Pendidikan Sejarah (Universitas Jember)

indonesia raya


Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Berfikir Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah


PENERAPAN BERFIKIR SEJARAH DALAM
PEMBELAJARAN SEJARAH


Makalah

Disusun oleh:

Reny Putri Aditiya      (120210302004)

Kelas B


PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara terminologi “sejarah” dikenal dari bahasa Arab, syajaratun yang berarti pohon kayu. Arti ini dimaknai dalam silsilah, asal-usul, pertumbuhan dan perkembangan yang kontinunitas dari suatu komunitas atau persitiwa. Sedangkan makna yang berkembang kemudian adalah sejarah diambil dari bahasa Yunanu Kuno, historia, yang berarti belajar dengan cara bertanya.
Roeslan Abdulgani, mengemukakan bahwa sejarah ialah ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadiannya; dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya, untuk dijadikan perbendaharaan-pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan masa sekarang serta arah progres masa depan.
Dimensi waktu dalam sejarah, terus disadari bukan hanya untuk upaya perekontruksian, tetapi lebih dari itu. Sejarah bukan hanya nostalgia atas kejadian lampau, tetapi sebagai dialog yang terus menerus ke masa sekarang dan akan datang. Sejarah adalah suatu dialog tanpa akhir antara masa sekarang dan masa lampau (Carr, 1965 :33).
Tidak hanya mempelajari tentang masa lampau sejarah juga menyangkut dimensi waktu masa kini dan masa yang akan datang. Maka dari itu pembelajaran sejarah sangat penting untuk dilaksanakan dalam proses pendidikan. Sebab dengan belajar sejarah seseorang akan menjadi bijaksana, sejarah juga mampu dalam mebentuk karakter bangsa.
Kurikulum sejarah dalam sistem pendidikan kita memang masih dianggap sebelah mata dibanding pelajaran lainnya. Peserta didik hanya mengetahui sejarah sebatas peristiwa di masa lalu tanpa perlu mengetahui nilai dan makna di balik kejadian tersebut. Sejarah dianggap tidak memiliki korelasi terhadap apa yang kita kerjakan saat ini maupun bagian dari rencana masa. Guru hanya menyampaikan materi dan hanya menyampaikan fakta-fakta kepada siswa tanpa melibatkan peran aktif siswa. Dengan hal ini para siswa kurang begitu mengerti dengan bagaimana seharusnya berfikir sejarah itu.  Sehingga perlu ditumbuhkan berfikir sejarah dalam pembelajaran sejarah kepada peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah

1)      Apakah berfikir sejarah itu ?
2)      Bagaimana kemampuan berfikir sejarah ?
3)      Bagaimana penerpaan berfikir sejarah dalam pembelajaran sejarah ?

1.3 Tujuan

1)      Mengatahui berfikir sejarah
2)      Mengetahui kemampuan berfikir sejarah
3)      Mengetahui penerapan berfikir sejarah dalam pembelajaran sejarah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Berfikir Sejarah

