Merumuskan hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji hipotesis.
5. Merumuskan kesimpulan
·        Merumuskan masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?
·        Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian  berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah,  perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan  penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
·        Mengumpulkan data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab  berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan  bergantung pada data yang dikumpulkan.
·        Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu  permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses  pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi  berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
·        Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan  perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak  peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.

2.5 Berfikir Ilmiah Dalam Pembelajaran Sejarah

Dalam kurikulum 2013 berfikir ilmiah diterapkan melalui pendekatan yang digunakan yakni pendekatan saintifik.  Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, membentuk jejaraing untuk mata pelajaran termasuk pelajaran sejarah.
Mengamati dalam pembelajaaran sejarah, pengamatan dilakukan pada obyek sejarah yang berupa situs sejarah. Oleh kareana sejarah itu adalah sesuatu yang terjadi, dalam pembelajaran bisa ditampilkan dalam bentuk media, media video, gambar dan seterunsnya. Dalam tema akulturasi Hindu Budha, misalnya ditampilkan gambaar candi Borobudur.
Langkah pendekatan ilmiah sama seperti langkah-langkah dalam penelitian sejarah. Proses mengamati, menanya dan mengumpulkan dalam pendekatan saintifik seperti menentukan obyek yang akan diobservaasi, membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup yang akan diobservasi, menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi baik primer maupun sekunder. Sedangkan dalam penulisan sejarah tahap ini seperti tahap heuristik yang merupakan tahapan / kegiatan menemukan dan menghimpun sumber, informasi, jejak masa lampau. Jadi, heuristik merupakan tahapan proses mengumpulkan sumber – sumber sejarah.
Untuk tahapan mengasosiasikan atau mengolah informasi, data dan informasi diperoleh secara langsung dari lapangan maupun dari bahan bacaan. Hasil pengumpulan data tersebut kemudian, menjadi bahan bagi peserta didik untuk melakukan penalaran antara satu data atau fakta dengan data atau fakta lainnya untuk dikaji ada tidaknya kaitan diantara keduanya. Dalam penelitian sejarah tahap ini seperti tahap kritik dan interpretasi. Tahap kritik sumber – sumber yang telah diperoleh melalui tahapan heuristik, selanjutnya harus melalui tahapan verifikasi. Terdapat dua macam kritik, yakni kritik ekstern untuk meneliti otentisitas atau keaslian sumber, dan kritik intern untuk meneliti kredibilitas sumber (Kuntowijoyo, 2005: 100). Singkatnya, tahapan kritik ini merupakan tahapan untuk memilih sumber – sumber asli dari sumber – sumber palsu. Untuk mendapatkan fakta sejarah, perlu melakaukan proses koroborasi, yakni pendukungan suatu data dari suatu sumber sejarah dengan sumber lain (dua atau lebih), dimana tidak ada hubungan kepentingn di antara sumber-sumber tersebut, atau sumber bersifat merdeka. Interpretasi merupakan tahapan / kegiatan menafsirkan fakta-fakta serta menetapkan makna dan saling hubungan daripada fakta-fakta yang diperoleh.
Tahapan mengkomunikasikan berupa penyampaian hasil atau temuan kepada pihak lain, dalam penelitian sejarah tahap ini seperti tahapan historiografi menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikan kepada para pembaca.
Dalam pembelajaran sejarah memang harus bersumber dari fakta bukan rekaan semata meskipun bahan kajian sejarah adalah peristiwa masa lampau. Dalam proses pembelajaran sejarah harus ada komunikasi dua arah dimana guru dan siswa sama-sama aktif dalam proses pembelajaran namun untuk menekannkan agar siswa berfikir ilmiah dilakukan dengan cara siswa harus lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan menemukan sendiri pengetahuannya, guru hanya menjadi fasilitator dan mengarahkan pembelajaran. Siswa harus mencari sumber-sumber data yang mendukung pembelajaran dengan seperti itu siswa akan menelaah mana sumber yang memang benar dan tidak melalui alur logika yang benar.
 Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada untuk itu guru harus membantu siswa sebisa mungkin berfikir ilmiah dengan jalan mengembangkan berfikir secara deduktif dan secara induktif pada siswa saat proses pembelajaran sejarah.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. logis masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan.
Setidaknya ada empat ciri berpikir ilmiah  Pertama, harus obyektif. Seorang ilmuwan dituntut  mampu berpikir obyektif atau apa adanya. Kedua,  rasional  atau secara sederhana orang menyebut masuk akal.   Seorang berpikir ilmiah harus mampu menggunakan logika yang benar. Ketiga ciri seseorang  yang berpikir ilmiah adalah terbuka. Ia selalu  memposisikan diri bagaikan gelas yang terbuka dan  masih bisa diisi kembali. Keempat, seorang berpikir ilmiah adalah selalu berorientasi pada kebenaran,  dan bukan pada kalah dan menang. Seorang yang berpikir ilmiah sanggup  merasa kalah tatkala buah pikirannya memang salah. Seorang yang berpikir ilmiah lebih mengedepankan kebenaran daripada sekedar kemenangan.
Pada hakikatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif. Metode Induksi adalah suatu cara penganalisaan ilmiah yang bergerak dari halhal yang  bersifat khusus ( individu) menuju kepada hal yang besifat umum (universal). Sedangkan metode deduktif . adalah kebalikan dari induksi. Kalau induksi bergerak dari hal- hal yang  bersifat khusus ke umum, maka metode deduksi sebaliknya, yaitu : bergerak dari hal- hal yang bersifat umum ( universal ) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal- hal yang bersifat khusus.
Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses  berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol. Langkah-Langkah Metode Ilmiah : Merumuskan masalah, Merumuskan hipotesis, Mengumpulkan data. Menguji hipotesis.  dan Merumuskan kesimpulan.

Daftar Pustaka


Aprilinty, evie. 2013. Kurikulum 2013 : Pendekatan Ilmiah Dalam Proses Pembelajaran Sejarah http://sejarahakademika.blogspot.com/2013/12/kurikulum-2013-pendekatan-ilmiah-dalam.html (Diakses, 26 Oktober 2014)
Azizah, rahma. 2013. Metode Berfikir Ilmiah . http://www.academia.edu/6619992/Metode_berpikir_ilmiah (Diakses, 26 Oktober 2014)
Kurikulum 2013. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.













  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar