Memvisualisasikan Sejarah Melalui Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Disusun
oleh:
Reny
Putri Aditiya (120210302004)
Kelas
B
PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
1. Defenisi Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis
masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan
masalah dunia nyata (real world).
Adapun definisi Problem
based learning menurut beberapa ahli antara lain :
a) Kamdi
2007 :77
Problem
Based Learing (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat
mempelajari penetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
b) Menurut
Duch (1995) Problem Based Learningmerupakan model pembelajaran yang menantang
siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk
mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk
mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
c) Menurut
Arends (Trianto, 2007), Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan
pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga
diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan
tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, meningkatkan kepercayaan
dirinya.
d) Menurut
Glazer (2001) Problem Based Learningmerupakan suatu strategi pengajaran dimana
siswa secara aktif dihadapkan pada masalah yang kompleks dalam situasi yang
nyata. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Problem Based
Learning merupakan suatu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan
kurikulumnya disajikan dalam bentuk masalah yang ada (nyata) sehingga siswa
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi yang kemudian akan memecahkan masalah
tersebut.
Dari beberapa uraian
mengenai pengertian Problem Based Leraning (PBL) dapat disimpulkan bahwa PBL
merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata
(real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
Dalam Problem Based Leraning (PBL) telah dirancang masalah-masalah yang
menuntuu siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalh dan memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan
berpartisiapasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekaran yang
sistematik untuk memecahkan masalah-masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Model Problem Based
Learning (PBL) bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai suatu yang
harus dipelajari siswa. Dengan model PBL diharapkan siswa mendapatkan lebih
banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan
masalah, kecakanapan berfikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok,
kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan
pengolahan informasi.
Dalam PBL pembelajaran
lebih mengutamakan proses belajar, dimana tugas guru harus memfokuskan diri
membantu siswa, mencapai keterampilan mengarahkan diri. Guru dalam model ini
berperan sebagai penyaji masalah, mengadakan dialoh, membantu menemukan
masalah, dan pemberi fasilitas pembelajaran. Selain itu guru memberikan dukungan
yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuri dan intelktual siswa. Model ini
hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka
dan membimbing pertukaran gagasan.
Menurut Arends
(Trianto, 2007), beragai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah
memberikan model pengajaran itu memiliki karaktertistik sebagai berikut :
- Pengajuan
pertanyaan atau masalah
1. Autentik,
yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar
pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu
2. Jelas,
yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah
baru bagi sisa pada akhirnya menyulitkan penyelsaian siswa.
3. Mudah
dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa dan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa
4. Luas
dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup
seluruh materi pelajaran yang akan diajarakan sesuai dengan waktu, ruang dan
sumber yang tersedia
5. Bermanfaat,
yaitu maslah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemcah masalh dan guru
sebagai pembuat masalah.
- Berkofus
pada keterkaitan antar disiplin ilmu.
Maslah
yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu
- Penyelidikan
autentik (nyata)
Dalam
penyelidikan siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan
meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisi informasi, melakukakn
eksperimen, membuat kesimpulan dan meggambarakan hasil akhir.
- Menghasilkan
produk dan memamerkannya
Siswa
bertugas menyusun hasil belajaranya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil
karyanya.
- Kolaboratif
Pada
model pembelajaran ini, tugas-tugas berupa masalah diselesaikan bersama-sama
antar siswa.
Adapaun beberapa karakteristik PBL
menurut Tan (Amir, 2007) diantaranya :
- Masalah
digunakan sebagai awal pembelajaran
- Biasanya,
masalah yang digunakan merupaka masalah dunia nyata yang disajikan secara
mengambang
- Masalah
biasanya menuntut prespektif majemuk. Solusinya menuntut siswa menggunakan
dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya telah diajarakan
atau lintas ilmu ke bidang lainnya
- Masalah
membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah
pembelajaran yang baru
- Sangat
mengutamakan belajara mandiri (self directed learning)
- Memanfaatkan
sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja
- Pembelajarannya
kalobaratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok,
berinteraksi saling mengajarakan, dan melakukan presentasi.
Dari uraian beberapa ahli mengenai
karakteristik model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
- Belajar
dimulai dengan satu masalah
- Memastikan
bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa
- Mengorganisasikan
pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu
- Memberikan
tanggung jawab yan besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan
secara langsung proses belajar mereka sendiri
- Menggunakan
kelompok kecil
- Menuntut
siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk
produk atau kinerja.
2. Alasan Pemilihan Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pemilihan model
pembelajaran ini karena model pembelajaran ini melatih siswa untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan nyata. Memang sejarah mempelajari tentang masalah lalu/
masa lampau, tapi manusia hidup pada masa kini yang merupakan kelanjutan dari
masa lampau dan kita pun hidup diera globalisasi yang menuntut seseorang untuk
cakap memecahkan masalah. Sejarah akan hidup bila nilai-nilai yang terkandung
didalamnya masih kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Memang peristiwa
bahkan pelaku sejarah sudah tidak ada lagi namun jika nilai-nilai dalam
peristiwa sejarah itu diterapkan maka sejarah itu akan tetap hidup hingga saat
ini dalam masyarakat.
Dengan model
pembelajaran ini siswa akan mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya dengan
mengumpulkan informasi atau fakta-fakta untuk memecahakan masalah yang ada
sehingga dengan begitu siswa akan lebih mudah dalam memvisualisasikan peristiwa
sejarah dan menghayati nilai-nilai yang ada dalam sejarah itu sendiri.
Dengan PBL akan terjadi
pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka
mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas
ketika peserta didik berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan. Dengan
belajar bermakna siswa akan lebih mudah memvisualisasikan peristiwa dan
menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah yang dipelajari.
Model pembelajaran ini sesuai dengan
pendekatan kontekstual, dimana siswa di akan belajar memecahkan masalah yang
ada pada lingkuangan sekitarnya.
Masalah yang dijadikan
focus pembelajaran dapat diselsaikan siswa melaui kerja kelompok sehingga dapat
memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasam
dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman yang berhubungan dengan
pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, melakukan penyelidikan,
mengumpulkan data, menginterpretasi data, membuat kesimpulan, mempresentasikan,
berdiskusi,, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL
dapat meningkatkan.
3. Langkah-Langkah Pembelajaran
Ada lima fase dalam model pembelajaran
PBL :
- Fase satu :
Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL,
tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang
harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. serta dijelaskan
bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting
untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran
yang akan dilakukan.
- Fase kedua
: Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan
masalah, pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi.
Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar
anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan
membentuk kelompok-kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akan
memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan
peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini
seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya
interaksi
antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru
sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk
menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu
masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik
menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan
jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua
peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan
hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap
permasalahan tersebut.
- Fase Ketiga
: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap
situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada
umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan
eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan
data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini,
guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan
eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi
situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup
informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan
pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam
informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat
dipertahankan.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan
memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya
mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan
pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk
menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga
harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang
kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas
informasi yang dikumpulkan.
- Fase
Keempat : Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan
Mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan
artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis,
namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang
diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan
pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan
artifak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya
adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator
pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didikpeserta
didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau
memberikan umpan balik.
- Fase Kelima
: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini
dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses
mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka
gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
Pelaksanaan model Problem Based Learning
(PBL) dalam pembelajaran Sejarah adalah sebagai berikut :
- Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran dan topik pembelajaran serta memotivasi
siswa untuk terlibat dalam
aktivitas pemecahan masalah dan mengajukan masalah. Dalam hal ini topik
yang dibahas adalah “Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan (Konfrontasi)“
- Guru
membagi peserta didik kedalam kelompok.
- Guru
merangsang siswa agar tertarik untuk memecahkan masalah dalam hal ini guru
menayangkan sebuah gamabar perlawanan rakyat Indonesia terhadap pihak
asing dalam perjuangan memepertahankan kemerdekaan Indonesia
- Siswa
diminta untuk mengamati secara cermat gambar yang ditayangkan
- Siswa
diberi kesempatan untuk bertanya terkait dengan beberapa gamabar tersebut
- Guru
memberikan komentar terkait dengan berbagai pertanyaan yangs muncul dari
siswa. Guru menegaskan kembali tentang pentingnya mempelajari topik ini
sebagai bagian dari upaya mempertahankan harga diri sebagai rakyat dan
bangsa yang merdeka merupakan bentuk kecintaan terhadap kemerdekaan dan
persatuan bangsa.
- Guru
kemudian menjelaskan cara kerja masing-masing kelompok. Kegiatan
pembelajaran ini menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Pertama setiap
kelompok harus merumuskan masalah sesuai dengan materi masing-masing
kemudian mendeskripsikan masalah dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang
akan dijawab sesuai materi masing-masing. Masing-masing kelompok juga
diminta merumuskan hipotesis. Kemudian dilakukan analisis untuk memecahkan
masalah yang telah dirumuskan.
- Kelompok 1
memecahkan masalah yang terkait dengan pertempuran Surabaya melawan pihak
asing, kelompok 2 terkait dengan Pertempuran Lima Hari di Semarang,
kelompok 3 terkait dengan Pertempuran Ambarawa, Kelompok 4 terkait dengan
Pertempuran Medan Area, Kelompok 5 terkait dengan Bandung Lautan Api
- Masing-masing
kelompok dalam mengerjakan di kelas, perpustakaan, serta menggunakan
fasilitas Laboratarium Multimedia (Internet). Siswa dapat menggunakan segala
referensi yang relevan dengan topic yang sedang dibahas seperti buku,
internet dll.
- Setelah
kembali ke kelas, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
rumusannya. Dan menyimpulkan apa yang telah dibahas kelompok dan
mengaitkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan kehidupan masa
kini
- Kemudian
guru memberikan ulasan singkat tentang materi yang baru saja didiskusikan
4. Kelebihan Pembelajaran PBL
Kelebihan dalam
penerapan metode Pembelajaran Problem Based Learning antara lain:
- Dengan PBL
akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar
memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya
atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin
bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan
situasi dimana konsep diterapkan.
- Dalam
situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan
secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
- PBL dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
- Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah-masalah menurut
cara-cara atau gaya belajar individu masing-masing. Dengan cara mengetahui
gaya belajar masing-masing individu, kita diharapkan dapat membantu
menyesuaikan dengan pendekatan yang kitapakai dalam pembelajaran.
- Pengembangan
keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills).
- Peserta
didik dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan (discovery),
bertanya (questioning), mengungkapkan (articulating), menjelaskan atau
mendeskripsikan (describing)mempertimbangkan atau membuat pertimbangan
(considering), dan membuat keputusan (decision-making). Dengan demikian,
peserta didik menerapkan suatu proses kerja melalui suatu situasi bermasalah,
yang mengandung masalah. Terutama membuat soal
- Menantang
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru
bagi siswa
5. Kelemahan Pembelajaran PBL
Kelemahan Pembelajaran
Problem Based Learning Kelemahan dalam penerapan metode Pembelajaran Problem
Based Learning antara lain:
- Pembelajaran
model Problem Based Learning membutuhkan waktu yang lama.
- Perlu
ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar
- Manakala
siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka karena mereka akan merasa
enggan untuk mencobanya
- Untuk
sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenenai materi yang
diperlukan untuk meyelsaikan masalah mengapa mereka harus berusaha
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari
0 komentar:
Posting Komentar