Sejarah merupakan suatu ilmu yang memiliki ciri khas, dan cara berfikir yang berbeda dengan cara berfikir ilmu pengetahuan lain. Cara berfikir histories merupakan cara berfikir dalam ilmu sejarah. Sejarawan biasanya memiliki dua macam proses berfikir dalam mengelolah dan menganalisis informasi yaitu berfikir diakronik dan sinkronik.
A. Diakronik
Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir kronologis, artinya berpikirlah secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Dengan konsep kronologis, sejarah akan memberikan kepada kita gambara yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah dari tinjauan aspek tertentu sehingga dengan mudah kita dapat menarik manfaat dan makna dari hubungan antar  peristiwa yang terjadi. Adapun dalam kehidupan sehari-hari, konsep berfikir diakrnik atau kronologis ini sangat diperlukan jika kita ingin memecahkan masalah. Tanpa berpikir secara runtut dan berkesinambungan dalam mengidentifikasi suatu permasalahan, kita akan dihadapkan pada pemecahan masalah atau pemberian solusi yang tidak tepat
Diakronik berasal dari kata diachronich; (dia, terdiri dari dua kata, yaitu dia dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu. Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang.
Berpikir diakronik adalah berpikir kronologis (urutan) dalam menganalisis sesuatu. Kronologis adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu kejadiannya. Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu dapat juga membantu untuk membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang terkait peristiwanya.
Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan  bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke jaman berikutnya. Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan mempengaruhi  peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis haruslah dapat memberikan  penjelasan secara kronologis dan kausalita
Sejarah itu ilmu diakronis, yang mementingkan proses, sejarah akan membicarakan suatu peristiwa tertentu yang terjadi pada suatu tempat tertentu sesuai dengan urutan waktu terjadinya. Dengan pendekatan diakronis, sejarah berupaya menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bahwa perubahan itu terjadi sepanjang masa. Sejarawan akan menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan mengapa keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau mengapa keadaan tertentu berkembang/berkelanjutan.
Contoh : Menjelaskan peristiwa detik-detik proklamasi harus menjelaskan pula peristiwa-peristiwa yang melatarbelakanginya, misalnya peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu, reaksi  pemuda Indonesia terhadap berita kekalahan Jepang, peristiwa rengasdengklok, penyusunan teks proklamasi
Beberapa contoh penulisan sejarah yang menggunakan pendekatan diakronik :
·         Perkembangan Sarekat Islam di Solo (1911-1920)
·         Perang Diponegaro (1925-1930)
·         Revolusi Fisik di Indonesia (1945-1949)
Studi diakronis bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan sejarah Indonesia yang dimulai sejak adanya prasasti di Kutai sampai kini. Adapun ciri diakronik yaitu:
a. Mengkaji dengan berlalunya masa; 
b. Menitik beratkan pengkajian peristiwa pada sejarahnya
c. Bersifat historis atau komparatif;
d. Bersifat vertikal;
e. Terdapat konsep perbandingan;
f. Cakupan kajian lebih luas;
B. Sinkronik
Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Pendekatan sinkronik biasa digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Sinkronik lebih menekankan pada struktur, artinya meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang panjang itu. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
Ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial ini saling berhubungan. Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronik dan ilmu sosial lain yang sinkronik. Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah ilmu diakronik bercampur dengan sinkronik.
Contoh: Suatu saat mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan ekonomi di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu. Penelitian arsip memungkinkan orang untuk meneliti waktu yang panjang. Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang  panjang itu
Beberapa contoh penulisan sejarah yang menggunakan pendekatan sinkronik :
·         Contoh : Peranan militer dalam politik (1945-1999) yang ditulis seorang ahli ilmu politik
·         Elit Agama dan Politik (1945- 2003) yang ditulis ahli sosiologi.
Cara berfikir sinkronik akan mengajarkan kapada kita untuk lebih teliti dalam mengamati gejala atau fenomena teretentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada waktu tertentu. Konsep berfikir sinkronil banyak diterapkan pada ilmu-ilmu sosial lainnya, terutama jika ingin mengatahui secara lebih memaknai tentang sesuatu hal yang tengah menjadi focus perhatian kita. 
Meskipun tidak melakukan perbandingan dengan sejumlah kondisi yang sama tetapi dengan menfokuskan perhatian kita terhadap suatu gejala atau fenomena tertentu dalam sebuah kajian akan membuat kita lebih memaknai mengapa hal itu dapat terjadi.
Cara berpikir sinkronik sangat mempengaruhi kelahiran sejarah baru yang sangat dipengaruhi perkembangan imu-ilmu sosial. Pengaruh itu dapat digolongan ke dalam empat macam, yaitu konsep, teori, dan permasalahan.
  • Konsep
Bahasa latin conceptus yang berarti gagasan atau ide. Para sejarawan banyak menggunakan konsep ilmu-ilmu social. Sebagai contoh sejaawan Anhar Gonggong dalam disertasinya  tentang Kahar Muzakkar menggunakan konsep politik lokal untuk menerangkan konflik antargologan di Sulawesi Selatan. Konsep ilmu social lain yang digunakannya adalah konsep dari psykologi etnis yang terdapat dalam masyarakat Sulawesi Selatan, yaitu sirik yang berarti harga diri atau martabat.
  • Teori       
Bahasa Yunani theoria berarti kaidah yang mendasari suatu gejala, yang sudah melalui verifikasi. Sebagai contoh adalah karya sejarawan Ibrahim Alfian, Perang di Jalan Allah. Ia menerangkan perang Aceh dengan teori perilaku kolektif dari ilmu social. Dalam teori itu diterangkan bahwa perilaku kolektif dapat timbul, melalui dua syarat, yaitu ketegangan structural dan keyakinan yang tersebar. Dalam kasus perang Aceh yang diteliti Ibrahim Alfian dijelaskan adanya ketegangan antara orang Aceh dengan pemerintah colonial Hindia Belanda (ketegangan structural), dan keyakinan yang tersebar di kalangan masyarakat Aceh bahwa musuh mereka adalah golongan kafir. Pertentangan antara kafir dan muslim itulah yang menghasilkan ideology perang sabil
  • Permasalahan              
Dalam sejarah banyak sekali permasalahan ilmu-ilmu social yang dapat diangkat jadi topic-topik penelitian sejarah. Soal seperti mobilitas social, kriminalitas, migrasi, gerakan petani, budaya istana, kebangkitan kelas menengah dan sebagainya.  Sebagai contoh adalah karya sejarawan Sartono Kartodirdjo tentang perkembangan peradaban priyayi yang ditulis berdasarkan permasalahan elite dalam pemerintahan kolonial, kemunculannya, lambang-lambangnya, dan perubahan-perubahannya.

2.2. Kemampuan Berfikir Sejarah

Dalam pembelajaran sejarah Indonesia perlu juga dikembangkan kemampuan berpikir sejarah (historical thinking). Kemampuan berpikir sejarah ini terkait aspek atau kemampuan berpikir kronologis, memperhatikan prinsip sebab akibat dan prinsip perubahan dan keberlanjutan.
A. Kronologis
Istilah kronologis sangat familier di lingkungan masyarakat.Kronologis, berasal dari sebuah kata dari bahasa Yunani,chromos yang berarti waktu dan logos diterjemahkan ilmu, jadi kronologis adalah ilmu tentang waktu. Kata kronologis ini kemudian menjadi istilah yang terkenal dalam sejarah. Salah satu sifat dari peristiwa sejarah itu kronologis.
Kronologis merupakan rangkaian peristiwa yang berada dalam setting urutan waktu. Dalam pembelajaran sejarah setiap peserta didik dilatih untuk memahami bahwa setiap peristiwa itu berada pada setting waktu yang berurutan.
Misalnya dalam peristiwa sekitar Proklamasi kita susun: tanggal 15 Agustus 1945, tanggal 16 Agustus 1945, dan tanggal 17 Agustus 1945. Tanggal 15 Agustus diketahui Jepang menyerah, tanggal 16 Agustus peristiwa Rengasdengklok, tanggal 17 Agustus, terjadi peristiwa Proklamasi.
Dalam konsep waktu sejarah di kenal juga ada “waktu lampau” yang bersambung dengan “waktu sekarang” dan “waktu sekarang” akan bersambung dengan “waktu yang akan datang”. Dengan berpikir secara kronologis akan melatih hidup tertib dan bekerja secara sistematis.
B. Konsep Sebab Akibat
Di dalah sejarah juga dikenal prinsip kausalitas atau hukum sebab akibat dari sebuah peristiwa. Kosep sebab akibat ini merupakan hal yang sangat penting dalam memberikan penjelasan tentang peristiwa sejarah. Setiap peristiwa sejarah terjadi tentu ada sebabnya. Begitu juga peristiwa itu akan menimbulkan akibat. Mengenai sebab dari peristiwa sejarah itu bisa langsung dan sangat dekat dengan peristiwa sejarah. Tetapi sebab itu juga dapat ditarik jauh dari waktu peristiwanya.
Sebagai contoh peristiwa datangnya bangsa Barat ke Indonesia karena ingin mendapatkan rempah-rempah dari negeri asalnya agar lebih murah (sebab yang dekat/langsung dengan peristiwa datangnya ke Indonesia). Mengapa mereka harus datang ke Indonesia untuk mendapatkan rempah-rempah yang lebih murah? rempah-rempah sulit didapat di Eropa dan kalau pun ada harganya sangat tinggi karena perdagangan di Laut Tengah dikuasai Turki Usmani setelah berhasil menguasai Bizantium/Konstantinopel (sebab yang tidak langsung dengan peristiwanya). Pertanyaan berikutnya juga ditampilkan misalnya mengapa Turki Usmani menduduki Konstantinopel dan menguasai Laut Tengah, dan begitu seterusnya.
C. Perubahan dan Berkelanjutan
Perubahan merupakan konsep yang sangat penting dalam sejarah. Sebab suatu peristiwa yang terjadi pada hakikatnya adalah sebuah perubahan, minimal perubahan dari segi waktu. Perubahan merupakan hal perbedaan, yang bergeser atau beralih dari suatu keadaan atau realitas yang satu dengan keadaan yang lain.
Perubahan merupakan perbedaan dari suatu keadaan atau realitas yang satu dengan keadaan yang lain, dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dari waktu yang satu ke waktu yang lain.
Misalnya perubahan dari keadaan bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka setelah terjadi peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945. Tetapi sekalipun peristiwa tersebut telah berlalu ada aspek-aspek tertentu yang tersisa dan masih berlanjut.
Sebagai contoh peristiwa Proklamasi. Status kita berubah dari bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka, tetapi dalam bidang hukum seperti UU Hukum Pidana kita masih banyak aspek yang melanjutkan UU Hukum Pidana zaman Belanda. Dalam pembelajaran sejarah Indonesia peserta didik harus dipahamkan akan hakikat perubahan yang terjadi dalam peristiwa sejarah begitu juga yang terkait dengan keberlanjutan.
Dengan memahami konsep itu peserta didik akan lebih memahami setiap peristiwa sejarah yang dipelajarinya. Konsep ini juga memberikan pengalaman belajar bahwa hidup ini mengandung perubahan, perubahan itu diusahakan menuju yang lebih baik. Tugas guru bagaimana mengantarkan pemahaman ini kepada peserta didik.

2.3 Penerapan Berfikir Sejarah

Di dalam proses pembelajaran sejaraj diberi kesempatam umtuk merancang pengembangan kualitas kesejahraan ini dalam suatu proses pendidikan yang sinergis. Ketemapila n berpilar kesejarahan (historical thinking) juga menjadi tekanan yang perlu dikembanagn bagi siswa dalam prose pembelajaran. Keterampilan historical thinking akan mendorong peserta didik mampu menganalisis fakta sejaraj secara kritis dan meninterpretasimakan dan nilai-nilai yang terkandung dalam materi.
1.  Cronologiacal thinking (berfikir kronologis)
Ditahap ini keterampilan berfikir kronologis, diharapkan peserta didik dalam belajar sejarah memiliki kemampuan memahami waktu sejarah dan mampu membedakan tiga dimensi waktu (lampau, sekarang dan yang akan datang) dalam rangka mengindentifikasi urutan waktu dari suatu peristiwa. Selain itu kemampuan peserta didik dalam mengatur waktu kalender, menginterpretasi dan menyusun garis waktu, menjekasjan/membandingkan pola urutan dan waktu periode, dan pola kesinambungan dan perubahan.
2. Historical Comprehension
Peserta didik diharapkan memiliki kemapuan membaca, memahami hasil narrative sejarah imaginast, mengeidentifikasi elemen-elemen srtuktrur cerita sejarah dan mengembangkan kemampuan menjelaskan peristwa masa lalu melalui pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, Selain itu juga mampu menggambarkan peristiwa sejarah dalam peta sejarah dan bentuk-bentuk tampilan lain, seperi grafik, table dll.
3. Historical Analysis Interpretation
Keterampilan berfikir kesejarahan, yaitu membandingkan berbagai pengalaman, kepercayaan, motif, tradisi, harapan yang berbeda dari masyarakat dengan berbagai ragam latar belakang dan berbagai variasi waktu dimasa lalu dan sekarang, kemudian menganalisi bagaimana perbedaan tersebut mempengaruhi tingkah laku masyarakat, memiliki multi prespektif dalam melihat pengalaman manusia dalam data sejarah dan dalam menganalisi kejadian sejarah, dan juga mampu membandingkan dan mengevalusi pembelajaran-pembelajaran sejarah.
4. Historical Researh Capabilities
Kemampuan meruuskan pertanyaan-pertanyaan sejarah dari pertemuan-pertemuan dengan dokumen sejarah, artifak, foto, mengunjungi situs sejarah, dan penjelasan saksi. Serta kemampuan mancari, menadapatkan data, serta mendapatkan informasi dari data yang terkumpul. Selain itu dikembangkan pula kemampuan menemukan kejanggaan atau jarak dari beberapa catatan sejarah, dari waktu dan konteks dalam suatu rtifak, dokumen dan sumber lain serta membanguan interpretasi kesejarahan.
5. Historical Issue-Anatysis and Decision Making
Keterampilan kesejarahan, kemampuan yang diupayakan muncul adalah kemampuan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi manusia pada masa lampau, dan kemampuan menganalisis minat dan pandangan masyarakat dalam situasi itu. Serta mampu mengevaluasi apakah keputusan atau tindakan yang diambil bagus dan mengapa, dan mampu membawa prespektif sejarah yang berhubungan dengan pengambilan keputusan di masa sekarang.
Penerapan berfikir sejarah dalam pembelajaran sejarah dapat dialakukan oleh seorang guru dengan mengunakan model pembelajaran yang relevan. Misalanya dengan menggunkan model pemberlajaran Snowball throwing dan discovery learning. Dengan peseta didik turut secara aktif dalam mencari sumber informasi dan memecahkan masalah. Guru harus tetap mengarahkan peserta didik dalam menngembangkan berfikir sejarah, Sebab berfikir sejarah sangat penting bagi para peserta didik maupun bagi mereka yang mempelajari sejarah.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejarah mengenal adanya suatu proses kontinuitas atau berkelanjutan. Sehingga sejarah itu sendiri merupakan suatu rekonstruksi peristiwa masa lalu yang bersifat kronologis. Seorang sejarawan harus mampu melakukan rekonstruksi dan analisis peristiwa sejarah berdasar fakta yang mereka gunakan secara sistematis dan kronologis.
Sejarawan biasanya memiliki dua macam proses berfikir dalam mengelolah dan menganalisis informasi yaitu berfikir diakronik dan sinkronik. Berpikir diakronik adalah berpikir kronologis (urutan) dalam menganalisis sesuatu. Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan  bergerak sepanjang masa.
Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Pendekatan sinkronik biasa digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Sinkronik lebih menekankan pada struktur, artinya meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Penerapan berfikir sejarah dalam pembelajaran sejarah dapat dialakukan oleh seorang guru dengan mengunakan model pembelajaran yang relevan. Misalanya dengan menggunkan model pemberlajaran Snowball throwing dan discovery learning. Dengan peseta didik turut secara aktif dalam mencari sumber informasi dan memecahkan masalah. Guru harus tetap mengarahkan peserta didik dalam menngembangkan berfikir sejarah, Sebab berfikir sejarah sangat penting bagi para peserta didik maupun bagi mereka yang mempelajari sejarah. 

3.2 Saran

Guru harus dapat mengembangkan kemampuan berfikir sejarah peserta didik dalam pemberlajaran . Sebab kemapuan ini sangat penting  bagi peserta didik. Baik kemampuan berfikir diakronik maupun kemampuan berfikir sinkronik.

Daftar Pustaka


Rani, Rifka. 2013. Sejarah sebagai ilmu Pemikiran Sinkronis, Diakronis, dan Kausalitas.http://rifkaranni.blogspot.com/2013/12/sejarah-sebagai-ilmu-pemikiran.html (Diakses, 12 Oktober 2014)
Miduik, Jhon. 2014. Berfikir Kronologis dan Sinkronik dalam Sejarah. http://jhonmiduk8.blogspot.com/2014/08/berpikir-kronologi-dan-sinkronik-dalam.html (Diakses, 12 Oktober 2014)
























  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar